89
Perilaku anak menonton TV tidak dapat berperan terhadap resiko gemuk gizi lebih karena beberapa mekanisme meliputi: suatu penurunan waktu yang
terpakai disaat intensitas aktivitas tertinggi, penurunan metabolic rate dan banyak atau sedikitnya ngemil saat menonton tv. Hasil penelitian ini diduga responden pada
saat menonton televisi tidak sambil makan snack. Hal ini karena kemungkinan cara menonton televisi dengan cara tidak terfokus, yang berarti menonton televisi sambil
mengerjakan pekerjaan lainnya seperti mengerjakan tugas sekolah sehingga kemungkinan mempengaruhi basal metabolisme.
6.3.6 Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Energi dengan Status Gizi Lebih
Pada Siswai SD N 05 Kuningan Barat
Bila dibandingkan dengan AKG, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 76 53 orang memiliki total konsumsi energi lebih dari AKG,
sedangkan selebihnya yaitu sebanyak 24 17 orang responden memiliki kebiasaan konsumsi energi cukup. Berdasarkan hasil analisis bivariat juga
ditemukan hasil siswa yang memiliki kebiasaan konsumsi energi lebih yang berstatus gizi lebih sebanyak 77 41 orang sedangkan siswa yang memiliki
kebiasaan konsumsi energi lebih yang berstatus tidak gizi lebih sebanyak 23 12 orang.
Hal ini terbukti karena asupan energi yang berlebihan akan diubah dan disimpan menjadi lemak didalam tubuh sehingga akan menambah berat badan
yang pada akhirnya menimbulkan gizi lebih. Siwa yang mengalami gizi lebih jauh lebih banyak pada responden yang memiliki kebiasaan konsumsi energi berlebih
dan aktivitas fisikolahraga responden yang kurang sehingga pemakaian energi
90
nya berkurang dan akhirnya energi tersebut disimpan dalam bentuk lemak didalam jaringan adiposa.
Jaringan adiposa sebagian besar disusun oleh sel – sel adiposa, pembuluh darah, saraf, jaringan ikat dan beberapa cairan ekstraseluler. Jaringan adiposa
sebagian besar tersusun 70 lemak trigliserida. Secara khusus hampir separuh dari lemak tubuh akan disimpan dengan segera dibawah lapisan kulit dan
separuhnya menumpuk di organ dalam khususnya di ginjal dan usus. Dari hasil penelitian ini menyatakan bahwa adanya hubungan yang
bermakna antara kebiasaan konsumsi energi dengan status gizi lebih. Penelitian ini mendukung hasil penelitian Ratih 2011, yang menyatakan bahwa responden
yang mengkonsumsi makanan dengan energi yang berlebih dalam jangka waktu yang lama akan mempengaruhi status gizi responden yaitu menjadi status gizi
lebih.
6.3.7 Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Karbohidrat dengan Status Gizi
Lebih Pada Siswai SD N 05 Kuningan Barat
Dari siswa yang memiliki kebiasaan konsumsi karbohidrat lebih terdapat 79 38 orang yang berstatus gizi lebih. Sedangkan siswa yang memiliki
kebiasaan konsumsi karbohidrat lebih terdapat 21 10 orang yang tidak berstatus gizi lebih. Total konsumsi karbohidrat yang lebih dari 60 total
konsumsi energy adanya hubungan yang bermakna dengan status gizi lebih. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Daryono 2003, yang menyatakan
bahwa ada hubungan antara konsumsi karbohidrat dengan status gizi lebih.