93
6.3.9 Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Lemak dengan Status Gizi Lebih
Pada Siswai SD N 05 Kuningan Barat
Dari 54 siswa yang memiliki kebiasaan konsumsi lemak lebih terdapat 76 41 orang yang berstatus gizi lebih. Sedangkan dari 16 siswa yang memiliki
kebiasaan konsumsi lemak cukup terdapat 50 8 orang yang berstatus gizi lebih. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara total konsumsi
lemak lebih dari 25 total konsumsi energy dengan status gizi lebih. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Daryono 2003
yang menyatakan adanya hubungan antara konsumsi lemak dengan status gizi lebih.
Lemak dibagi menjadi tiga golongan, yaitu lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh lemak paling mudah dicerna, lemak yang mengandung asam
lemak tak jenuh tunggal yang mudah dicerna, dan lemak yang mengandung asam lemak jenuh yang sulit dicerna. Lemak tak jenuh tunggal bisa diperoleh dari
olive oil, minyak kacang, canola oil, alpukat, kacang- kacangan dan biji- bijian. Lemak tak jenuh ganda bisa diperoleh dari minyak sayur, kedelai, kacang-
kacangan dan biji- bijian. Sedangkan lemak jenuh biasanya terdapat pada produk- produk hewan seperti daging, unggas, makanan laut, telur, produk susu, mentega
dan minyak kelapa. Berdasarkan hasil food recall pada penelitian ini, didapatkan hasil kebanyakan yang dikonsumsi responden adalah lemak jenuh susu dan
telur. Lemak jenuh merupakan jenis lemak yang kurang sehat. Lemak ini bisa meningkatkan risiko degenerative seperti penyakit jantung dengan cara
meningkatkan kadar kolesterol total dan kolesterol jahat LDL. Kolesterol yang
94
kita peroleh dari makanan pada dasarnya tidak sama dengan lemak, tapi kolesterol ini ditemukan pada makanan hewani.
Konsumsi lemak yang berlebih akan dioksidasi oleh tubuh untuk kebutuhan energi tubuh dan sisanya disimpan dalam jaringan adiposa.
Kemungkinan lainnya, konsumsi tinggi lemak dapat digunakan tubuh melalui satu jalan yang berdampak pada penurunan asupan makanan yang tinggi lemak guna
menjaga keseimbangan energi, sekalipun pada mereka yang mengalami gizi lebih mekanisme penurunan asupan makanan sulit dicapai karena pada umumnya
mereka memiliki kebiasaan makan yang berlebihan dengan konsumsi lemak tinggi.
6.3.10 Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Fast Food dengan Status Gizi Lebih
Pada Siswai SD N 05 Kuningan Barat
Konsumsi fast food dalam penelitian ini ingin diketahuinya hubungannya terhadap kejadian gizi lebih. Anak-anak merupakan sasaran strategis bagi
pengusaha makanan tersebut karena fast food lebih praktis dan cepat dalam penyajiannya dan mengandung gengsi bagi kalangan tertentu. Yang menjadi
persoalan adalah kandungan gizi yang ada pada fast food tersebut seperti diungkapkan para ahli bahwa fast food imengandung lemak, karbohidrat,
kolesterol dan garam yang relatif tinggi.Jika fast food sering dikonsumsi maka akan terjadi masalah gizi lebih dengan kemungkinan akan terjadi obesitas .
Kecenderungan anak – anak menyukai mengunjungi restoran fast food dan mengkonsumsi fast food diantaranya gencarnya iklan di media massa yang