Keterbatasan Pengumpulan Data Keterbatasan Penelitian

88 dengan status gizi lebih. Artinya responden yang rendah tingkat olahraganya berpeluang secara bermakna untuk mengalami resiko gizi lebih. Adanya hubungan yang bermakna antara waktu olahraga dengan status gizi lebih kemungkinan karena jumlah kalori yang dibakar lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah kalori yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi sehingga berpotensi menimbulkan penimbunan lemak yang berlebih dalam tubuh sehingga mengalami gizi lebih. Hal lain yang menyebabkan adanya hubungan antara waktu olahraga dengan status gizi lebih karena rata – rata responden dalam sekali berolahraga yaitu selama kurang dari 30 menit. Selain itu juga siswa hanya berolahraga setiap jam pelajaran olahraga saja 30 menit minggu .

6.3.5 Hubungan Antara Waktu Menonton Televisi dengan Status Gizi Pada

Siswai SD N 05 Kuningan Barat Dari 51 siswa yang memiliki waktu menonton televisi lebih sebanyak 76 39 orang berstatus gizi lebih. Sedangkan siswa yang memiliki waktu menonton televisi cukup sebanyak 53 10 orang yang berstatus gizi lebih. Penelitian ini menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara waktu menonton televisi dengan status gizi lebih. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Meilinasari 2002 yang juga menemukan tidak adanya hubungan antara waktu menonton televisi dengan status gizi lebih. Namun hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Daryono 2003 yang menyatakan adanya hubungan antara waktu menonton tv. 89 Perilaku anak menonton TV tidak dapat berperan terhadap resiko gemuk gizi lebih karena beberapa mekanisme meliputi: suatu penurunan waktu yang terpakai disaat intensitas aktivitas tertinggi, penurunan metabolic rate dan banyak atau sedikitnya ngemil saat menonton tv. Hasil penelitian ini diduga responden pada saat menonton televisi tidak sambil makan snack. Hal ini karena kemungkinan cara menonton televisi dengan cara tidak terfokus, yang berarti menonton televisi sambil mengerjakan pekerjaan lainnya seperti mengerjakan tugas sekolah sehingga kemungkinan mempengaruhi basal metabolisme.

6.3.6 Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Energi dengan Status Gizi Lebih

Pada Siswai SD N 05 Kuningan Barat Bila dibandingkan dengan AKG, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 76 53 orang memiliki total konsumsi energi lebih dari AKG, sedangkan selebihnya yaitu sebanyak 24 17 orang responden memiliki kebiasaan konsumsi energi cukup. Berdasarkan hasil analisis bivariat juga ditemukan hasil siswa yang memiliki kebiasaan konsumsi energi lebih yang berstatus gizi lebih sebanyak 77 41 orang sedangkan siswa yang memiliki kebiasaan konsumsi energi lebih yang berstatus tidak gizi lebih sebanyak 23 12 orang. Hal ini terbukti karena asupan energi yang berlebihan akan diubah dan disimpan menjadi lemak didalam tubuh sehingga akan menambah berat badan yang pada akhirnya menimbulkan gizi lebih. Siwa yang mengalami gizi lebih jauh lebih banyak pada responden yang memiliki kebiasaan konsumsi energi berlebih dan aktivitas fisikolahraga responden yang kurang sehingga pemakaian energi