Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Energi dengan Status Gizi Lebih Pada

83 2. Dalam mengambil data pola makan responden, peneliti menggunakan foodrecall 2x24 jam yang memungkinkan terjadinyabias recallkarna sangat bergantung padadaya ingat responden. Sehingga untuk meminimalisir bias recall tersebut peneliti menggunakan food model pada saat wawancara recall. pada penggunaan metode ini dapa terjadi flat slope syndrome yaitu kecenderungan bagi responden untuk mengurangi makanan yang dikonsumsi atau menambah makanan yang dikonsumsi sehingga kemungkinan data pola konsumsi individu tidak dapat menggambarkan kondisi sebenarnya. 3. Pengolahan data recall konsumsi pangan menggunakan program Nutri Survey yang dimana memiliki kelemahan yaitu, tidak semua jenis bahan makanan yang dikonsumsi oleh responden bisa dianalisis dengan program tersebut. Hal yang dilakukan untuk meminimalisir bias adalah memperkirakan kandungan zat gizi yang hampir sama dengan makanan yang sejenis, sehingga hasil yang diperoleh kurang atau lebih dari nilai gizi yang sebenarnya.

6.2 Gambaran Status Gizi Lebih Pada Pada Siswai SD N 05 Kuningan Barat

Menurut almatsier 2006, yang dimaksud dengan Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan pengguna zat-zat gizi. Status gizi diklasifikasikan berdasarkan standar ukuran baku. Baku antropometri yang sering digunakan adalah baku Harvard dan baku WHO. Gambaran status gizi responden berdasarkan penggolongan berat badan per umur seperti yang terlihat pada gambar 5.2 menunjukkan bahwa di SD N 05 Kuningan Barat sudah muncul masalah gizi lebih, artinya pihak sekolah dan orangtua hendaknya lebih 84 memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan statuz gizi anak seperti asupan makanan, aktivitas fisik, konsumsi makanan jajanan dan kesehatannya. Karena bila anak mengalami status gizi lebih akan berdampak pada kondisi fisik, kesehatannya maupun psikologisnya. Pada data RISKESDAS tahun 2010, terjadi peningkatan dari 6,4 pada tahun 2007 menjadi 9,2 pada tahun 2010 pada anak umur 6-12 tahun. Prevalensi obesitas pada anak laki laki umur 6-12 tahun lebih tinggi dari prevalensi pada anak perempuan berturut turut sebesar 9,5 dan 6,4 Riskesdas, 2010. Dampak yang timbulkan jika seorang anak mengalami malnutrisi akan menjadi lemah, cepat lelah, dan sakit-sakitan sehingga anak akan sering absen dan sulit untuk mengikuti dan memahami pelajaran, sedangkan dampak yang ditimbulkan jika anak mengalami status gizi lebih maka akan timbul penyakit degeneratif seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit lainnya. Oleh karena itu, kita perlu memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan status gizi pada anak usia sekolah.

6.3 Analisis Bivariat Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Lebih

Pada Siswai SD N 05 Kuningan Barat 6.3.1 Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan Status Gizi Lebih Pada Siswai SD N 05 Kuningan Barat Siswa berjenis kelamin laki – laki yang berstatus gizi lebih sebanyak 77 40 orang dari 52 siswa. Sedangkan dari 18 siswa berjenis kelamin perempuan yang berstatus gizi lebih sebanyak 50 9 orang. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Markus Ratu Ayu Dewi Sartika 2011 dimana sampel yang digunakan anak sekolah dasar, metode cross sectional dan dengan uji chi squre yang