Kecenderungan Intrapsikis Subjek GA Dinamika Munculnya Skizofrenia dan Perjalanan Gangguan Subjek GA

136

2. Kecenderungan Intrapsikis Subjek GA

Berdasarkan autoanamnesis, alloanamnesis, dan interpretasi tes psikologi, peneliti berusaha untuk mendeskripsikan kecenderungan intrapsikis subjek GA. Secara umum, Subjek GA memiliki perasaan tidak aman yang cenderung tinggi, sehingga muncul kebutuhan yang besar di dalam dirinya untuk melindungi diri. Kebutuhan ini dimanifestasikan dengan melakukan tindakan verbal agresif, seperti berani membantah, menyangkal, dan melawan pendapat ibunya. Selain itu, Subjek GA juga cenderung keras kepala, suka mendominasi, suka menuntut, dan kurang mampu mengendalikan dorongan. Keadaan ini sebagai akibat dari adanya persaingan dan kecemburuan terhadap adiknya. Subjek GA selalu ingin didahulukan dalam setiap pemenuhan kebutuhannya. Dirinya akan menangis dan marah jika permintaannya tidak dituruti. Dorongan dari dalam diri Subjek GA cenderung kuat, namun lebih banyak dipendam, sehingga sering muncul berbagai ketegangan. Apabila mengalami konflik, Subjek GA hanya melamun dan mengurung diri di kamar dengan menekan dan menyembunyikan emosi negatifnya. Subjek GA cenderung tertutup, dengan tidak mengungkapkan segala permasalahannya kepada orang lain. Adanya rasa takut dan kecemasan yang tinggi, membuat Subjek GA cenderung berhati-hati dan membuat jarak secara emosi dengan lingkungannya. Walaupun begitu, subjek dapat diterima oleh lingkungan sosialnya dan mampu berhubungan baik dengan orang lain. Subjek GA ingin mendapatkan perlindungan dari lingkungannya. Keadaan ini dapat diketahui dari keinginannya memiliki seorang figur kakak laki-laki. 137

3. Dinamika Munculnya Skizofrenia dan Perjalanan Gangguan Subjek GA

Subjek GA cenderung merasa kurang aman, terancam, dan tidak puas dengan kondisi di lingkungan keluarganya. Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua cenderung tegas dan keras. Subjek GA sering dimarahi dan dipukul oleh bapaknya, apabila tidak menuruti perintahnya. Hubungan Subjek GA dengan ibunya cenderung ambivalen dan penuh dengan konflik. Selain itu, hubungan Subjek GA dengan adiknya cenderung diwarnai kecemburuan dan persaingan. Lingkungan keluarga yang tidak kondusif, membuat subjek GA merasa lebih nyaman dan bebas ketika berhubungan dengan teman-teman dan keluarga besarnya. Namun, bapak subjek cenderung mengatur hubungan sosial yang dilakukan oleh Subjek GA. Keadaan yang tidak kondusif tersebut, menimbulkan berbagai macam konsekuensi pada diri Subjek GA. Konsekuensi tersebut, antara lain : Subjek GA memiliki kebutuhan yang besar untuk melindungi diri dan mendapatkan perlindungan dari lingkungan. Selain itu, subjek GA menjadi peka terhadap situasi dan reaksi dari orang lain, sehingga cenderung menjaga jarak dengan lingkungannya. Subjek GA menjadi kurang bisa membina hubungan dengan orang lain dan sulit menyesuaikan diri dengan tuntutan realitas. Akibatnya, Subjek GA membangun “standar pribadi” yang berbeda dari tuntutan di lingkungannya. Keadaan tersebut dapat dicontohkan dari hubungan Subjek GA dengan bapaknya. Bapak banyak memberikan aturan berupa tuntutan dan larangan kepada Subjek GA, tetapi aturan tersebut dianggap menekan dan membatasi Subjek GA. Aturan yang diterapkan oleh bapak tetap dilaksanakan karena Subjek GA takut di 138 marahi dan dipukul oleh bapaknya. Subjek GA kurang memahami maksud dari bapaknya menerapkan aturan tersebut. Untuk melindungi keberadaan dirinya, Subjek GA melakukan pertahanan ego berupa kecenderungan verbal agresif, seperti membantah, mencari alasan, dan membentak. Selain itu, Subjek GA menjadi cenderung keras kepala, suka menuntut, dan mendominasi. Keadaan ini dapat dilihat dari pola hubungan Subjek GA dengan ibu, adik, dan teman-temannya. Subjek GA berani membantah, menuntut, dan marah apabila keinginannya tidak dipenuhi. Namun, Subjek GA lebih banyak diam dan mengurung diri di kamar, apabila mengalami konflik. Tidak adanya perbaikan kondisi di lingkungan keluarga dan kurangnya sarana untuk melakukan self-regulation, membuat subjek GA semakin tertekan. Subjek GA berada dalam kondisi disequilibrium yang panjang. Pada akhirnya, Subjek GA mengalami deteriorasi karena egonya semakin tidak mampu bertoleransi terhadap konflik yang dihadapi. Konflik antara ego dengan lingkungan terungkap dengan munculnya kebutuhan untuk mendapatkan perlindungan, tetapi juga diwarnai dengan permusuhan dan kecurigaan fear of being eaten. Keadaan ini dapat dicontohkan dari pola hubungan subjek dengan ibunya. Subjek GA menginginkan perhatian dan kasih sayang yang lebih dari ibunya. Namun, pada kenyataannya terkadang ibu kurang memberikan respon yang sesuai dengan keinginannya. Oleh karena itu, Subjek GA menjadi cenderung kecewa dan curiga terhadap ibunya. 139 Konflik yang dialami oleh Subjek GA diungkapkan dengan perasaan yang selalu tidak tepat terhadap lingkungan. Konflik ini termanifestasi dalam bentuk pikiran dan perilaku yang kacau dan tidak terkoordinasi. Ketika ego mengalami keruntuhan, berbagai gejala Skizofrenia muncul pada Subjek GA. Gejala-gejala tersebut memperlihatkan konflik yang selama ini ditekan oleh Subjek GA. Gejala- gejala yang muncul, antara lain : marah-marah dan benci kepada ibu dan adiknya, perilaku dan isi pembicaraan kacau, muncul halusinasi dengar yang menakutkan dan waham kejar untuk merusak dan memusuhi orang lain. 140 141

B. Pembahasan Kasus II Subjek RK

1. Dinamika Keluarga Subjek RK