Keadaan Keluarga Setelah Subjek Mengalami Gangguan

104 Ibu subjek juga menyatakan : “Ini jalan terakhir, karena kami sudah lelah. Pokoknya jiwa raga, terus saya minta bantuan tetangga sebelah ini. Kemudian dia dibawa ke rumah sakit jiwa, Pedurungan”. Subjek dibawa ke rumah sakit jiwa secara sembunyi-sembunyi, karena ditentang oleh keluarga besar. Keluarga cemas terhadap stigma dari masyarakat, tentang gangguan yang dialami oleh subjek. Seperti pernyataan bapak subjek : “Saya ditentang oleh saudara-saudara, karena katanya, “Cah wedok kok digawa rana-rana, ora ana keturunan kaya ngono kok kudu digawa rana?”, jadi dia saya bawa ke sana pada waktu fajar, tanpa sepengetahuan dari saudara. Untuk menghindari fitnah, saya memutuskan membawa GA pulang”. GA dirawat di RSJD dr. Amino Gondohutomo selama dua minggu, mulai tanggal 14 November 2006 dengan diagnosis Skizofrenia Disorganized.

5. Keadaan Keluarga Setelah Subjek Mengalami Gangguan

a. Keadaan subjek semakin membaik setelah dirawat di RSJ Setelah dirawat di RSJ selama dua minggu, keadaan subjek semakin membaik. Pada saat keluar dari RSJ, keadaan emosinya masih belum stabil. Namun, setelah tiga kali kontrol ke RSJ, kondisinya semakin membaik. Sekarang subjek masih menjalani rawat jalan, dengan meminum obat secara rutin. Keadaan ini sesuai dengan pernyataan dari bapak subjek : “Pokoknya perkembangan dia selama dua minggu dirawat di sini semakin membaik. Dari lima kali terapi, selalu ada peningkatan. …Waktu kontrol ketiga sudah tidak ada masalah lagi, emosi sudah normal dan tidak meledak-ledak”. “Begitu diperbolehkan pulang, masih diberi obat untuk dua minggu. Setelah habis, ke sana lagi dan dapat obat untuk satu bulan”. 105 Ada beberapa perubahan pada diri subjek setelah dirawat di rumah sakit jiwa, di antaranya tingkat kerajinannya menurun, keceriaannya berkurang, dan daya ingatnya melemah. Seperti pernyataan bapak subjek : “Perubahannya pada tingkat kerajinan dia untuk membantu ibunya. Dia menjadi tidak rajin. Keceriaannya berkurang, contohnya waktu kita main ke Bali, gambaran wajahnya ndak begitu sueneng, hanya biasa saja. Memorinya agak menurun, dia ingatnya kadang-kadang. Kalau dulu dia bisa cepet, sekarang agak lamban”. Ibu subjek juga menyatakan bahwa subjek menjadi penakut dan sering melamun : “Kalau sekarang, sendirian di rumah dan di luar takut. Pokoknya takut, minta ditemenin. Tidur juga ndak berani sendiri.Terus kadang- kadang dia ngalamun”. Subjek mungkin takut bila halusinasi dan wahamnya keluar lagi. Subjek mengakui keadaan ini. Berikut pernyataannya : “Takut nanti kalau ada orang yang mencurigakan begitu. Sebenarnya ndak ada, tapi cuma perasaan saja. Kalau malam saya takut kalau ada setan. Tapi nggak ada, cuma suara-suara. Sepi aja… “. Minat dan pandangan terhadap dirinya sendiri tidak ada perubahan, setelah menjalani perawatan di rumah sakit jiwa. Keadaan ini dinyatakan oleh bapak subjek, “Minat dan ketertarikannya tidak berubah. Sikap dan pandangan terhadap dirinya sendiri juga tidak ada perubahan”. b. Adanya perbaikan fungsi dan suasana keluarga Orang tua subjek mengaku belum ada dampak yang berarti bagi keluarga, akibat gangguan yang dialami oleh subjek. Seperti pernyataan bapak, “Dampak secara langsung ndak ada, biasa saja”. Walaupun begitu, ada perubahan sikap dan perilaku orang tua kepada subjek, setelah dirinya pulang dari RSJ. Orang tua 106 memiliki kesadaran untuk memperbaiki suasana keluarga, dengan tidak lagi memaksa subjek untuk bekerja di rumah dan membebaskan pilihan kepada subjek. “Kalau dulu saya marahi, sekarang tak biarkan saja. Mungkin dengan itu dia merasa nggak nyaman. Kalau sekarang bapaknya juga ndak marah. Kami dulu kecenderungannya, kemauan orang tua itu anak harus mengikuti. Tapi kalau sudah seperti ini, kami mencoba untuk mengikuti anak. Sekarang hanya mengarahkan saja”. Orang tua berkomitmen untuk menjaga suasana keluarga, agar subjek lekas pulih dan tidak kambuh lagi. Secara keseluruhan, keluarga mampu mengambil pelajaran dari gangguan yang dialami oleh subjek. Seperti pernyataan ibu subjek : “Kemudian saya sadar, mungkin ini sebagian jalan yang harus saya lalui. Segalanya diserahkan kepada Allah, semua sudah dikehendaki oleh Allah. Alkhamdulillah sedikit demi sedikit dia sudah menerima. Dia juga bilang, “Iki termasuk takdir ya, Bu?”. c. Keinginan untuk mengembalikan keberfungsian diri Subjek mengaku mengalami dampak yang buruk dari kondisinya yang sempat terganggu. Namun, subjek mampu mengambil pelajaran dari gangguan yang dialaminya, setelah banyak mencurahkan isi hatinya dengan saudara sepupunya, dan membaca buku-buku rohani. Subjek menjadi pribadi yang lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, seperti pernyataannya sendiri, “Iya, lebih banyak mendekatkan diri kepada Tuhan”. Subjek sangat mencemaskan kuliahnya yang semakin tertinggal, sehingga ingin segera kembali ke Semarang untuk melanjutkan kuliahnya. Seperti pernyataan subjek : “Dampaknya agak down dan ndak PD. Ketinggalan kuliah sama temen-temen, saya jadi sedih dan bingung”. “Kalau bisa tidak memberatkan orang tua, kalau apa-apa dengan uang sendiri. Ingin dilindungi sama teman-teman dan pacar mungkin, sama keluarga juga. Sekarang ingin jadi guru”. 107

B. Deskripsi Analisis Kasus II Subjek RK 1. Latar Belakang Keluarga Subjek

Subjek kasus kedua adalah RK, berusia 18 tahun. Remaja perempuan ini telah menyelesaikan sekolahnya setingkat SMP, tiga tahun lalu. Sejak itu, subjek hanya tinggal di rumah dan bekerja di pabrik sarang burung walet dan industri rumah pembuatan kasur. Subjek beragama Islam dan berasal dari keluarga suku Jawa. Subjek tinggal bersama dengan keluarga Pak Dhenya. Pak Dhe subjek KRM berusia 57 tahun. Bu Dhe Subjek MY berusia 50 tahun. Pak Dhe subjek mempunyai 3 orang anak perempuan. Ibu subjek LSY berusia 48 tahun. Ibu subjek telah bercerai dengan suaminya, pada saat subjek masih di dalam kandungan. Jadi subjek adalah anak tunggal. Ibu subjek hanya seorang ibu rumah tangga. Oleh karena itu, perekonomian keluarga lebih banyak ditopang oleh Pak Dhe. Tingkat sosial ekonomi keluarga, diperkirakan menegah ke bawah. Tingkat pendidikan keluarga relatif rendah. Karena Pak Dhe dan Bu Dhe hanya lulus sekolah dasar. Sedangkan ibu tidak sekolah, karena mengalami bisu dan tuli.

2. Masa Kanak-Kanak dan Menjelang Remaja