Teori Diathesis-Stress Model SKRIPSI HENDY M2A002041

21 anhedonia ketidakmampuan untuk memperoleh kesenangan, muncul antara lain dalam bentuk hilangnya minat dalam hubungan seksual, abulia berkurangnya impuls untuk bertindak atau berpikir, tidak mampu memikirkan konsekuensi dari tindakan, dan asosialitas gangguan yang buruk dalam hubungan sosial. Selain itu, muncul pula tanda berupa afek yang datar atau affective flattening ketidakmampuan menampilkan ekspresi emosi, dan afek yang tidak sesuai respons emosi yang tidak sesuai dengan konteks. Davison dan Neale 2001, h. 286 menyatakan bahwa kategori simtom yang ketiga adalah disorganisasi, antara lain perilaku yang aneh misalnya katatonia, di mana pasien menampilkan perilaku tertentu berulang-ulang, menampilkan pose tubuh yang aneh, dll; atau waxy flexibility, orang lain dapat memutar atau membentuk posisi tertentu dari anggota badan pasien, yang akan dipertahankan dalam waktu yang lama dan disorganisasi pembicaraan. Adapun disorganisasi pembicaraan adalah masalah dalam mengorganisasikan ide dan pembicaraan, sehingga orang lain mengerti dikenal dengan gangguan berpikir formal. Misalnya asosiasi longgar, inkoherensi, dll.

5. Teori Diathesis-Stress Model

Skizofrenia dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor yang saling berkombinasi, sehingga Skizofrenia dapat menunjukkan beberapa bentuk yang beragam baik dari simtom maupun manifestasinya. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka teori Diathesis-Stress Model lebih tepat untuk menerangkan tentang penyebab munculnya Skizofrenia. Teori ini menyatakan bahwa Skizofrenia dapat disebabkan oleh pengaruh keadaan fisik, psikis, dan lingkungan 22 yang kurang kondusif di dalam kehidupan seseorang Kendall dan Hammen, 1998, h. 284. Teori Diathesis-Stress Model dipakai oleh peneliti untuk mendukung proses penelitian, karena membahas tentang faktor penyebab Skizofrenia secara lengkap dan menyeluruh. Teori Diathesis-Stress Model dapat diterangkan dalam dua bagian, yaitu : Diathesis Model, yang menyatakan bahwa penyebab Skizofrenia didasarkan pada faktor genetik sebagai predisposisi biologis. Ada beberapa hipotesis yang berkaitan dengan ketidakberfungsian sistem biologis, seperti : kerusakan struktur otak, ketidakmampuan menerima dan mengorganisasikan informasi yang kompleks, kekacauan sistem regulasi neurotransmiter. Sedangkan Stress Model, berhubungan dengan kemampuan seorang individu untuk mengatasi permasalahan dengan jalan keluar yang tepat. Stresor dari lingkungan dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu yang bersifat fisik dan bersifat psikologis Kendall dan Hammen, 1998, h. 284 . Dohrenwend dan Nuechterlein dalam Kendall dan Hammen, 1998, h. 284 memaparkan bahwa dari hasil beberapa penelitian, menyatakan bahwa onset dan kambuhnya Skizofrenia dapat disebabkan oleh suasana kehidupan yang negatif, seperti perceraian orang tua, kesulitan mendapatkan pekerjaan, dan rusaknya hubungan sosial karena adanya ketegangan dalam pola interaksi keluarga. Oleh karena itu, Psikologi harus selalu mengembangkan beberapa penelitian untuk dapat mengungkapkan hubungan yang kompleks antara faktor biologis, lingkungan, dan psikososial yang dapat menyebabkan gangguan Skizofrenia. 23 Teori Diathesis-Stress Model dalam Kaplan Sadock, 1997.a, h. 685-706 menyatakan bahwa teori ini menggabungkan antara faktor biologis, psikososial, dan lingkungan yang secara khusus mempengaruhi diri seseorang sehingga dapat menyebabkan berkembangnya gejala Skizofrenia. Dimana ketiga faktor tersebut saling berpengaruh secara dinamis. Gambar 2. Pengaruh Ketiga Faktor dalam Teori Diathesis-Stress Model a. Faktor biologis Penyebab Skizofrenia secara pasti belum dapat diketahui, tetapi dari berbagai penelitian dalam sepuluh tahun terakhir menyatakan bahwa peran dari gangguan secara fisik-biologislah yang paling dominan. Gangguan tersebut dapat berupa : kerusakan dan gangguan di bagian otak tertentu, gangguan dopamin, gangguan neurotransmiter, gangguan sistem syaraf, gangguan elektrofisis, disfungsi pada gerakan visual, gangguan sistem psikoneuroimunologi, dan gangguan sistem psikoneuroendokrinologi. Di dalam genetika, dinyatakan bahwa gen pembawa Skizofrenia dapat diwariskan pada suatu silsilah keluarga yang sifat hubungannya tertutup. Namun, faktor genetik ini akan muncul secara nyata dalam manifestasi perilaku, apabila dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Adapun pewarisan faktor biologis faktor lingkungan faktor psikososial munculnya gangguan Skizofrenia 24 predisposisi genetik dari Skizofrenia adalah sebagai berikut : prevalensi saudara kandung bukan kembar 8, prevalensi anak dengan salah satu orang tua Skizofrenia 12, prevalensi anak dengan kedua orang tua Skizofrenia 40, prevalensi anak kembar dua telur 12, dan prevalensi anak kembar satu telur 47. b. Faktor lingkungan Komponen lingkungan dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu yang bersifat biologis-fisik seperti adanya infeksi virus yang pada akhirnya mengakibatkan kerusakan otak, penyalahgunaan obat atau zat, cedera di bagian otak tertentu dan bersifat psikologis seperti adanya situasi keluarga yang penuh dengan ketegangan, kematian orang terdekat. c. Faktor psikososial Metode penanganan terhadap Skizofrenia sekarang ini telah diupayakan untuk dilakukan secara menyeluruh. Tidak hanya melakukan penanganan secara biologismedik, tetapi juga telah menggabungkan penanganan yang bersifat psikososial. Peneliti akan lebih menekankan pembahasan pada faktor psikososial dan lingkungan sebagai penyebab munculnya Skizofrenia. Faktor biologis akan menjadi predisposisi awal, yang tidak akan dibahas pada penelitian ini. Seperti pernyataan Robbins dalam Gabbard, 1994, h. 256 yang menyatakan bahwa Skizofrenia adalah gangguan yang meliputi predisposisi genetik, yang diaktifkan oleh faktor-faktor intrapsikis dan interpersonal. Kemajuan di bidang medis, tidak 25 akan menghilangkan peranan faktor lainnya. Sangatlah naif apabila faktor psikologis dan lingkungan tidak berperan dalam etiologi Skizofrenia.

6. Perjalanan Gangguan dan Prognosis Skizofrenia