Kecenderungan Intrapsikis Subjek ZS Dinamika Munculnya Skizofrenia dan Perjalanan Gangguan Subjek ZS

152

2. Kecenderungan Intrapsikis Subjek ZS

Berdasarkan autoanamnesis, alloanamnesis, dan interpretasi tes psikologi, peneliti berusaha untuk mendeskripsikan kecenderungan intrapsikis subjek ZS. Secara umum, Subjek ZS memiliki potensi kecemasan yang cenderung tinggi, sehingga dirinya merasa kurang mantap dengan keadaannya sekarang. Ketika Subjek ZS merasa terancam, muncul serangkaian dorongan kebutuhan untuk mengontrol dan melindungi diri dengan melawan hambatan yang ada. Subjek ZS cenderung tertutup, sehingga apabila dirinya mengalami banyak masalah lebih banyak dipendam. Subjek ZS cenderung berhati-hati dan menyeleksi lingkungan sosialnya, dengan menarik diri dan menjaga jarak dengan lingkungannya. Di lingkungan rumah, Subjek ZS merasa kurang berperan dan kurang dipercaya oleh keluarga. Subjek ZS kurang bahagia dan kecewa dengan keadaannya sekarang, sehingga lebih banyak berorientasi pada masa lalunya. 153

3. Dinamika Munculnya Skizofrenia dan Perjalanan Gangguan Subjek ZS

Secara keseluruhan, keadaan di lingkungan keluarga Subjek ZS tidak kondusif. Hubungan Subjek ZS dengan bapak tirinya cenderung renggang dan penuh konflik. Ibu subjek dapat berperan dengan baik, tetapi cenderung lemah kedudukannya. Ibu subjek sering bertengkar dengan bapak tiri subjek, karena berbeda pendapat. Bapak tiri subjek menerapkan pola asuh yang cenderung keras dan terus mengekang. Selain itu, Subjek ZS tidak pernah mendapatkan penghargaan reward sebagai wujud perhatian dari bapak tirinya. Subjek ZS lebih nyaman ketika berhubungan dengan lingkungan di luar rumah, tetapi sangat dibatasi oleh bapak tirinya. Subjek ZS hampir tidak punya waktu untuk bermain, apalagi menyalurkan minatnya sebagai seorang remaja laki- laki. Subjek ZS banyak dituntut untuk membantu pekerjaan rumah, seperti : merawat kambing dan ayam, membersihkan lingkungan rumah dan Puskesmas. Subjek ZS sering bercerita tentang keadaan yang dialaminya kepada paman. Selain itu, paman subjek juga banyak memberikan nasehat kepadanya. Subjek ZS hanya memiliki sedikit teman, karena Subjek ZS cenderung pendiam dan tertutup. Banyaknya tekanan dan tuntutan dari bapak tiri, membuat subjek ZS menjadi terancam, kecemasannya tinggi, dan cenderung kurang mantap. Lingkungan keluarga yang tidak kondusif, membuat ego Subjek ZS menjadi rentan dan rapuh. Selain itu, Subjek ZS lebih banyak menekan emosi negatif dan cenderung tidak terbuka, apabila dirinya mengalami konflik. Keadaan ini akan menimbulkan berbagai konsekuensi pada diri Subjek ZS. 154 Konsekuensi tersebut, seperti : munculnya kebutuhan yang besar untuk melindungi dirinya, karena adanya perasaan terancam dan tidak aman. Adanya tegangan berupa intensi dorongan untuk melawan hambatan, karena merasa tidak dipercaya dan dikekang di lingkungan keluarganya. Adanya perasaan peka terhadap tekanan dan reaksi dari orang lain, sehingga Subjek ZS cenderung ragu- ragu dan menjaga jarak dengan lingkungan. Kekecewaan terhadap lingkungan keluarga menjadikan Subjek ZS cenderung kurang bisa membina hubungan dengan orang lain dan sulit menyesuaikan diri dengan tuntutan realitas. Tidak adanya perbaikan kondisi di lingkungan keluarga dan kurangnya sarana untuk melakukan self-regulation, membuat Subjek RK semakin tertekan. Subjek RK berada dalam kondisi disequilibrium yang panjang. Pada akhirnya, Subjek RK mengalami deteriorasi karena egonya semakin tidak mampu bertoleransi terhadap konflik yang dihadapi. Konflik antara ego dengan lingkungan terungkap dengan munculnya kebutuhan untuk mendapatkan perlindungan fear of being eaten, tetapi juga diwarnai dengan permusuhan. Subjek ZS cenderung menutupi perasaan terancamnya karena dirinya merasa lemah dan tidak berdaya. Namun di sisi yang lain, Subjek ZS ingin melawan segala hambatan yang ada dengan tindakan agresif yang nyata. Keadaan ini dikompensasikan dengan perasaan curiga yang tidak tepat, berupa intensi perilaku agresi untuk melawan hambatan. Keadaan ini dapat dicontohkan dari hubungan Subjek ZS dengan bapak tirinya. Subjek ZS cenderung sungkan kepada bapak tirinya yang sudah memenuhi segala kebutuhannya. Namun di sisi yang lain, Subjek ZS sangat kecewa kepada bapak tirinya yang cenderung keras. 155 Konflik yang dialami oleh Subjek ZS termanifestasi dalam bentuk perilaku agresif dan pikiran yang penuh dengan kecurigaan. Ketika ego mengalami keruntuhan, berbagai gejala Skizofrenia muncul pada Subjek ZS. Gejala-gejala tersebut memperlihatkan konflik yang selama ini ditekan oleh Subjek ZS. Gejala- gejala tersebut, antara lain : Bicara dan menyanyi sendiri sepanjang malam; muncul halusinasi visual-auditorik dan waham kejar; Subjek ZS sangat takut, tetapi terkadang mengejar dan memukuli tokoh halusinasinya; tiba-tiba menjadi berani melawan marah dan mengancam bapak tiri dan ibunya. 156 157

D. Pembahasan Ketiga Kasus dalam Perspektif Jawa

1. Karakteristik Orang Tua Subjek Kasus