Pola Asuh dan Interaksi Keluarga di Budaya Jawa

53 Berikut ini adalah gambar skema perasaan orang Jawa, ketika melakukan interaksi sosial dengan orang lain : Negatif aji Positif hormat Superioritas Peweket sungkan sengit gething Ajrih remen tresna sangat benci benci takut senang cinta Lingsem malu Inferioritas Isin sangat malu Gambar 3. Skema Perasaan Orang Jawa ketika Melakukan Interaksi Sosial

5. Pola Asuh dan Interaksi Keluarga di Budaya Jawa

Keluarga merupakan tempat yang tepat untuk mengembangkan rasa sosial dan kepribadian, melalui penanaman budi pekerti. Di dalam keluarga, anak akan banyak belajar secara praktis dengan meneladani orang tua di lingkungan rumah. Geertz 1985, h. 151 menyatakan bahwa di keluarga Jawa berkembang nilai-nilai tatakrama penghormatan yang mengarah pada penampilan sosial yang harmonis. Nilai tatakrama ini akan dipelajari anak secara alamiah di dalam keluarganya. Di Jawa, kehadiran seorang anak di tengah-tengah keluarga sangatlah dinantikan. Alasan utamanya adalah faktor emosional. Oleh karena itu, seorang anak di Jawa sudah banyak dilimpahi banyak perhatian sebelum anak tersebut lahir. Geertz dalam Koentjaraningrat, 1984, h. 106 membuat gambaran mengenai cara wanita Jawa dalam merawat bayinya, yang digambarkan sebagai 54 hubungan yang santai, meladeni, hati-hati, dan penuh dengan emosi. Pengasuhan dan pendidikan bagi seorang anak di Jawa, sangatlah tergantung pada ibunya dan orang lain di sekelilingnya. Oleh karena itu, anak di Jawa sangat terbatas kemampuannya untuk berdiri sendiri Koentjaraningrat, 1984, h. 122. Orang yang paling penting dalam kehidupan bayi di Jawa adalah ibunya, yang selalu menggendong di dalam selendangnya, menyusuinya, mengajaknya berbicara, dan yang selalu menyanyikan lagu-lagu untuknya sampai dirinya tertidur. Seorang anak pasti akan mencari ibunya apabila dirinya merasa takut terhadap sesuatu, atau saat dirinya merasa sakit Koentjaraningrat, 1984, h. 107. Sebagai contohnya adalah adanya ucapan ”adhuh biyung” yang diucapkan oleh orang Jawa apabila tiba-tiba dirinya merasa kesakitan. Seorang anak di Jawa menjalin suatu hubungan yang berbeda dengan ibunya, ketika berinteraksi dengan ayahnya. Seorang ayah di Jawa biasanya akan ngudang, dengan cara menarik perhatian anaknya melalui suara-suara dan melakukan gerakan-gerakan khas Koentjaraningrat, 1984, h. 107. Ngudang adalah wujud nyata dari seorang ayah di Jawa untuk mencurahkan kasih sayang dan membangun kedekatan hati dengan anaknya. a. Peran dan Tanggung Jawab Ibu atau Istri Istri atau ibu memiliki peran yang besar di lingkungan keluarga, seperti mengurus anak-anaknya dan mengendalikan putaran roda perekonomian keluarga sehari-hari Astiyanto, 2006, h. 3. Ibu memiliki peran penting dalam mendidik budi pekerti anak di lingkungan rumah. Anak-anak di Jawa sejak sebelum lahir sampai usia remaja, biasanya lebih dekat dengan ibunya. 55 Ibu adalah pengasuh anak dan menjadi figur yang pertama dan utama dalam upaya penanaman nilai-nilai kepada anak. Kegagalan ibu dalam menanamkan nilai kepada anak, akan menyebabkan anak menjadi sulit dalam menjalani kehidupannya di lingkungan yang lebih luas Endraswara, 2003, h. 112. Di dalam keluarga Jawa, seorang istri harus mampu melakukan angon rasa, yaitu memahami keadaan di lingkungan rumahnya Endraswara, 2003, h. 114. Berdasarkan ajaran Serat Centhini karangan KGPAA Pakubuwana V dalam Endraswara, 2003, h. 114 dijelaskan bahwa seorang istri harus bersikap hati-hati, hemat, menjaga kehormatan suami dan dirinya, segala pikirannya harus diarahkan kepada kebaikan, mengetahui kehendak suami, percaya, selalu menurut, dan berjuang demi kejayaan suami. Tugas dan kewajiban wanita di Jawa sebagai seorang ibu dan istri sering disebut dengan istilah panca-ti, yaitu : gemi nastiti mampu berhemat dan hati-hati dalam membelanjakan harta, reti ngati-ati menjaga rumah tangga dengan hati- hati, surti menjaga keselamatan dan kebahagiaan keluarga, gemati memahami kehendak suami dan anaknya, bekti setia dalam mengabdi kepada suami dan anak Endraswara, 2003, h. 116. b. Peran dan Tanggung Jawab Bapak atau Suami Masyarakat Jawa mengenal ungkapan “anak polah bapa kepradah”. Arti ungkapan tersebut : jika anak mempunyai keinginan atau cita-cita, bapak harus membantu untuk menwujudkannya. Orang tua akan selalu menanggung akibat dari perilaku anak Endraswara, 2003, h. 112. Di lingkungan keluarga, suami atau 56 bapak mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dan penting serta mempunyai kekuasaan yang lebih besar Astiyanto, 2006, h. 3. Bapak menjadi pemimpin keluarga yang selalu memperhatikan anak- anaknya, karena rumangsa handarbeni rasa memiliki keluarganya. Bapak di Jawa harus memiliki sifat mengku melindungi semua anggota keluarganya Endraswara, 2003, h. 114. Di budaya Jawa, tugas dan kewajiban pria sebagai bapak dan suami sering di sebut dengan istilah panca-nga lima keutamaan, yaitu : angayomi melindungi dan memberikan rasa tenteram, angayani memberikan nafkah secara lahir dan batin kepada keluarga, angomahi menyediakan rumah untuk berlindung, angayemi dapat bersikap tenang dan menenangkan suasana, dan angatmajani dapat memberikan dan menjaga keturunan Endraswara, 2003, h. 116. . c. Peran dan Tanggung Jawab Anak Di keluarga Jawa, anak mempunyai kedudukan tersendiri. Berdasarkan ungkapan anak iku geganthelaning ati, yang artinya anak adalah tempat bergantungnya hati. Anak adalah pengikat hubungan orang tua di dalam kehidupan keluarga, sehingga kehadiran anak sangatlah didambakan oleh kedua orang tua mereka Astiyanto, 2006, h. 39. Seorang anak harus mampu menghormati aji dan berbakti bekti kepada kedua orang tuanya. Selain itu, anak di Jawa harus mikul dhuwur mendhem jero. Maksudnya, anak harus dapat menutupi kekurangan keluarga di mata orang lain dan dapat menjunjung tinggi kehormatan keluarganya Endraswara, 2003, h. 116. 57 Peran dan kedudukan anak pertama di keluarga Jawa sangatlah penting. Orang tua di Jawa akan lebih banyak memberikan tuntutan dan harapan kepada anak pertama dari pada kepada adik-adiknya. Berdasarkan ungkapan sedulur tuwa iku dadi gegantining wong tuwa, yang maksudnya saudara tua kakak akan menjadi wakil atau pengganti orang tua. Konsekuensinya, adik harus among lan miturut menurut kepada kakaknya. Astiyanto, 2006, h. 44. Oleh karena itu, anak pertama harus selalu siap melaksanakan tugas ini.

6. Konsep Kepribadian Sehat Menurut Suryomentaram