Keluarga Sehat dan Keluarga yang Terganggu

34 c. Suasana kebersamaan Suasana kebersamaan tidak akan tercipta apabila selama proses interaksi, orang tua cenderung memaksakan kehendak dan bereaksi secara emosional kepada anak. Hubungan yang telah terjalin lama akan menghasilkan berbagai konsekuensi pada kedua pihak, berupa reaksi umpan balik terhadap perilaku yang dilakukan oleh orang lain. Oleh karena itu, orang tua harus mampu mencari strategi yang tepat untuk menjamin rasa aman pada diri anak, dengan menghindari tindakan kekerasan ketika mendisiplinkan anak Grusec, 1997, h. 35. d. Belajar melalui pengamatan Orang tua berperan sebagai model untuk membentuk perilaku anak Bandura, dalam Grusec, 1997, h. 35. Selama proses sosialisasi, seorang anak tidak hanya cukup melakukan imitasi saja melakukan pengamatan, tetapi anak tersebut juga berperan aktif dalam menyeleksi nilai dan perilaku orang lain di lingkungan sosialnya Kuchynski, Zahn-Waxler Radke-Yarrow; Perry Bussey, dalam Grusec, 1997, h. 35. Belajar melalui pengamatan tidak hanya berperan dalam proses pentransferan, tetapi juga berperan untuk memahami nilai dari orang tuanya. Interaksi orang tua dan anak sangat penting dalam proses internalisasi nilai, karena interaksi tersebut menyediakan konteks untuk melakukan komunikasi dan negosiasi Grusec, 1997, h. 35.

3. Keluarga Sehat dan Keluarga yang Terganggu

Sebuah keluarga akan selalu diwarnai dengan dinamika interaksi antaranggota keluarga. Dinamika interaksi yang berlangsung lama secara terus menerus, akan membangun suasana keluarga di mana seorang anak akan tumbuh 35 dan berkembang di dalamnya. Lewis dalam Ratnawati dan Sinambela, 1996, h. 203 menyatakan bahwa suasana keluarga adalah suasana yang tercipta dalam keluarga sebagai hasil dari adanya interaksi antaranggota keluarga. Seorang anak yang dibesarkan di lingkungan keluarga yang penuh kasih sayang dan penerimaan yang hangat, akan mampu menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya dengan baik, belajar memahami dan menyesuaikan diri dengan orang-orang di sekitarnya. Seorang remaja memerlukan adanya cinta dan rasa aman dari kedua orang tuanya, untuk dapat menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan sosialnya. Dacey dan Travers 1994, h. 306 mengemukakan bahwa salah satu fungsi keluarga adalah untuk menyediakan afeksi bagi anggotanya. Sarwono 2000, h. 188 menyatakan bahwa perasaan aman dan bahagia yang timbul pada remaja yang hidup dalam suasana keluarga yang hangat dan harmonis merupakan faktor yang bisa mempengaruhi penyesuaian sosial pada remaja di masa depan. Keharmonisan hubungan orang tua akan berpengaruh pada keadaan mental dan perilaku remaja Afiatin, 1993, h.3. Selain itu, keadaan keluarga yang ditandai oleh hubungan suami istri yang harmonis akan lebih menjamin seorang remaja dapat melewati masa transisinya dengan mulus Sarwono, 2000, h. 219. Keharmonisan hubungan orang tua, akan menciptakan kemesraan dalam keluarga, sehingga menimbulkan rasa aman bagi remaja untuk dapat berkembang dengan wajar dan menerima pengalaman-pengalaman sosialnya, sehingga dapat melakukan penyesuaian sosial dengan baik. Lingkungan keluarga yang dibutuhkan remaja adalah lingkungan yang dapat memberikan rasa aman dan 36 terlindung oleh orang tua sebagai salah satu syarat bagi kelancaran proses perkembangannya Gunarsa dan Gunarsa, 1995, h. 25. Becvar Becvar 1996, h. 124 menyatakan bahwa karakteristik dari keluarga yang sehat, mencakup enam dimensi yang saling berkombinasi. Enam dimensi tersebut, antara lain : 1. Setiap anggota keluarga saling mendukung satu sama lain 2. Tugas masing-masing anggota keluarga cenderung stabil dan konsisten 3. Pengajaran perilaku yang berkesinambungan 4. Upaya untuk menjaga status pernikahan dan pengasuhan anak 5. Tujuan yang akan dicapai keluarga dan setiap anggota keluarga harus jelas 6. Kemampuan untuk menyesuaikan diri secara fleksibel terhadap perubahan Selain itu, Lewis dalam Becvar, 1996, h. 124 menyatakan bahwa karakteristik keluarga yang berfungsi secara optimal dicirikan dengan beragamnya proses interaksi antaranggota keluarga. Hubungan antarorang tua mempunyai pengaruh yang cukup penting dalam perkembangan seorang anak. Kadang kala keluarga mengalami permasalahan yang akan menyebabkan keseimbangan terganggu dan menimbulkan suasana keluarga yang kurang menyenangkan, contohnya orang tua yang sedang berselisih atau bertengkar. Ketegangan antara ayah dan ibu, akan mengakibatkan anak- anaknya merasa tidak aman, merasa tidak mendapat perlindungan, dan kasih sayang. Anak akan merasa tertekan dan bersedih melihat ketidakharmonisan orang tuanya. Akibatnya anak menjadi kurang mampu menyesuaikan diri dengan situasi sosialnya Ratnawati dan Sinambela, 1996, h. 204. 37 Apabila anak sering menyaksikan atau mendengar hal-hal yang kurang serasi dalam keluarga, maka anak itu akan mengalami jiwa yang goncang karena sering merasa cemas dan takut Daradjat, 1982, h. 19. Kaplan dan Sadock 1997.b, h. 821 menyatakan bahwa remaja yang mengalami Skizofrenia, pada fase premorbidnya cenderung mengalami penolakan secara sosial, hubungan dengan teman sebaya yang buruk, adanya perilaku menarik diri, dan mengalami gangguan akademik. Keterlantaran dalam hal kasih sayang dari ibu di masa dini atau trauma psikis yang terjadi pada masa dini, dapat mempengaruhi kepribadian seseorang, yang dapat berakibat jauh ke masa depannya. Terjadinya gangguan dalam kualitas mothering yang tidak diimbangi dengan lingkungan sosial yang positif, dapat menimbulkan keadaan neurosis pada anak itu bahkan dapat pula menimbulkan Skizofrenia, karena berhubungan dengan ketidaksempurnaan perkembangan ego anak Santoso, 2003, h. 41. Bateson dalam Klein, 1996, h. 170 menyatakan bahwa pada keluarga yang anggota keluarganya mengalami Skizofrenia pada usia dini pola interaksinya cenderung kacau, masing-masing anggota keluarga kurang mampu melaksanakan tugasnya, dan pola komunikasinya tidak jelas. Pada akhirnya anak mengalami permasalahan penyesuaian diri di lingkungan keluarganya sendiri, sehingga muncul berbagai gangguan psikis pada diri anak tersebut Klein, 1996, h. 171. 38

4. Pola Asuh Orang Tua