Penyesuaian Diri pada Remaja

43

C. Remaja 1.

Definisi Remaja Remaja secara keseluruhan adalah individu yang benar-benar berada dalam kondisi perubahan yang menyeluruh menuju ke arah kesempurnaan, sehingga remaja digolongkan pada individu yang sedang tumbuh dan berkembang Yusuf, 1997, h. 31. Sedangkan Hurlock 1999.a, h. 207 menyatakan bahwa masa remaja adalah sebuah masa transisi sebagai peralihan dari anak-anak menjadi dewasa, dalam setiap masa peralihan, status individu tidaklah jelas, serta terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan Masa remaja berlangsung antara usia 13 tahun sampai dengan usia 21 tahun Monks, 2002, h. 258. Lebih lanjut tahap perkembangan remaja, terbagi menjadi tiga, yaitu masa remaja awal, masa remaja pertengahan, dan masa remaja akhir. Secara rinci, Monks 2004, h. 262 membagi tahap perkembangan remaja menjadi beberapa fase, yaitu fase remaja awal berusia 12-15 tahun, fase remaja pertengahan berusia 15-18 tahun, dan fase remaja akhir berusia 18-21 tahun. Remaja akhir merupakan masa paling rawan bagi remaja dalam melakukan penyesuaian sosial. Remaja akhir mengalami kegelisahan yang lebih kuat, karena tidak lama lagi, mereka akan menapaki masa dewasa dengan segala tuntutannya.

2. Penyesuaian Diri pada Remaja

Lingkungan sosial pada remaja meliputi lingkungan keluarga dan masyarakat sekitarnya, termasuk teman sebaya. Monks 2002, h.276 menjelaskan proses perkembangan sosial remaja, mengarahkan dirinya keluar dari lingkungan 44 keluarga ke orang lain di sekitarnya. Dalam perkembangan sosialnya, remaja melakukan dua macam gerak, yaitu mulai memisahkan diri dari orang tua dan menuju ke arah teman sebayanya peer group. Dacey dan Kenny dalam Karma, 2002, h.53 menyatakan bahwa pada masa remaja, seorang anak akan mengalami kebebasan dari keluarga atau orang tua mereka. Kebebasan tersebut meliputi pencapaian otonomi secara fisik dan psikologis. Salah satu faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri remaja adalah keluarga. Keluarga merupakan lingkungan di luar diri individu, tetapi juga merpakan pihak yang paling berpengaruh dalam membentuk kepribadian dan meletakkan pola penyesuaian diri seseorang sejak kecil. Keluarga merupakan bagian penting dari jaring sosial anak, hubungan keluarga menjadi landasan bagi pola penyesuaian dirinya Hurlock, 1999.a, h.267. Pengalaman dalam interaksi sosial keluarga, ikut menentukan cara-cara tingkah laku terhadap orang lain dan pergaulan sosial di masyarakat pada umumnya Gerungan, 1996, h.181. Schneiders 1975, h.133 menyatakan bahwa keadaan keluarga memegang peranan penting pada individu dalam melakukan penyesuaian diri. Susunan individu dalam keluarga, banyaknya anggota keluarga, peran sosial individu, serta pola hubungan orang tua dan anak, dapat mampengaruhi individu dalam melakukan penyesuaian diri. Page 1997, h.72 menyatakan bahwa penyesuaian diri dilakukan untuk melepaskan diri dari hambatan dan ketidaknyamanan yang ditimbulkannya, sehingga akan dicapai keseimbangan psikis dengan tidak menimbulkan konflik bagi dirinya sendiri dan tidak melanggar norma yang berlaku di masyarakat. 45 Remaja yang kurang berhasil dalam menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri maupun dengan lingkungannya, seringkali akan membuat pola-pola perilaku yang keliru atau disebut dengan maladjustment Schneiders, 1975, h.127. Kemampuan remaja dalam mengadakan penyesuaian terhadap perubahan- perubahan yang terjadi di dalam dirinya dan harapan masyarakat atau lingkungan, akan sangat menentukan bagi perkembangan selanjutnya dalam mempersiapkan diri menjadi dewasa. Ketidakmampuan untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, dapat mengakibatkan kehilangan penerimaan sosial atau bahkan penolakan sosial yang berdampak buruk bagi perkembangan jiwanya Hurlock, 1999.b, h. 289. Oleh karena itu, mau tidak mau remaja harus cepat dan serentak untuk mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan, dengan mengurangi tekanan akibat dorongan kebutuhan dan tuntutan dari lingkungan, serta mampu menyelaraskan hubungan dengan realitas yang ada Schneiders, 1975, h. 217. 46

C. Kebudayaan Jawa 1. Batasan Kebudayan Jawa

Kodiran dalam Koentjaraningrat, 2004, h. 329 menyatakan bahwa daerah kebudayaan Jawa itu luas, yaitu meliputi seluruh bagian tengah dan timur dari pulau Jawa. Daerah-daerah kolektif ini sering disebut daerah Kejawen. Sebelum terjadi perubahan status wilayah seperti sekarang ini, daerah itu meliputi Banyumas, Kedu, Yogyakarta, Surakarta, Madiun, Malang, dan Kediri. Dengan daerah di luar disebut pesisir dan ujung timur. Kerangka kebudayaan Jawa adalah bekas kerajaan Mataram sebelum terpecah pada tahun 1755, dengan pusat kebudayaan di kota Yogyakarta dan Surakarta. Orang Jawa adalah orang yang bahasa ibunya adalah bahasa Jawa yang sebenarnya itu. Jadi orang Jawa adalah penduduk asli bagian tengah dan timur pulau Jawa yang berbahasa Jawa Suseno, 2001, h. 11. Kebudayaan Jawa bukanlah suatu kesatuan yang bersifat homogen Koentjaraningrat, 1984, h. 25 karena kebudayaan Jawa, dapat dibagi menjadi empat subbudaya yang masing- masing memiliki ciri yang khas dan menonjol dengan ciri karakteristik tertentu, antara lain : Jawa Banyumasan, Jawa Bagelenan Kedu, Jawa Negarigung Kratonan, dan Jawa Pesisiran.

2. Sistem Religi dan Kepercayaan