30
B. Teori Keluarga 1. Definisi Keluarga
Berdasarkan Undang-Undang nomor 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Penduduk dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, BAB I Pasal 1 dalam buku
Peraturan tentang Kependudukan dan Keluarga Sejahtera, 2006, h. 6 dinyatakan bahwa : Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami,
istri, atau suami-istri dan anak, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Berdasarkan dimensi hubungan sosial, keluarga dapat didefinisikan sebagai
sekumpulan orang yang hidup dalam tempat tinggal yang sama dan masing- masing anggota merasakan adanya pertautan batin, sehingga tercipta suasana
saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling menyerahkan diri Shochib, 2000, h. 17.
2. Interaksi Keluarga
Setiap anggota keluarga memiliki perbedaan kebiasaan perilaku, sehingga masing-masing anggota keluarga akan mengalami perbedaan dalam memaknai
setiap peristiwa yang terjadi pada keluarga tersebut Klein, 1996, h. 88. Pemaknaan terhadap sebuah peristiwa akan diwujudkan dalam simbol-simbol
tertentu. Simbol tersebut akan dimanifestasikan ketika seseorang berinteraksi dengan anggota keluarga yang lain Klein, 1996, h. 88. Oleh karena itu,
pendefinisian seseorang terhadap sebuah situasi ditentukan oleh bagaimana dirinya merasakan lingkungannya dan bagaimana tindakan yang akan
dilakukannya. Dua alasan inilah yang mendasari pola interaksi simbolis di lingkungan keluarga Klein, 1996, h. 90.
31 Teori interaksi simbolis banyak digunakan untuk mempelajari tentang
dinamika keluarga, terutama untuk menjelaskan tentang pola perilaku setiap anggota keluarganya Klein, 1996, h. 98. Teori interaksi simbolis dapat
diterapkan dalam proses pendidikan kehidupan keluarga, seperti membangun harapan yang lebih realistis bagi setiap anggota keluarga dan meningkatkan
ketrampilan dalam hidup, sehingga kehidupan keluarga menjadi lebih sehat dan stabil Klein, 1996, h. 112. Setiap anggota keluarga memiliki peran dan
kedudukannya masing-masing. Kepuasan dalam berhubungan dengan anggota keluarga yang lain, berhubungan positif dengan kualitas peran yang dapat
dilakukan oleh setiap anggota keluarga Klein, 1996, h. 98. Keluarga sebagai sebuah kelompok kecil selalu berkembang berdasarkan
pola interaksi yang terjalin di antara anggota keluarga tersebut. Keluarga dapat berkembang karena setiap anggota keluarga secara terus menerus mempelajari
norma-norma yang berlaku di lingkungan masyarakatnya, sehingga keadaan keluarga akan selalu berubah dari waktu ke waktu. Setiap anggota keluarga bebas
untuk memerankan dan mengkomunikasikan peran yang sedang disandang olehnya kepada anggota keluarga yang lain. Peran yang disandang, dilaksanakan
dalam konteks hubungan interaksi dengan anggota keluarga yang lain dengan sistem aturan yang terorganisasi Klein, 1996, h. 138.
Keluarga adalah sebuah sistem sosial, sehingga setiap anggota keluarga terhubung satu dengan yang lain. Apabila terjadi perubahan pada seorang anggota
keluarga, maka anggota keluarga yang lain juga terkena dampaknya Klein, 1996, h. 155. Perubahan yang terjadi pada sebuah sistem keluarga dipengaruhi oleh
32 keadaan di lingkungan internalnya Klein, 1996, h. 157. Keluarga memerlukan
keadaan yang selalu seimbang homeostatis dalam menjalankan kehidupannya. Keseimbangan sistem keluarga dapat tercapai apabila masing-masing anggota
keluarga dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Tugas tersebut dapat dilaksanakan dengan baik apabila hubungan antaranggota keluarga terjalin kuat
dan hangat Klein, 1996, h. 159. Pada akhirnya tujuan dari sistem keluarga tersebut dapat tercapai.
Orang tua dan anak saling berinteraksi dengan erat dan saling membutuhkan. Pada hubungan interaksi ini, orang tua harus tetap memiliki
kedudukan yang lebih kuat dari pada anaknya Grusec, 1997, h. 27. Hubungan antara orang tua dan anak akan berkembang secara simultan menjadi semakin
kompleks Grusec, 1997, h. 32. Hubungan antara orang tua dan anak dicirikan oleh adanya rasa saling tergantung dan menguntungkan, karena di dalam
hubungan tersebut terdapat berbagai kebutuhan dan harapan Grusec, 1997, h. 33. Anak tergantung pada orang tua karena adanya kebutuhan untuk mendapatkan
keamanan dan kenyamanan. Orang tua juga tergantung pada anaknya untuk memenuhi kebutuhan meneruskan keturunan, mencurahkan kasih sayang, dan
memberikan kepuasan kepada anak Hoffman, dalam Grusec, 1997, h. 33. Rusaknya struktur dan sistem di dalam sebuah keluarga dapat disebabkan
oleh konflik interaksi antaranggota keluarga. Konflik didefinisikan sebagai ketidaksetujuan dan ketidaksesuaian keinginan atau pemikiran antaranggota
keluarga, sehingga menimbulkan pertentangan yang nyata di lingkungan keluarga Klein, 1996, h. 186. Konflik interaksi keluarga melibatkan seluruh individu yang
33 ada di lingkungan keluarga tersebut, seperti konflik antarorang tua, konflik antara
orang tua dengan anak, dan konflik antarsaudara kandung Klein, 1996, h. 186. Interaksi orang tua dan anak secara garis besar dibagi menjadi empat
macam, antara lain : konflik, kerja sama, suasana kebersamaan, dan belajar melalui pengamatan Grusec, 1997, h. 34.
a. Konflik
Interaksi antara orang tua dan anak sering diwarnai dengan konflik apabila telah mengarah pada pola penegakan disiplin orang tua untuk mengendalikan
perilaku anak Maccoby Martin; Schaffer; dalam Grusec, 1997, h. 34 konflik antara orang tua dan anak sering terjadi pada kondisi yang bersifat ambigu
Hoffman, dalam Grusec, 1997, h. 34 konflik dapat terjadi apabila negosiasi dan kompromi antara orang tua dan anak tidak tercapai Kuczynski dan Kochanska,
dalam Grusec, 1997, h. 34 konflik dapat terjadi apabila tidak tercapai kesepahaman dalam proses komunikasi antargenerasi Eisenberg; Goodnow,
dalam Grusec, 1997, h. 34. b.
Kerja sama Proses kerja sama antara orang tua dan anak dapat terjalin apabila terdapat
kesamaan tujuan dan terjadi penerimaan di kedua pihak. Pada proses kerja sama ini, anak harus bersedia mendengarkan dan melaksanakan perintah dari orang
tuanya. Anak harus berusaha untuk memenuhi harapan orang tua. Selain itu, orang tua juga harus mampu menunjukkan perilaku yang kooperatif dengan tetap
memperhatikan dan menerima saran dari anak Maccoby Martin; Schaffer, dalam Grusec, 1997, h. 35.
34 c.
Suasana kebersamaan Suasana kebersamaan tidak akan tercipta apabila selama proses interaksi,
orang tua cenderung memaksakan kehendak dan bereaksi secara emosional kepada anak. Hubungan yang telah terjalin lama akan menghasilkan berbagai
konsekuensi pada kedua pihak, berupa reaksi umpan balik terhadap perilaku yang dilakukan oleh orang lain. Oleh karena itu, orang tua harus mampu mencari
strategi yang tepat untuk menjamin rasa aman pada diri anak, dengan menghindari tindakan kekerasan ketika mendisiplinkan anak Grusec, 1997, h. 35.
d. Belajar melalui pengamatan
Orang tua berperan sebagai model untuk membentuk perilaku anak Bandura, dalam Grusec, 1997, h. 35. Selama proses sosialisasi, seorang anak
tidak hanya cukup melakukan imitasi saja melakukan pengamatan, tetapi anak tersebut juga berperan aktif dalam menyeleksi nilai dan perilaku orang lain di
lingkungan sosialnya Kuchynski, Zahn-Waxler Radke-Yarrow; Perry Bussey, dalam Grusec, 1997, h. 35. Belajar melalui pengamatan tidak hanya
berperan dalam proses pentransferan, tetapi juga berperan untuk memahami nilai dari orang tuanya. Interaksi orang tua dan anak sangat penting dalam proses
internalisasi nilai, karena interaksi tersebut menyediakan konteks untuk melakukan komunikasi dan negosiasi Grusec, 1997, h. 35.
3. Keluarga Sehat dan Keluarga yang Terganggu