Pertanyaan Penelitian Kriteria Diagnostik Skizofrenia

9 Foucault dalam Ranibow, 2002, h. 29 juga menyatakan bahwa Psikologi tidak harus didefinisikan sebagai sebuah ilmu pengetahuan, tapi bisa juga sebagai sebuah bentuk kebudayaan. Foucault ingin mewacanakan tentang Psikologi dalam ranah yang lebih luas. Peneliti ingin mewujudkan “tinarbukaning Psikologi”, yaitu Psikologi yang terbuka dan mampu berdialog dengan dirinya sendiri, dengan ilmu-ilmu yang lain, dengan kebudayaan, bahkan dengan agama. Keinginan ini, didasarkan pada “kodrat” Psikologi sebagai ilmu humaniora, yang berkewajiban dan memiliki tanggung jawab moral untuk dapat lebih “memanusiakan” manusia. Penelitian ini didasarkan pada pemikiran filsafat postmodernisme, yang menyatakan secara tegas, bahwa ada banyak pintu untuk menuju pada kebenaran, dan kebenaran tidaklah bersifat tunggal. Pemikiran ini mengajarkan tentang keterbukaan terhadap keberagaman berpikir dalam konteks tertentu, termasuk dalam konsep keilmuan. Cara berpikir yang seragam, harus selalu objektif, dan terukur dalam memandang sesuatu, haruslah ditata ulang. Oleh karena itu, melalui penelitian ini, peneliti ingin memberikan jembatan penghubung antara konsep Psikologi barat dan Psikologi timur.

3. Pertanyaan Penelitian

Permasalahan yang mendasari penelitian dan pertanyaan peneliti yang terkait dengan judul penelitian, telah dipaparkan pada uraian di atas. Pada bagian ini, peneliti akan mengajukan beberapa pertanyaan penelitian yang terkait dengan topik penelitian. Pertanyaan-pertanyaan ini penting diajukan, untuk mendukung kelengkapan informasi yang akan dikumpulkan dari lapangan penelitian. 10 Informasi yang lengkap dari lapangan penelitian, akan memudahkan peneliti dalam menganalisis kasus. Pada akhirnya, semua permasalahan penelitian dapat terjawab secara rinci dan sistematis. Berikut ini adalah beberapa pertanyaan yang terkait dengan topik penelitian : a. Bagaimanakah proses perkembangan subjek kasus secara keseluruhan? b. Bagaimanakah interaksi keluarga subjek kasus? c. Bagaimanakah suasana keluarga subjek kasus dalam kehidupan sehari-hari? d. Bagaimanakah pola asuh yang diterapkan oleh orang tua subjek kasus? e. Bagaimanakah kecenderungan kepribadian subjek kasus secara umum? f. Bagaimanakah perjalanan Skizofrenia yang dialami oleh subjek kasus? 11

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian studi kasus ini adalah memahami tentang dinamika keluarga dari remaja yang mengalami Skizofrenia dan memberikan gambaran tentang pengaruh keluarga terhadap perkembangan gangguan Skizofrenia pada remaja di budaya Jawa.

C. Manfaat Penelitian 1.

Manfaat Teoretis Inilah harapan peneliti untuk mengangkat kearifan lokal Jawa dalam kajian kesehatan mental dan pengasuhan anak, sehingga dapat memperkaya khasanah subteori Psikologi Klinis Keluarga yang beririsan dengan Psikologi Abnormalitas Perkembangan. Harapan ini, lebih ditujukan untuk mewujudkan Psikologi yang “berwajah” Indonesia, khususnya men-Jawa.

2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini bagi peneliti, keluarga subjek penelitian, dan masyarakat luas, antara lain : a. Keluarga subjek penelitian Memberikan sumbangan saran kepada keluarga subjek penelitian, untuk melakukan serangkaian penyesuaian ulang dalam menjalin hubungan antaranggota keluarganya. Terutama mengembalikan keberfungsian diri subjek yang mengalami Skizofrenia dan mencegah terjadinya kekambuhan. 12 b. Institusi Peneliti akan memberikan rekomendasi RSJD dr. Amino Gondohutomo, Pedurungan, Semarang. Rekomendasi ini berisi tentang sumbangan saran untuk mendukung program-program yang ada di institusi tersebut, terkait dengan usaha peningkatan bidang kesehatan mental di lingkungan keluarga, melalui pola pengasuhan yang sehat. c. Masyarakat luas Berdasarkan hasil temuan penelitian ini, diharapkan para pembaca dapat menarik kesimpulan umum dan menggunakan saran dalam penelitian ini secara praktis dalam kehidupan sehari-hari. 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Skizofrenia 1. Definisi Skizofrenia

Cameron dalam Gabbard, 1994, h. 164 menyatakan bahwa Skizofrenia adalah serangkaian reaksi Skizofrenik, yang bersifat regresif sebagai usaha untuk menghindarkan diri dari berbagai tegangan dan kecemasan, dengan cara meninggalkan relasi objek interpersonalnya secara nyata dan semakin menunjukkan munculnya delusi dan halusinasi. Halgin dan Withbourne 1997, h. 256 menyatakan bahwa Skizofrenia adalah gangguan dengan simtom yang bervariasi, termasuk gangguan dalam proses berpikir, isi, dan bentuk pemikiran, persepsi, gangguan afek, motivasi, kesadaran diri, gangguan dalam tingkah laku, dan hubungan dengan orang lain. Sedangkan menurut DSM IV TR APA, 2000, h. 298 Skizofrenia adalah gangguan yang terjadi dalam durasi paling sedikit selama 6 bulan, dengan 1 bulan fase aktif simtom atau lebih yang diikuti munculnya delusi, halusinasi, pembicaraan yang tidak terorganisir, dan adanya perilaku yang katatonik serta adanya simtom negatif.

2. Kriteria Diagnostik Skizofrenia

Ada beberapa kriteria diagnostik Skizofrenia di dalam DSM IV TR APA, 2000, h. 312 antara lain : 14 A. Karakteristik simtom : Terdapat dua atau lebih dari kriteria di bawah ini, masing-masing ditemukan secara signifikan selama periode satu bulan atau kurang, bila berhasil ditangani : 1 Delusi waham 2 Halusinasi 3 Pembicaraan yang tidak terorganisasi misalnya, topiknya sering menyimpang atau tidak berhubungan 4 Perilaku yang tidak terorganisasi secara luas atau munculnya perilaku katatonik yang jelas 5 Simtom negatif; yaitu adanya afek yang datar, alogia atau avolisi tidak adanya kemauan. Catatan : Hanya diperlukan satu simtom dari kriteria A, jika delusi yang muncul bersifat kacau bizare atau halusinasi terdiri dari beberapa suara yang terus menerus mengkomentari perilaku atau pikiran pasien, atau dua atau lebih suara yang saling berbincang antara satu dengan yang lainnya. B. Ketidakberfungsian sosial atau pekerjaan : Untuk kurun waktu yang signifikan sejak munculnya onset gangguan, ketidakberfungsian ini meliputi satu atau lebih fungsi utama; seperti pekerjaan, hubungan interpersonal, atau perwatan diri, yang jelas di bawah tingkat yang dicapai sebelum onset atau jika onset pada masa anak-anak atau remaja, adanya kegagalan untuk mencapai beberapa tingkatan hubungan interpersonal, prestasi akademik, atau pekerjaan yang diharapkan. 15 C. Durasi : Adanya tanda-tanda gangguan yang terus menerus menetap selama sekurangnya enam bulan. Pada periode enam bulan ini, harus termasuk sekurangnya satu bulan gejala atau kurang, bila berhasil ditangani yang memenuhi kriteria A yaitu fase aktif simtom dan mungkin termasuk pula periode gejala prodromal atau residual. Selama periode prodromal atau residual ini, tanda-tanda dari gangguan mungkin hanya dimanifestasikan oleh simtom negatif atau dua atau lebih simtom yang dituliskan dalam kriteria A dalam bentuk yang lemah misalnya, keyakinan yang aneh, pengalaman persepsi yang tidak lazim. D. Di luar gangguan Skizoafektif dan gangguan Mood : Gangguan-gangguan lain dengan ciri psikotik tidak dimasukkan, karena : 1 Selama fase aktif simtom, tidak ada episode depresif mayor, manik atau episode campuran yang terjadi secara bersamaan. 2 Jika episode mood terjadi selama simtom fase aktif, maka durasi totalnya akan relatif lebih singkat bila dibandingkan dengan durasi periode aktif atau residualnya. E. Di luar kondisi di bawah pengaruh zat atau kondisi medis umum : Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat penyalahgunaan obat, pengaruh medikasi atau kondisi medis umum. F. Hubungan dengan perkembangan pervasive : Jika ada riwayat gangguan autistik atau gangguan perkembangan pervasive lainnya, diagnosis tambahan Skizofrenia dibuat hanya jika muncul delusi atau halusinasi 16 secara menonjol untuk sekurang-kurangnya selama satu bulan atau kurang jika berhasil ditangani Klasifikasi perjalanan gangguan jangka panjang klasifikasi ini hanya dapat diterapkan setelah sekurang-kurangnya satu tahun atau lebih, sejak onset awal dari munculnya simtom fase aktif : Episodik dengan simtom residual interepisode episode ini dinyatakan dengan munculnya kembali simtom psikotik yang menonjol; khususnya dengan gejala negatif yang menonjol Episodik tanpa simtom residual interepisodik Kontinum ditemukan adanya simtom psikotik yang menonjol di seluruh periode observasi; dengan simtom negatif yang menonjol Episode tunggal dalam remisi parsial; khususnya : dengan gejala negatif yang menonjol Episode tunggal dalam remisi penuh Pola lain yang tidak ditemukan tidak spesifik 17 Kaplan dan Sadock 1997.b, h. 821 menyatakan bahwa kriteria diagnostik untuk Skizofrenia pada remaja masih sama dengan kriteria untuk usia dewasa, tetapi pada usia remaja lebih ditandai oleh kegagalan dalam mencapai beberapa fungsi sosial dan akademik yang diharapkan sesuai dengan tingkat perkembangannya, bukan karena mengalami pemburukan fungsi. Skizofrenia pada remaja sering didiagnosis pada remaja yang berusia lebih dari 15 tahun. Gejala biasanya muncul secara perlahan-lahan, dan kriteria diagnosis secara bertahap dapat terpenuhi seiring dengan proses perjalanan gangguan. Namun terkadang, onset Skizofrenia dapat tiba-tiba terjadi pada remaja yang sebelumnya berfungsi dengan baik Kaplan dan Sadock, 1997.b, h. 822. Oleh karena itu, Skizofrenia tidak hanya terjadi pada usia dewasa saja.

3. Tipe-Tipe Skizofrenia