IV METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Bekasi Utara pada usaha Gudang Lele yang terletak di Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat.
Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja purposive dengan pertimbangan bahwa di Kecamatan Bekasi Utara merupakan salah satu sentra produksi budidaya
ikan lele, khususnya lele phyton. Pengambilan data di lapangan berlangsung selama satu bulan yaitu dari tanggal 01 juni sampai dengan 01 Juli 2011.
4.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan pemilik
pengusahaan ikan lele. Data primer yang didapat mencakup biaya-biaya yang dikeluarkan selama umur proyek, yang terdiri dari biaya investasi dan biaya
operasional serta penerimaan dari pengusahaan ikan lele. Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari studi literatur berbagai buku, skripsi,
internet, dan instansi terkait seperti Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kota Bekasi, serta Badan Pusat Statistik BPS.
4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Studi kasus atau penelitian kasus case study adalah penelitian tentang kasus subyek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari
keseluruhan personalitas Nazir 2003. Subjek penelitian dapat berupa individu, kelompok, lembaga maupun masyarakat. Tujuan studi kasus adalah untuk
memberikan gambaran secara detail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter- karakter yang khas dari kasus atau pun status individu yang kemudian dari sifat-sifat
tersebut akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum Nazir 2003. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus
dengan satuan kasusnya adalah pengusahaan ikan lele phyton di Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Data yang diperoleh berupa data
38
kuantitatif, data yang terkumpul lalu diolah dan disajikan dalam bentuk tabel yang kemudian dianalisis secara deskriptif. Data kuantitatif dan informasi yang telah
dikumpulkan diolah menggunakan komputer program Microsoft Excel dan disajikan dalam bentuk tabulasi yang digunakan untuk mengklasifikasi data yang ada serta
mempermudah dalam melakukan analisis data. Data kuantitatif meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani mencakup
biaya investasi dan biaya operasional serta penerimaan dari hasil penjualan ikan lele, sedangkan untuk data kualitatif disajikan dalam bentuk deskriptif. Data kualitatif
merupakan hasil analisis terhadap aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan.
4.3.1. Analisis Aspek Pasar
Analisis aspek pasar dapat dilihat dari sisi produk yang dihasilkan dimana adanya suatu permintaan terhadap benih ikan lele dan ikan lele ukuran konsumsi
dengan harga jual yang dapat memperoleh penerimaan yang menguntungkan dalam kegiatan pemasaran produk yang dihasilkan. Aspek pasar yang dikaji yaitu
bagaimana permintaan ikan lele dipasar, harga output yang dihasilkan yaitu benih dan ikan lele ukuran konsumsi, serta jalur pemasaran yang dilakukan oleh usaha Gudang
Lele.
4.3.2. Analisis Aspek Teknis
Analisis aspek teknis dianalisis secara deskriptif yang mengungkapkan bagaimana secara teknis proses produksi yang dilaksanakan pada kegiatan
pembenihan, pendederan, serta pembesaran ikan lele. Selain itu juga untuk mengetahui gambaran umum pengusahaan ikan lele, lokasi pengusahaan ikan lele,
input proyek penyediaan dan output produksi yang dihasilkan. Mengkaji perencanaan produksi sehingga dapat menghasilkan output berupa benih dan ikan lele
ukuran konsumsi, kapasitas produksi dan jenis teknologi yang dipakai.
39
4.3.3. Analisis Aspek Manajemen
Aspek ini dapat dilihat berdasarkan struktur pengelola proyek, spesifikasi keahlian dan tanggung jawab pihak yang terlibat dalam proyek dan pelaksanaan
pengusahaan ikan lele di lapangan. Mengkaji struktur organisasi dalam perusahaan, bagaimana bentuk organisasi atau kelembagaan dalam perusahaan.
4.3.4. Analisis Aspek Sosial dan Lingkungan
Analisis aspek sosial dan lingkungan dapat dilakukan dengan menganalisis perkiraan dampak yang ditimbulkan akibat adanya usaha yang didirikan. Dampak
yang ditimbulkan ini akan membawa pengaruh bagi kegiatan yang dilakukan pada pengusahaan ikan lele yaitu baik pembenihan maupun pembesaran. Selain itu,
pengaruh juga dirasakan baik sebagai manfaat bagi masyarakat sekitar dan lingkungan sekitar, maupun manfaat bagi perusahaan itu sendiri ataupun kerugian
bagi masyarakat dan lingkungan sekitar tempat usaha.
4.3.5. Analisis Kelayakan Finansial
Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengukur apakah pengusahaan ikan lele phyton tersebut layak atau tidak untuk dilaksanakan. Perhitungannya
meliputi biaya-biaya yang harus dikeluarkan serta keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan produk berdasarkan skala usaha serta teknologi yang digunakan.
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan dalam satu tahun.
Salah satu metode untuk melihat kelayakan dari analisis finansial adalah menggunakan metode cash flow analisis Kadariah et al. 1999. Beberapa kriteria
yang dipakai dalam penilaian kelayakan adalah Nilai Bersih Sekarang Net Present Value, Rasio Manfaat Biaya Bersih Net Benefit and Cost Rasio, Tingkat
Pengembalian Investasi Internal Rate of Return dan Masa Pengembalian Investasi Payback Period.
40
4.3.5.1. Net Present Value NPV
Net Present Value atau nilai kini manfaat bersih adalah selisih antara total present value benefit dengan total present value cost, atau jumlah present value dari
manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Nilai yang dihasilkan oleh perhitungan NPV adalah dalam satuan mata uang Rupiah Nurmalina et al. 2009. Secara
matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :
NPV =
−
1 +
Keterangan : Bt = Manfaat pada tahun ke-t
Ct = Biaya pada tahun ke-t n = Umur ekonomis proyek
i = Tingkat suku bunga yang berlaku t = Tahun kegiatan bisnis t=0,1,2,3,4,5,….n
Kriteria investasi berdasarkan NPV yaitu : NPV 0, artinya suatu proyek sudah dinyatakan layak dan dapat dilaksanakan.
NPV 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang
dipergunakan. Dengan kata lain, proyek tersebut merugikan dan sebaiknya tidak dilaksanakan.
NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu mengembalikan persis sebesar modal sosial. Opportinities Cost faktor produksi normal. Dengan kata lain, proyek
tersebut tidak untung dan tidak rugi.
4.3.5.2 Net Benefit and Cost Ratio Net BC Ratio
Net Benefit dan Cost Ratio Net BC Ratio menyatakan besarnya pengembalian terhadap setiap satu satuan biaya yang telah dikeluarkan selama umur
proyek. Net BC adalah perbandingan antara jumlah nilai kini dari keuntungan bersih pada tahun dimana keuntungan bersih positif dengan keuntungan bersih yang bernilai
negatif Nurmalina et al. 2009. Rumus untuk menghitung Net BC adalah sebagai berikut :
41
Net B C
⁄
=
−
1 +
−
1 + ,
−
,
−
Keterangan : Bt = Manfaat pada tahun ke-t
Ct = Biaya pada tahun ke-t i = Tingkat suku bunga Discount Rate
t = Tahun
4.3.5.3. Internal Rate of Return IRR
Menurut Nurmalina et al. 2009, kelayakan bisnis juga dinilai dari seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. Hal ini ditunjukkan
dengan mengukur besaran Internal Rate of Return IRR. IRR adalah tingkat discount rate DR yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Besaran yang
dihasilkan dari perhitungan ini adalah dalam satuan persentase . Suatu bisnis dikatakan layak apabila IRR-nya lebih besar dari opportunity cost of capital-nya
DR.
= +
− −
Keterangan : IRR = Tingkat internal hasil
i
1
= Tingkat diskonto yang menghasilkan NPV positif i
2
= Tingkat diskonto yang menghasilkan NPV negatif
NPV 1 = Nilai bersih sekarang yang bernilai positif Rupiah NPV 2 = Nilai bersih sekarang yang bernilai negatif Rupiah
Penilaian kelayakan finansial berdasarkan IRR yaitu : 1. IRR tingkat suku bunga yang berlaku, berarti investasi layak untuk
dilaksanakan
42
2. IRR = tingkat suku bunga yang berlaku, berarti investasi tidak menguntungkan dan tidak merugikan
3. IRR tingkat suku bunga yang berlaku, berarti investasi tidak layak untuk dilaksanakan.
4.3.5.4. Payback Period
Analisis payback period adalah analisis suatu jangka waktu periode kembalinya keseluruhan investasi kapital yang ditanamkan, dihitung mulai dari
permulaan proyek sampai dengan arus nilai netto produksi tambahan, sehingga mencapai jumlah keseluruhan investasi kapital yang ditanamkan dengan
menggunakan aliran kas Gittinger 1986. Pada dasarnya semakin cepat payback periode menandakan semakin kecil resiko yang dihadapi oleh investor. Secara
matematis payback period dapat dirumuskan sebagai berikut :
=
Dimana : PP = Payback Period
I = Jumlah keseluruhan modal investasi
Ab = Manfaat bersih yang dapat diperoleh per tahun
4.3.6. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat perubahan yang ada dalam kegiatan budidaya ikan lele yang berdampak terhadap suatu analisis. Tujuan analisis
ini adalah untuk melihat kembali hasil analisis suatu kegiatan investasi atau aktivitas ekonomi, apakah ada perubahan dan apabila terjadi kesalahan atau adanya perubahan
di dalam perhitungan biaya atau manfaat Nurmalina et al. 2009. Analisis sensitivitas ini perlu dilakukan karena dalam kegiatan investasi, perhitungan
didasarkan pada proyek-proyek yang mengandung ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang Gittenger 1986.
43
Gittenger 1986 mengatakan bahwa suatu variasi pada analisis sensitivitas adalah nilai pengganti switching value. Switching value merupakan perhitungan
untuk perubahan maksimum dari perubahan suatu komponen inflow penurunan harga output, penurunan produksi atau perubahan komponen outflow peningkatan
harga input atau peningkatan biaya produksi yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak Nurmalina et al. 2009. Oleh karena itu, perubahan jangan
melebihi nilai tersebut. Bila melebihi maka bisnis menjadi tidak layak untuk dilaksanakan. Perhitungan ini mengacu kepada berapa besar perubahan terjadi sampai
dengan NPV sama dengan nol NPV=0. Metode yang digunakan pada analisis switching value adalah metode interpolasi yang sebelumnya dilakukan secara manual
terhadap komponen tertentu.
4.4. Asumsi Dasar Yang Digunakan
Analisis kelayakan pengusahaan ikan lele ini menggunakan beberapa asumsi dasar yaitu :
1. Usaha yang dilakukan dengan menggunakan modal pinjaman 2. Tingkat diskonto yang digunakan merupakan tingkat suku bunga pinjaman
kredit Bank Rakyat Indonesia pada bulan Juli 2011 sebesar 12 persen per tahun 3. Kegiatan pengusahaan ikan lele yang dilakukan pada usaha Gudang Lele adalah
pengusahaan pembenihan ikan lele dan pengusahaan pembesaran ikan lele. 4. Skala pengusahaan ikan lele pada pembenihan dan pembesaran ikan lele adalah
skala usaha kecil, dengan luasan lahan yang dimiliki oleh usaha Gudang Lele adalah 650 m
2
. 5. Induk yang digunakan dalam kegiatan pengusahaan pembenihan ikan lele
merupakan induk betina yang sudah siap dipijahkan yang berumur 1 tahun dengan bobot ikan betina 1,5 kilogram dan bobot ikan jantan 1 kilogram dan
mempunyai umur ekonomis. 6. Umur proyek dari analisis kelayakan finansial pengusahaan ikan lele adalah 10
tahun berdasarkan umur ekonomis kolam kolam semen yang digunakan dalam kegiatan produksi di usaha Gudang Lele
44
7. Ikan lele yang diusahakan adalah jenis ikan lele phyton. 8. Pada pengusahaan pembenihan ikan lele tingkat daya tetas telur adalah 90 persen
dan tingkat kemampuan hidup adalah 85 persen, sedangkan pada pengusahaan pembesaran ikan lele tingkat kemampuan hidup adalah 100 persen.
9. Benih ikan lele yang siap panen adalah benih yang telah menjalani masa pemeliharaan selama 6 minggu dan panjangnya mencapai 5-8 cm, sedangkan
benih ikan lele ukuran konsumsi yang mencapai 9-10 ekor per kilogram dipelihara selama 2,5-3 bulan.
10. Harga jual benih ikan lele yang berlaku dipasar yaitu Rp 200,00 per ekor, dan harga ikan lele untuk kegiatan pembesaran atau konsumsi sebesar Rp 13.000 per
kilogram. Harga Jual Induk Ikan Lele afkir Rp 13.000 per kilogram. Nilai jual ini berdasarkan harga yang berlaku pada saat penelitian pada bulan juli 2011.
11. Analisis sensitivitas dalam penelitian ini menggunakan metode switching value, dengan adanya perubahan pada kenaikan biaya variabel, penurunan harga jual
output, penurunan volume produksi, dan kenaikan biaya variabel baik benih maupun ikan lele konsumsi.
12. Pajak pendapatan yang digunakan adalah pajak berdasarkan UU No. 36 Tahun 2008 Tentang Tarif Umum PPh Wajib Pajak Badan Dalam Negeri dan Bentuk
Usaha Tetap yaitu sebesar 25
V GAMBARAN UMUM USAHA
5.1. Gambaran Umum Wilayah