Karekteristik Ikan Lele Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele Phyton (Clarias sp.) Pada Usaha Gudang Lele, Kota Bekasi Jawa Barat

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karekteristik Ikan Lele

Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa, baik dibudidayakan di kolam maupun di keramba sungai, danau dan irigasi. Sebagai bagian kelompok hewan berdarah dingin, sebagian besar ikan termasuk ikan lele sangat efisien dalam mengonversi energi yang berasal dari pakan menjadi protein Khairuman dan Amri 2008. Hal ini tentu sangat menguntungkan karena dalam pembudidayaan ikan lele phyton, pakan merupakan komponen biaya investasi yang cukup besar. Pemanfaatan pakan secara efektif akan menyokong laju pertumbuhan. Artinya, pakan yang diberikan dapat sepenuhnya dimanfaatkan untuk memacu laju pertumbuhan yang lebih cepat sehingga masa pemeliharaan dapat dipersingkat. Lele phyton merupakan hasil persilangan antara lele Thailand dengan lele Afrika yang dikembangkan di Pandeglang, Banten. Jenis lele phyton ini dikembangkan oleh tim persilangan lele yang diberi nama Sinar Kehidupan Abadi SKA berlokasi di Desa Banyumundu, Kecamatan Cimanuk, tahun 1997. Tim SKA sendiri yang terdiri dari Wawan Setyawan, Aji Satria Perambah Jati, Teja Swarna Jati, Raja Jati Sonar Baskara, dan Uwak Bayu. Persilangan ini dilakukan karena penyebaran benih lele dumbo yang berkembang saat itu sudah mulai menurun kualitasnya dan tidak jelas secara genetik. Seperti umumnya ikan lele lainnya, lele phyton memiliki bentuk tubuh yang memanjang, berkulit licin, berlendir, dan tidak bersisik. Kepala lele phyton lebih kecil dengan bentuk kepalanya seperti ular piton. Kulit tubuh lele phyton berwarna hitam, hitam keunguan, atau hitam kehijauan pada bagian punggung, dan putih kekuningan pada bagian perut, bagian samping totol-totol. Memiliki tubuh yang lebih panjang dari lele dumbo pada usia yang sama. Jika terkena sinar matahari, warna tubuh lele berubah menjadi pucat dan jika terkejut warna tubuhnya berubah menjadi loreng seperti mozaik hitam-putih. Mulut lele phyton relatif lebih kecil dibandingkan lele sangkuriang dan lele dumbo. Tanda spesifik lainnya dari lele phyton adalah adanya kumis di sekitar mulut sebanyak 8 buah 12 yang berfungsi sebagai alat peraba saat bergerak atau ketika mencari makan Khairuman dan Amri 2008. Sebagai alat bantu untuk berenang, ikan lele phyton memiliki tiga buah sirip tunggal, yakni sirip punggung, sirip ekor dan sirip dubur. Lele phyton juga memiliki sirip berpasangan, yaitu sirip dada dan sirip perut. Pada sirip dada pina thoracalis dijumpai sepasang patil atau duri keras yang dapat digunakan untuk mempertahankan diri dan kadang-kadang dapat dipakai untuk berjalan dipermukaan tanah atau pematang. Sedangkan pada bagian atas ruangan rongga insang terdapat alat pernapasan tambahan organ arborescent, bentuknya seperti batang pohon yang penuh dengan kapiler-kapiler darah Khairuman dan Amri 2008.

2.2. Habitat dan Tingkah Laku Ikan Lele