commit to user
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan komponen yang sangat penting dan tidak dapat terlepas dari kehidupan kita sehari-hari. Hal ini disebabkan karena bahasa merupakan alat
komunikasi yang paling efektif, baik komunikasi secara lisan maupun tulisan. Salah satu cara untuk mengembangkan keterampilan berbahasa Indonesia adalah
melaui pembelajaran bahasa Indonesia. Pada prinsipnya tujuan pembelajaran bahasa Indonesia bagi para siswa
adalah untuk menguasai keterampilan berbahasa yang meliputi empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu: 1 keterampilan menyimak listening skills; 2
keterampilan berbicara speaking skills; 3 keterampilan membaca reading skills; dan 4 keterampilan menulis writing skills. Keempat keterampilan
berbahasa tersebut tidak dapat dimiliki secara otomatis, tetapi memerlukan proses untuk belajar dan berlatih. Masing-masing aspek mempunyai keterkaitan satu
sama lain. Aspek menyimak dan membaca merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif atau menerima, sedangkan aspek berbicara dan menulis
keterampilan berbahasa yang bersifat produktif atau menggunakan. Melalui pengajaran bahasa Indonesia diharapkan siswa memiliki, 1
keterampilan berbahasa Indonesia yang meliputi keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis; 2 pengetahuan yang memadai tentang
kebahasaan yang meliputi fonologi, morfologi, sintaksis; 3 sikap positif terhadap bahasa Indonesia; dan 4 dapat mengambil hikmah dan nilai-nilai luhur melalui
pengajaran apresiasi sastra Swandono, 2007. Pembelajaran bahasa juga diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam hal berkomunikasi baik secara lisan maupun secara tertulis dengan bahasa Indonesia secara baik dan benar sehingga pada akhirnya siswa dapat
mengaplikasikan penggunaan bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah yang berlaku.
commit to user
Akan tetapi, pada kenyataannya masih terdapat kendala-kendala yang dihadapi oleh siswa untuk mengembangkan empat keterampilan berbahasa di atas,
terutama keterampilan menulis. Penelitian Rankin dan Anderson dalam Rasty, 2010 tentang kegiatan
berbahasa memperlihatkan bahwa i menyimak: 45, ii berbicara: 30, iii membaca: 16, iv menulis: 9. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan menulis
tidak begitu diminati oleh banyak orang. Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif. Keterampilan
menulis tidak akan dimiliki seseorang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktik secara terus-menerus. Melalui latihan secara intensif maka
dapat meningkatkan keterampilan dalam menulis. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005: 968 menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan seperti
mengarang, membuat surat dengan tulisan. Sabarti Akhadiah 1996: 2 mengungkapkan bahwa menulis berarti
mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta mengungkapkannya secara tersurat. Menulis berarti menuangkan ide pikiran, gagasan, pengetahuan, dan
wawasan ke dalam tulisan yang sistematis dan bisa dipahami oleh orang lain. Tujuan pengajaran menulis di sekolah adalah agar siswa mempunyai
kemampuan menulis sehingga siswa tidak beranggapan bahwa keterampilan menulis itu merupakan kegiatan yang rumit. Di samping itu, tujuan yang
diharapakan dalam pembelajaran menulis di sekolah adalah agar siswa mampu memahami dan dapat mengungkapkan apa yang mereka tangkap, gagasan,
pendapat, pesan, dan perasaan mereka dalam bentuk tertulis. Secara umum tujuan pembelajaran keterampilan menulis adalah agar
siswa mampu mengomunikasikan ide atau gagasan atau pendapat secara tertulis atau pun sebagai kegiatan mengekspresikan ilmu pengetahuan, pengalaman
hidup, ide, imaji, aspirasi, dan lain-lain Yant Mujiyanto, dkk., 1999: 70. Salah satu keterampilan menulis yang diajarkan pada jenjang Sekolah
Menengah Pertama SMP adalah keterampilan menulis teks berita. Pada kelas VIII, standar kompetensi yang dikembangkan antara lain: menulis rangkuman dari
beberapa teks bacaan yang memiliki kemiripan topik, menulis laporan, menulis
commit to user
surat resmi, menulis ulasan buku biografi, menyunting tulisan sendiri atau orang lain, menulis teks berita, menulis rangkuman isi buku ilmu pengetahuan populer,
menulis slogan dan poster untuk berbagai keperluan, menulis rencana kegiatan, menulis surat dinas, dan menulis petunjuk Kurikulum 2004 SMP: 23-25.
Keterampilan menulis teks berita merupakan salah satu kompetensi berbahasa yang harus dikembangkan. Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran
menulis teks berita, siswa diharapkan dapat menyusun data pokok berita, mampu merangkai data-data pokok berita menjadi berita yang singkat, padat, dan jelas.
Selama ini kualitas pembelajaran menulis teks berita pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Plaosan masih rendah. Hal ini disebabkan karena dua faktor, yakni
faktor yang berasal dari guru dan faktor yang berasal dari siswa. Berdasarkan hasil observasi pembelajaran menulis teks berita pada siswa siswa kelas VIII D SMP
Negeri 1 Plaosan diketahui bahwa guru belum menerapkan metode yang inovatif dalam kegiatan pembelajaran lihat lampiran 2 halaman 131.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di kelas VIII D SMP Negeri 1 Plaosan menunjukkan bahwa dalam menyampaikan materi guru lebih banyak
menggunakan metode ceramah. Hal tersebut menyebabkan tidak ada interaksi antara guru dan siswa sehingga siswa tidak antusias dalam mengikuti
pembelajaran menulis teks berita. Selain itu, guru belum menggunakan media dalam pembelajaran menulis teks berita. Guru hanya menggunakan buku paket
atau pun LKS dalam mengajar. Pengelolaan kelas secara individu juga menjadi kendala dalam
pembelajaran menulis teks berita di kelas VIII D SMP Negeri 1 Plaosan. Guru jarang menerapkan metode kerja kelompok dalam mengajar. Sementara itu, faktor
yang berasal dari siswa meliputi kurangnya minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis teks berita. Dalam proses pembelajaran menulis
teks berita, siswa belum dapat menulis teks berita secara detail, siswa merasa kebingungan harus menulis apa, siswa belum dapat menyusun kalimat dengan
struktur kalimat yang baik dan benar. Siswa juga belum memperhatikan ejaan dan penggunaan kosakata yang baik dalam menulis teks berita.
commit to user
Hasil angket menunjukkan bahwa sebanyak 17 siswa dari 27 siswa atau 63 kurang menyukai pembelajaran menulis teks berita. Siswa kurang aktif
selama kegiatan pembelajaran. Selain itu, siswa jarang membaca berita. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru yang menyatakan
bahwa pada umumnya siswa kelas VIII D jarang membaca berita dalam surat kabar atau pun menonton berita. Hal tersebut diperkuat dengan hasil angket yang
menunjukkan bahwa dari 27 siswa hanya 3 siswa 11 yang sering membaca berita dalam surat kabar, sedangkan 24 siswa 89 jarang membaca berita lihat
lampiran 11 halaman 173. Berdasarkan hasil observasi di kelas mengenai pembelajaran menulis teks
berita, peneliti menemukan bahwa kegiatan menulis teks berita yang diajarkan oleh guru masih bersifat konvensional, yakni: 1 guru melakukan apersepsi; 2
guru menjelaskan mengenai materi tentang pembelajaran menulis teks berita; 3 guru memberikan contoh teks berita dan mengidentifikasi unsur 5W+1H bersama
siswa; 4 guru menyuruh siswa menulis teks berita; 5 guru meminta siswa untuk mengumpulkan tugasnya.
Berdasarkan uraian di atas, faktor yang diduga sebagai penyebab rendahnya kualitas pembelajaran menulis teks berita di atas berhubungan erat
dengan metode pembelajaran yang belum inovatif dan tidak adanya kebiasaan membaca teks berita yang mengakibatkan rendahnya kemampuan menulis teks
berita siswa. Pernyataan tersebut dibuktikan dengan rendahnya kualitas hasil pembelajaran menulis teks berita.
Berdasarkan data nilai menulis yang diperoleh dari guru mata pelajaran, hanya 6 siswa 22 dari 27 siswa yang nilai menulisnya sudah mencapai standar
ketuntasan minimal lihat lampiran 7 halaman 149. Tidak adanya media dalam pembelajaran, metode mengajar yang didominasi dengan metode ceramah, dan
pengelolaan kelas yang bersifat individual membuat para siswa kurang antusias dalam mengikuti pelajaran. Hal ini terbukti dengan adanya beberapa siswa yang
duduk di belakang berbicara sendiri ketika guru memberi penjelasan, salah satu siswa meletakkan kepalanya di bangku, dan terdapat siswa yang bermain sendiri
di bangku belakang. Selain itu, guru tidak menerapkan tahapan-tahapan dalam
commit to user
kegiatan menulis yang meliputi prapenulisan, penulisan, dan tahap pascapenulisan sehingga pada umumnya siswa masih mengalami kesulitan dalam kegiatan
menulis. Berdasarkan hal-hal di atas seperti kurangnya motivasi dan antusias siswa
dalam mengikuti pembelajaran, kesulitan siswa dalam menulis teks berita, metode pembelajaran yang masih didominasi oleh guru, sebaiknya guru mencari suatu
pendekatan atau inovasi baru untuk meningkatkan keterampilan menulis teks berita siswa sehingga pembelajaran tidak terpaku pada konsep konvensional,
yakni guru hanya ceramah dan siswa hanya mendengarkan penjelasan guru kemudian mengerjakan apa yang diperintahkan oleh guru.
Masalah-masalah yang muncul dalam pembelajaran menulis teks berita membutuhkan penerapan metode pembelajaran yang tepat oleh guru untuk
memperbaiki kualitas pembelajaran baik kualitas proses maupun kualitas hasil. Berkaitan dengan hal tersebut, guru bahasa Indonesia dituntut untuk mampu
menciptakan pembelajaran yang interaktif dan menarik. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan metode pembelajaran yang inovatif
dan sesuai dengan materi pembelajaran. Berdasarkan diskusi dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia SMP
Negeri 1 Plaosan disepakati masalah pembelajaran tersebut diperbaiki dengan penerapan metode pembelajaran kooperatif. Metode ini dipilih karena memiliki
beberapa kelebihan. Trianto 2007: 44 menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan
kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk
menghargai satu sama lain. Sejalan dengan pendapat Trianto di atas, Isjoni 2009: 15 mengungkapkan
bahwa model kooperatif diterapkan untuk memotivasi siswa berani mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat teman, dan saling
memberikan pendapat sharing ideas.
commit to user
Banyak jenis model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Peneliti dan guru menyepakati bahwa metode
kooperatif yang digunakan dalam pembelajaran menulis berita adalah metode Cooperative Integrated Reading and Composition CIRC.
Menurut Rini Susanti Wulandari 2010 Cooperative Integrated Reading and Composition CIRC merupakan pendekatan komprehensif pada instruksi di kelas
reading dan writing dengan membagi siswa dalam kelompok yang heterogen untuk melaksanakan serangkaian kegiatan bersama. Pada dasarnya CIRC memiliki tiga
elemen dasar, yaitu aktvitas yang berhubungan dengan cerita, instruksi langsung dalam memahami bacaan, dan menulis terpadu tentang apa yang telah dibaca.
Pendapat senada juga dikemukakan oleh Muhammad Nur dan Prima Retno Wikandari 2000: 28. Menurut mereka, CIRC adalah sebuah program
komprehensif yang luas dan lengkap untuk pengajaran membaca dan menulis untuk kelas tinggi maupun kelas rendah. Siswa bekerja dalam tim belajar
kooperatif yang beranggotakan 3-5 siswa. Metode Cooperative Integrated Reading and Composition CIRC dalam
pembelajaran menulis bertujuan untuk merancang, mengimplementasikan, dan mengevaluasi pendekatan proses menulis pada pelajaran menulis dan seni berbahasa
yang akan banyak memanfaatkan kehadiran teman satu kelas. Dalam program CIRC, para siswa merencanakan, merevisi, dan menyunting karangan mereka dengan
kolaborasi yang erat dengan teman satu tim mereka Slavin, 2010: 204. Metode ini dipilih karena sesuai dengan materi menulis dan juga sesuai
dengan jenjang pendidikan siswa. Hal ini didukung dengan pendapat Slavin 2010: 200 yang menyatakan bahwa Cooperative Integrated Reading and
Composition CIRC merupakan sebuah program yang komprehensif untuk mengajari pelajaran membaca, menulis, dan seni berbahasa pada kelas yang lebih
tinggi di sekolah dasar. Lebih lanjut Rini Susanti Wulandari 2010 mengatakan bahwa metode CIRC mempunyai banyak kelebihan, di antaranya: membuat siswa
lebih percaya diri, kelas menjadi lebih hidup, dan terbangunnya kerja sama kelompok.
commit to user
Metode Cooperative Integrated Reading and Composition CIRC memungkinkan siswa untuk memberikan tanggapan secara bebas mengenai unsur-
unsur pokok berita dan siswa dilatih untuk dapat menghargai pendapat orang lain. Di samping itu, metode CIRC memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja
sama dengan temannya dan menumbuhkan rasa senang yang dapat merangsang siswa untuk aktif dalam kelompok.
Melalui metode CIRC siswa dapat bekerja secara kelompok, mengidentifikasi pokok-pokok isi berita terlebih dahulu, mengembangkan unsur-unsur pokok tersebut
menjadi teks berita yang singkat, padat, dan jelas, kemudian menyunting teks berita yang telah mereka susun. Dengan metode CIRC siswa dapat melaksanakan kegiatan
menulis sesuai dengan prosedur atau tahapan-tahapan dalam penulisan, yakni tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap pascapenulisan.
Berdasarkan pertimbangan di atas, penulis tertarik untuk meneliti mengenai ”Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks Berita Melalui
Penerapan Metode Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition CIRC Pada Siawa Kelas VIII D SMP Negeri 1 Plaosan Magetan
Tahun Ajaran 20102011”. Melalui penerapan metode ini, diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan antusias siswa dalam pembelajaran menulis sehingga
kualitas pembelajaran menulis akan meningkat.
B. Rumusan Masalah