commit to user
Johnson dan Stane di atas menegaskan bahwa pembelajaran kooperatif terdiri dari lima prinsip, yakni: 1 terdiri atas kelompok yang heterogen; 2
saling ketergantungan positif; 3 tanggung jawab perorangan; 4 interaksi tatap muka; dan 5 proses kelompok.
Slavin dalam Isjoni 2009: 15 berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model yang memungkinkan siswa belajar dan bekerja
dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen.
Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang memungkinkan siswa
untuk belajar dan bekerja sama yang anggotanya terdiri dari dua orang atau lebih yang memungkinkan terjadinya interaksi tatap muka.
b. Unsur-unsur Pokok Model Pembelajaran Kooperatif
Bennet dalam Isjoni, 2009: 60-61 menyatakan ada lima unsur dasar yang dapat membedakan pembelajaran kooperatif dengan kerja kelompok, yaitu:
1 Positive Interdepedence Positive Interdepedence, yaitu hubungan timbal balik yang didasari adanya
kepentingan yang sama atau perasaan di antara anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau
sebaliknya. 2 Interaction face to face
Interaction face to face, yaitu interaksi yang langsung terjadi antarsiswa tanpa adanya perantara. Tidak adanya penonjolan kekuatan individu, yang ada
hanya pola interaksi dan perubahan yang bersifat verbal di antara siswa yang ditingkatkan oleh adanya saling hubungan timbal balik yang bersifat positif
sehingga dapat mempengaruhi hasil pendidikan dan pengajaran. 3 Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota
kelompok sehingga siswa termotivasi untuk membantu temannya karena tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menjadikan setiap anggota
kelompoknya menjadi lebih kuat pribadinya.
commit to user
4 Membutuhkan keluwesan Membutuhkan keluwesan, yaitu menciptakan hubungan antarpribadi,
mengembangkan kemampuan kelompok, dan memelihara hubungan kerja yang efektif.
5 Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah proses kelompok, yaitu tujuan terpenting yang diharapkan dapat dicapai
dalam pembelajaran kooperatif adalah siswa belajar keterampilan bekerja sama dan berhubungan. Hal tersebut merupakan keterampilan yang penting
dan sangat diperlukan di masyarakat. Para siswa mengetahui tingkat keberhasilan dan tingkat efektivitas kerja sama yang telah dilakukan.
Sejalan dengan hal di atas, Roger dan David Johson dalam Anita Lie, 2008: 31 mengungkapkan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap
cooperative learning. Menurut Agus Suprijono 2010: 58, ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian
kelompok yang
dilakukan asal-asalan.
Pelaksanaan prosedur model
pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif.
Anita Lie 2008: 32 menjelaskan bahwa untuk mencapai hasil yang maksimal, ada lima unsur pembelajaran gotong royong yang harus diterapkan,
yaitu: 1 Saling Ketergantungan Positif
Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus
menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Dalam kerja sama tersebut, guru harus mampu menciptakan suasana siswa
saling membutuhkan. Inilah yang dimaksud ketergantungan positif. 2 Tanggung Jawab Perseorangan
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur saling ketergantungan positif. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model
pembelajaran Cooperative Learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Penilaian kelompok didasarkan atas
commit to user
rata-rata penguasaaan semua anggota kelompok secara individual. Inilah yang dimaksud tanggunga jawab individual. Kunci keberhasilan metode kriteria
kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya. 3 Tatap Muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk
membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa siswa akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu siswa saja.
Lebih jauh lagi, hasil kerja sama ini jauh lebih besar daripada jumlah hasil masing-masing anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan,
memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing. 4 Komunikasi Antaranggota
Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai keahlian
mendengarkan dan berbicara. Pembelajar juga perlu diberitahu secara eksplisit mengenai cara-cara berkomunikasi secara efektif seperti bagaimana
caranya menyanggah pendapat orang lain tanpa harus menyinggung perasaan orang tersebut, menyanggah dalam ungkapan yang lebih halus, mengkritik ide
bukan mengkritik teman, dan berbagai cara lain dalam berkomunikasi. Keberhasilan suatu kelompok juga tergantung pada kesediaan para
anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.
5 Evaluasi Proses Kelompok Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi tidak
perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok. Akan tetapi, bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam
kegiatan pembelajaran kooperatif. Format evaluasi bisa bermacam-macam, tergantung pada tingkat pendidikan siswa.
commit to user
c. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif