Gambaran Pelaksanaan Pembelajaran Penjasorkes

2 Buku Guru Kelas VII SMPMTs Ditinjau dari konteks isi kurikulum, pembelajaran yang dilakukan oleh guru PJOK secara praktis tidak tampak adanya kesinambungan. Tugas ajar yang diberikan oleh guru untuk SD, SMP dan SMA pada hakikatnya tidak berbeda. Demikian pula, ketidakjelasan dalam tata urutan dan tingkat kesukaran tugas-tugas ajar tersebut. Penerapan model pembelajaran PJOK tradisional sering mengabaikan tugas-tugas ajar yang sesuai degan taraf perkembangan anak. Mengajar anak-anak SD, SMP disamakan dengan anak-anak SMA. Bentuk-bentuk modiikasi baik dalam peraturan, ukuran lapangan maupun jumlah pemain tidak terperhatikan. Karena tidak dilakukan modiikasi, sering mereka tidak mampu dan gagal untuk melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru. Sebagai akibat dari kondisi seperti ini, anak dapat menjadi kurang senang terhadap Pelajaran PJOK. Tugas-tugas ajar yang merupakan keterampilan kompleks itu sesungguhnya hanya mampu dilakukan oleh anak-anak yang berbakat dan berminat dalam olahraga serta anak-anak yang memiliki tingkat keterampilan gerak dasar yang tinggi. Tidak ada upaya upaya memodiikasi tugas gerak yang kompleks menjadi tugas gerak yang sederhana, dapat diramalkan tingkat keberhasilan siswa dalam menyelesaikan tugas yang harus dipelajari akan tergolong rendah. Untuk itu kebutuhan akan modiikasi olahraga sebagai suatu pendekatan alternatif dalam mengajar PJOK mutlak perlu dilakukan. Guru harus memiliki kemampuan untuk melakukan modiikasi keterampilan yang hendak diajarkan agar sesuai dengan tingkat perkembangan anak.

B. Karakteristik Proses Belajar Mengajar PBM yang Efektif

Proses pembelajaran, khususnya pembelajaran PJOK dapat dipandang sebagai seni dan ilmu art and science. Sebagai seni, pembelajaran hendaknya dipandang sebagai proses yang menuntut intuisi, kreativitas, improviasi, dan ekspresi dari guru. Ini berarti guru memiliki kebebasan dalam mengambil keputusan dan tindakan proses pembelajaran selama dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan pandangan hidup dan etika yang berlaku. Jadi guru tidak harus selalu terpaku dan terikat formula ilmu mengajar. Pembelajaran dapat disebut sebagai ilmu apabila memenuhi karakteristik sebagai berikut: 1 Memiliki daya ramal dan kontrol terhadap pencapaian prestasi belajar siswa Gage, 1978 di Brucher, 1983, 2 dapat dievaluasi secara sistematik dan dapat dipecah menjadi rangkaian kegiatan yang dapat dikuasai Siedentop, 1976, 3 mengandung pemahaman tentang tingkah laku manusia, pengubahan tingkah laku, rancangan pembelajaran, penyampaian dan manajemen Siedentop, 1976, 4 berkaitan erat dengan prinsip belajar seperti kesiapan, motivasi, latihan, umpan balik, dan kemajuan seta urutan Siedentop, 1976, dan 5 dimungkinkannya untuk mengkaji pengajaran dari sudut keilmuan Siedentop, 1976. Menurut Siedentop di Bucher, 1988:550 pembelajaran dapat dan harus dapat dipelajari dari sisi teori ilmiah untuk mengembangkan teori pembelajaran. Walaupun proses untuk membentuk teori pembelajaran PJOK merupakan perjalanan yang panjang, namun upaya untuk memahami tentang proses pembelajaran merupakan arah yang harus dituju, selama “body of knowledge” tentang pembelajaran belum mapan, atau selama pembelajaran cenderung merupakan seni, maka perilaku guru dalam pengajaran akan menjadi tetap menarik untuk dikaji oleh pengamat tingkah laku setiap saat. 3 Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan Tujuan utama pembelajaran PJOK di sekolah adalah memantau siswa agar meningkatkan keterampilan gerak mereka, disamping agar mereka merasa senang dan mau berpartisipasi dalam berbagai aktivitas. Diharapkan apabila mereka memiliki pondasi pengembangan keterampilan gerak, pemahaman kognitif, dan sikap yang positif terhadap aktivitas jasmani kelak akan menjadi manusia dewasa yang sehat dan segar jasmani dan rohani serta kepribadian yang mantap. Hingga dewasa ini salah satu masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran PJOK adalah langkahnya sarana dan sarana penunjang dan bervariasinya kondisi pendidikan jasmani di sekolah. Bagaimana seorang guru kelas dapat mengajarkan pendidikan jasmani dengan sukses dalam situasi keterbatasan dan perbedaan kondisi tersebut di atas? Model pengajaran yang tradisional yang sangat bergantung dari tersedianya sarana dan prasarana serta bersifat linier dalam arti tidak leluasa untuk menyesuaikan dengan kondisi setempat saat itu karena tertumpu pada satu acuan pendekatan tradisional. Pengajaran relektif mencakup pengertian guru yang sukses atau efektif dalam arti tercapainya kepuasan profesional. Pendekatan pengajaran releksi menekankan pada kreatiitas penumbuhan kondisi pembelajaran yang kondusif melalui penerapan berbagai keterampilan mengajar yang disesuaikan dengan situasi lingkungan tertentu. Pengertian pengajaran relektif tidak menunjuk salah satu metodologi atau model pengajaran tertentu, namun menunjuk pada berbagai keterampilan mengajar yang diadaptasikan secara tepat oleh guru dalam proses belajar mengajar. Guru yang relektif selalu melakukan penilaian terhadap lingkungan sekitar dalam upaya mengidentiikasi dan memanfaatkan berbagai unsur dan sumber daya yang ada secara optimum dan selanjutnya dijadikan bahan untuk menentukan penilaian dan membuat rencana pembelajaran. Pengajaran relektif ini berbeda dengan pengajaran tradisional atau pengajaran “invariant” yang diberi ciri dengan penggunaan satu metode dalam berbagai situasi pengajaran. Kategori mengajar yang dikemukakan oleh Mosston 1966, sebagai contoh, dapat diterapkan selama kategori gaya mengajar itu sesuai dengan tuntutan kegiatan-kegiatan dan kebutuhan situasional saat itu. Perbandingan pengajaran relektif dengan pengajaran tradisional invariant dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel Karakteristik Guru Efektif dan Guru Tradisional Variabel Guru Efektif Guru Tradisional Perencanaan Sesuai rencana pelajaran pada kelas dan anak yang berbeda. Gunakan rencana pelajaran yang sama. Kemajuan Didasarkan pada kondisi faktor: 1 irama dan tingkat perkembangan, 2 kebutuhan keterampilan, 3 perhatian dalam topik atau aktivitas. Didasarkan pada faktor seperti: 1 Unit kegiatan 6 minggu, 2 jumlah materi yang telah dicakup dalam satu semestertahun, 3 rumus yang ditetapkan sebelumnya.