yang berbeda pada setiap peserta didik. Perkembangan ranah kognitif pada peserta didik dapat dilihat dalam penilaian hasil belajar siswa yang berupa
skorangka. Perkembangan ranah afektif pada peserta didik dapat dilihat dari perubahan tingkah lakusikap keseharian peserta didik tersebut. Sedangkan
perkembangan ranah psikomotor pada peserta didik dapat dilihat pada keterampilan yang dimilikinya.
f. Instrumen Pengukuran Hasil Belajar
Instrumen penilaian terbagi menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang
peningkatan hasil belajar siswa maka peneliti memfokuskan penilaian pada ranah konitif. Adapun lamgkah-langkah penyusunan instrument penilaian
yang dilakukan pada ranah kognitif menurut Arnie Fajar, “yaitu:
1 menentukan materi pokokstandar kompetensi yang akan diujikan 2 merumuskan kisi-kisi
3 menulis soal 4 menyusun soal sehingga menjadi perangkat tes
5 menyusun pedoman penskoran”
16
Senada dengan pendapat di atas, Wina Sanjaya mengemukakan bahwa “Instrumen pengukuran hasil belajar dapat berupa tes dan non tes, dimana tes
adalah teknik penilaian yang biasa digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam pencapaian suatu kompetensi tertentu, melalui pengolahan secara
kuantutatif yang hasilnya berbentuk angka. Sedangkan non tes adalah alat evaluasi yang biasanya digunakan untuk menilai aspek tingkah laku termasuk
sikap, minat dan motivasi”.
17
Pengukuran hasil belajar berupa tes digunakan untuk melihat kemampuan siswa pada ranah kognitif, sedangkan pengukuran
hasil belajar berupa non tes digunakan untuk melihat perkembangan siswa pada ranah afektif dan psikomotorik. Pada ranah kognitif biasanya digunakan
tes berbentuk soal-soal yang harus di jawab oleh siswa. Hal ini menunjukkan
16
Arnie Fajar, op.cit. hal. 223
17
Wina Sanjaya, op.cit. hal. 355-357
bahwa ranah kognitif dapat diukur tingkat perkembangannya melalui hasil tes yang dikerjakan siswa. Pada ranah afektif dan psikomotorik tidak dapat diukur
dengan angka,
untuk itu
biasanya digunakan
tes berbentuk
wawancarainterview.
2. Strategi Pembelajaran Active Learning
a. Pengertian Strategi Pembelajaran Active Learning
Kurang efektifnya kegiatan pembelajaran, dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain peran guru dalam kegiatan pembelajaran yang masih
mengacu pada metode lama konvensional. Sekarang ini, guru sudah harus bisa menguasai berbagai macam metode pengajaran yang ada. Metode-metode
tersebut harus disesuaikan dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan. Hal ini dilakukan agar terjalin kesesuaian antara materi dengan
metode yang digunakan, yang berimbas pada terciptanya suasana belajar yang efektif dan hasil yang optimal. Salah satu metode yang dapat digunakan guru
dalam menciptakan suasana belajar yang aktif dan efektif adalah metode Active Learning yang dikembangkan oleh Mel Silberman.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain mengemukakan bahwa, “Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila dia tidak menguasai satu pun metode
mengajar yang telah dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi dan pendidi
kan”.
18
Oleh karena itu, guru hendaknya mengembangkan pembelajaran yang mengandung unsur permainan, memungkinkan siswa berpindah atau bergerak
dan bekerja atau belajar dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam pembelajaran.
Jadi, setiap pembelajaran yang dilakukan sebisa mungkin tidak membuat anak merasa
terbebani dan seolah-olah pembelajaran yang dilakukan itu adalah sebuah
18
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996 hal. 53
kegiatan bermain yang menyenangkan. Tetapi disini, tujuan pembelajaran juga harus dapat tercapai dengan baik.
Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohammad mengemukakan bahwa, “Strategi pembelajaran yang aktif dalam proses pembelajaran adalah siswa
diharapkan aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran untuk berpikir, berinteraksi, berbuat untuk mencoba, menemukan konsep baru atau
menghasilkan suatu karya”.
19
Pembelajaran yang menyenangkan dapat membangkitkan minat dan motivasi siswa sehingga hasil belajar siswa dari
kegiatan tersebut dapat meningkat sesuai dengan yang diharapkan. Pembelajaran ini membuat siswa tidak cepat jenuh dan bosan di kelas, karena
siswa aktif terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran. Senada dengan pendapat di atas Rusman mengemukakan bahwa,
“Pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan aktifitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dan
pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga
mereka mendapatkan
berbagai pengalaman
yang dapat
meningkatkan pemahaman dan kompetensinya”.
20
Pembelajaran aktif yang dilakukan siswa dapat mengembangkan keterampilan dan kemampuan berfikir
siswa secara maksimal. Sehingga dengan pembelajaran seperti ini siswa akan mudah memahami dengan baik materi yang ia pelajari di sekolah.
Pembelajaran yang dilakukan haruslah memberikan kesan kepada siswa agar siswa tidak mudah lupa dengan materi yang telah dipelajarinya.
Berdasarkan beberapa pendapat mengenai pembelajaran aktif di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang dapat
melibatkan siswa secara langsung dalam kegiatan pembelajaran guna mengembangkan kemampuan dan keterampilan siswa, baik kognitif, afektif,
maupun psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan pengetahuan siswa,
19
Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohammad. Belajar Dengan Pendekatan PAILKEM Pembelajaran Aktif Inovatif Lingkungan Kreatif Efektif Menarik Jakarta: Bumi Aksara, 2011
hal. 77
20
Rusman. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012 hal. 324