Pengertian Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
sengaja dirancang. Feeling atau perasaan adalah kondisi emosional yang tercermin dari Tuhan untuk diperlihatkan kepada individu lain sehingga
memperoleh respon emosional yang diharapkan. Sensing atau penginderaan menunjuk pada suatu keadaan ketika dengan kemampuan yang ada dapat
diciptakan produk baru yang dapat dilihat dan didengar orang lain. Konsep ini dapat dikembangkan apabila individu memiliki perkembangan fisik, mental
dan keterampilan tinggi di bidang yang sesuai dengan bakatnya. Intuiting adalah kesadaran tertinggi yang menuntut adanya kesadaran dengan cara
membayangkan, berfantasi, dan melakukan terobosan ke daerah prasadar dan tak sadar.
Ada beberapa pakar yang menjelaskan tentang pengertian berpikir kreatif antara lain menurut Gie, berpikir kreatif adalah rangkaian tindakan yang
dilakukan orang dengan menggunakan akal budinya untuk menciptakan buah pemikiran baru dari kumpulan ingatan yang berisi ide, konsep, pengalaman
dan pengetahuan. Hal ini menunjukkan bahwa berpikir kreatif ditandai dengan penciptaan sesuatu yang baru hasil dari ide, konsep, pengalaan dan
pengetahuan. Sedangkan menurut Evans, berpikir kreatif diartikan sebagai aktivitas mental untuk membuat hubungan-hubungan yang terus menerus,
sehingga ditemukan kombinasi yang benar atau sampai seseorang itu menyerah.
5
Pengertian ini menunjukkan bahwa berpikir kreatif akan menghasilkan kombinasi baru hasil dari menghubungkan sesuatu.
Rogers mendefinisikan berpikir kreatif sebagai proses munculnya hasil- hasil baru ke dalam suatu tindakan. Hasil-hasil baru itu muncul akibat sifat
individu unik yang berinteraksi dengan individu lain, pengalaman, maupun keadaan hidupnya. Demikian juga Drevdahl mendefinisikan berpikir kreatif
sebagai kemampuan untuk memproduksi komposisi dan gagasan-gagasan baru yang dapat berwujud aktivitas imajinatif atau sintesis yang mungkin
melibatkan pembentukan pola-pola baru dan kombinasi dari pengalaman masa lalu yang dihubungkan dengan yang sudah ada pada situasi sekarang.
5
Tatag Yuli Eko S., Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif, Surabaya: Unesa
University Press, 2008, h. 14.
Selanjutnya, Rhodes mengelompokkan definisi kreativitas dalam empat kategori yaitu, product, person, process, dan press.
6
Kategori product lebih ditekankan pada hasil karya yang baru atau belum pernah ada, maupun
kombinasi dari karya-karya yang ada sebelumnya. Kategori person ditekankan pada ciri-ciri yang ditunjukkan oleh seseorang yang kreatif.
Kategori process menekankan pada waktu dimulainya pemikiran kreatif apa saja yang dialami sampai timbul perilaku kreatif tersebut. Adapun kategori
press lebih ditekankan kepada faktor-faktor lain yang mempengaruhi proses kreatif tersebut.
Pengertian lain tentang berpikir kreatif dikemukakan oleh Munandar yang merupakan kesimpulan dari beberapa ahli, bahwa berpikir kreatif
merupakan kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan atau fleksibilitas, dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk
mengelaborasi mengembangkan, memperkaya, memperinci suatu gagasan.
7
Unsur-unsur tersebut membentuk sifat-sifat dasar yang khas dari proses berpikir kreatif, selain itu unsur-unsur ini pula yang membuat pengembangan
berpikir kreatif sangat berguna untuk kehidupan, dan dapat menghasilkan produk kreativitas yang tepat guna.
Kreativitas yang ditekankan oleh Munandar adalah keseluruhan kepribadian yang merupakan hasil dari interaksi dengan lingkungannya.
Lingkungan merupakan tempat individu tinggal dan berinteraksi dengan individu lain dapat mendukung berkembangnya proses berpikir kreatif, tetapi
ada pula yang justru menghambat berkembangnya proses berpikir tersebut. Kemampuan berpikir kreatif kemudian digunakan untuk menghadapi
berbagai permasalahan yang ada ketika berinteraksi dengan lingkungannya dan mencari berbagai alternatif pemecahannya sehingga dapat tercapai
penyesuaian diri yang tepat.
6
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. 5, 2009, h. 42.
7
Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah: Petunjuk Bagi Para Guru dan Orangtua, Jakarta: Gramedia, Cet. 3,, 1999, h. 50.
Dari beberapa pengertian berpikir kreatif yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat disimpulkan berpikir kreatif merupakan aktivitas mental
menggunakan akal budi untuk menyusun, membuat hubungan-hubungan dari berbagai ide, konsep, pengalaman, dan pengetahuan sehingga memunculkan
pemikiran baru, maupun kombinasi baru yang terlihat pada kemampuan kelancaran, keluwesan fleksibilitas, orisinalitas, dan elaborasi.
Seseorang dapat dikatakan kreatif jika memiliki karakteristik atau ciri- ciri tertentu yang menonjol dan tercermin dalam kepribadiannya. Seperti yang
dikemukakan Piers sebagai berikut: 1. Memiliki dorongan drive yang tinggi.
2. Memiliki keterlibatan yang tinggi. 3. Memiliki rasa ingin tahu yang besar.
4. Memiliki ketekunan yang tinggi. 5. Cenderung tidak puas terhadap kemapanan.
6. Penuh percaya diri. 7. Memiliki kemandirian yang tinggi.
8. Bebas dalam mengambil keputusan. 9. Menerima diri sendiri.
10. Senang humor. 11. Memiliki intuisi yang tinggi.
12. Cenderung tertarik kepada hal-hal yang kompleks. 13. Toleran terhadap ambiguitas.
14. Bersifat sensitif.
8
Sedangkan Torrance mengemukakan karakteristik kreativitas sebagai berikut:
1. Memiliki rasa ingin tahu yang besar. 2. Tekun dan tidak mudah bosan.
3. Percaya diri dan mandiri. 4. Merasa tertantang oleh kemajemukan atau kompleksitas.
5. Berani mengambil resiko.
8
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, op. cit., h. 52.
6. Berpikir divergen.
9
Ciri-ciri tersebut juga dapat menjadi acuan sejauh mana seorang individu memiliki kreativitas dalam dirinya. Namun tidak semua individu dapat
berpikir kreatif dengan baik. Karena proses kreatif dapat dikembangkan melalui rangsangan dan lingkungannya. Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi proses kreatif seseorang, misalnya menurut Munandar faktor- faktor tersebut antara lain adalah usia, tingkat pendidikan orangtua,
tersedianya fasilitas, dan penggunaan waktu luang.
10
Usia merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat kreativitas individu disebabkan perkembangan
dan cara berpikir yang berbeda-beda pada tahap anak-anak, remaja, dewasa maupun manula. Tingkat pendidikan orangtua memungkinkan pengaruh awal
dalam keluarga yang dapat mendukung proses kreatif maupun sebaliknya menghambat proses kreatif. Dengan tersedianya fasilitas penunjang proses
kreatif yang memadai dapat mempengaruhi berkembangnya kreativitas tersebut. Faktor terakhir yaitu penggunaan waktu luang, orang yang kreatif
akan menggunakan waktu luangnya untuk terus mencoba memikirkan dan mencari alternatif-alternatif baru karena ketidakpuasannya dengan keadaan
sekarang dan ingin mengembangkan kemampuan dirinya secara terus menerus.
Berpikir kreatif dalam matematika mengacu pada pengertian berpikir kreatif secara umum. Bishop menjelaskan bahwa seseorang memerlukan dua
model berpikir berbeda yang komplementer dalam matematika, yaitu berpikir kreatif yang bersifat intuitif dan berpikir analitik yang bersifat logis. Pendapat
ini lebih melihat berpikir kreatif sebagai pemikiran yang intuitif, yaitu pemikiran yang tiba-tiba muncul, tak terduga dan di luar kebiasaan. Pehkonen
berpendapat bahwa berpikir kreatif sebagai suatu kombinasi dari berpikir logis dan berpikir divergen yang didasarkan intuisi tetapi masih dalam
kesadaran.
11
Ketika seseorang menerapkan berpikir kreatif dalam memecahkan masalah, maka pemikiran divergen menghasilkan banyak ide.
9
Ibid., h. 53.
10
Ibid., h. 54.
11
Tatag Yuli Eko S., op. cit., h. 21.
Pengertian ini menjelaskan bahwa berpikir kreatif memperhatikan pikiran yang logis, intuitif, untuk dapat menghasilkan ide-ide.
Maka berpikir kreatif matematis dapat diartikan sebagai suatu kegiatan berpikir yang dilakukan seseorang untuk membangun ide dengan menyusun
dan membuat hubungan-hubungan dari berbagai ide, konsep, pengalaman dan pengetahuan, sehingga menghasilkan gagasan baru maupun kombinasi baru
secara lancar, fleksibel, orisinil, maupun hasil elaborasi. Kemampuan berpikir kreatif matematis merupakan proses berpikir tingkat tinggi yang dapat
dikembangkan dengan pembelajaran yang lebih dari sekedar pengetahuan prosedural, namun dengan menekankan pada pemahaman konseptual,
kontekstual dan dikerjakan secara terus menerus.