Lebih senang mensintesis dari
pada menganalisis sesuatu 4. Elaboratif:
Mampu
memperkaya dan
mengembangkan suatu
gagasan atau produk
Menambah atau memperinci detil-detil dari suatu objek,
gagasan, atau situasi sehingga lebih menarik
Mencari
arti yang
lebih mendalam terhadap jawaban
atau pemecahan
masalah dengan melakukan langkah-
langkah terperinci
Mengembangkan atau
memperkaya gagasan orang lain
Mencoba atau menguji detil- detil untuk melihat arah yang
akan ditempuh
Mempunyai rasa
keindahan yang kuat sehingga tidak puas
dengan penampilan
yang kosong atau sederhana
Menambahkan
garis-garis, warna-warna, dan detil-detil
bagian-bagian terhadap
gambarnya sendiri atau gambar orang lain
Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur sifat dasar berpikir kreatif yang khas, yaitu kelancaran, keluwesan, orisinalitas dan
elaborasi. Maka pemilihan indikator-indikator kemampuan berpikir kreatif matematis siswa didasarkan pada ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif yang
telah dijelaskan oleh Amal dan Utami Munandar tersebut. Oleh karena itu tingkat kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dapat diukur dari
seberapa tinggi tingkat kemampuan perindikator tersebut. Cara meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis dalam pembelajaran matematika
sangat bervariasi, bergantung pada pemilihan pendekatan, strategi maupun metode yang digunakan oleh guru. Pengembangan kemampuan berpikir
kreatif matematis juga didasarkan pada materi yang akan diajarkan, karena tidak setiap materi atau pokok bahasan pada pelajaran matematika dapat
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis ini.
Pada penelitian ini, indikator kemampuan berpikir kreatif matematis yang diteliti hanya beberapa sub indikator saja, yang akan dijabarkan sebagai
berikut:
Tabel 2.2 Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Pengertian Perilaku Siswa
1. Berpikir luwes:
Menghasilkan jawaban-
jawaban bervariasi
Memikirkan berbagai macam cara yang berbeda untuk
menyelesaikannya
2. Elaboratif:
Menambah atau memperinci detil-detil dari suatu objek,
gagasan atau situasi sehingga lebih menarik
Mencari
arti yang
lebih mendalam terhadap jawaban
atau pemecahan
masalah dengan melakukan langkah-
langkah terperinci
3. Orisinal:
Memikirkan cara yang tidak lazim digunakan
Menemukan sendiri solusi dari
suatu masalah dengan jawaban yang unik
Pemilihan indikator kemampuan berpikir kreatif tersebut didasari pada pertimbangan materi pelajaran matematika yang akan dipilih dan pendekatan
pembelajaran yang akan dipilih.
2. Pendekatan Pembelajaran Problem Posing
a. Pengertian Pendekatan Problem Posing
Menurut Fontana, belajar adalah suatu proses perubahan yang relatif tetap dari perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman. Selanjutnya, Bell
Gretler memberikan pernyataan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia dalam upaya mendapatakan aneka ragam kompetensi, skill, dan
sikap. Bower dan Hilgard menambahkan bahwa belajar adalah mengacu pada perubahan perilaku atau potensi individual sebagai hasil dari pengalaman dan
perubahan tersebut tidak disebabkan oleh insting the basis of the subject’s
native response tendencies, kematangan maturation atau kelelahan fatique, dan kebiasaan habits.
15
Pengalaman disini adalah sesuatu yang
15
Ali Hamzah dan Muhlisrarini, op. cit., h. 18.
individu alami sendiri dan cara penyelesaiannya membuatnya selalu teringat, karena dipikirkan secara sengaja dan tidak biasa dialami atau dilakukan
sebelumnya. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan
proses yang dilakukan manusia untuk mendapatkan suatu kemampuan, keterampilan skill, dan sikap attitude secara bertahap dan berkelanjutan
sepanjang hidupnya dimulai dari bayi sampai manula. Proses belajar terjadi secara terus menerus dan bukan berdasarkan insting, kematangan, kelelahan
dll. Belajar merujuk pada perubahan perilaku individu sebagai akibat dari proses pengalaman yang dialaminya. Perubahan perilaku tersebut contohnya
pada awalnya tidak dapat berhitung dan menyebutkan angka-angka, menjadi dapat berhitung dan menyebutkan angka-angka. Perubahan ini memerlukan
waktu sehingga diperolehlah pengalaman belajar. Pengalaman belajar dapat diperoleh melalui pendidikan di sekolah
dengan mengikuti proses pembelajaran. Kata pembelajaran mengacu pada segala kegiatan yang berpengaruh langsung terhadap proses belajar siswa.
Pembelajaran bisa dikatakan diambil dari kata instruction yang berarti serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses
belajar pada siswa.
16
Kata pembelajaran adalah istilah yang mencakup kegiatan guru dan siswa. Dalam pembelajaran segala kegiatannya
berpengaruh langsung terhadap proses belajar siswa, interaksi siswa dengan guru, dengan materi, dan dengan siswa lainnya.
Pasal 1 butir 20 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas juga menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Terdapat lima komponen pembelajaran yang dapat menjadi acuan dalam membuat
suatu pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pendidikan yaitu: interaksi, peserta didik, pendidik, sumber belajar, dan lingkungan belajar. Interaksi
mengandung arti hubungan timbal balik antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa lainnya. Interaksi tersebut juga berhubungan dengan komponen
16
Ibid., h. 42.
pembelajaran yang lainnya bagaimana sumber belajar dikaitkan dengan pembelajaran dan juga lingkungan belajar.
17
Lingkungan belajar yang tepat dapat mendorong proses belajar berjalan maksimal.
Tingkat keberhasilan guru dalam mengajar dapat dilihat dari perkembangan kemampuan dan karakter siswanya, sehingga dapat dikatakan
bahwa guru yang hebat adalah guru yang dapat menginspirasi siswa- siswanya. Upaya mendorong siswa berinspirasi diperlukan keterampilan
mengajar guru dalam membuat pembelajaran yang kreatif sehingga siswa mengetahui makna dan tujuan pembelajaran tersebut. Dimulai dari membuat
perencanaan, melaksanakan pembelajaran, sampai melakukan penilaian. Kegiatan pembelajaran di sekolah memiliki beberapa tujuan yang ingin
dicapai. Salah satunya yaitu mencetak generasi penerus bangsa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi, untuk mencapai tujuan pembelajaran
tersebut diperlukan pendekatan yang mampu merangsang siswa untuk mengembangkan kemampuannya sehingga dapat menyerap dan memahami
pembelajaran. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
pendidik terhadap
pembelajaran. Pendekatan
pembelajaran adalah
sekumpulan asumsi yang saling berhubungan dan terkait dengan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran mengacu pada pemilihan teori
belajar yang digunakan sebagai prinsip dalam proses belajar mengajar. Sebuah pendekatan pembelajaran memaparkan bagaimana siswa memperoleh
pengetahuan dalam pelajaran tertentu.
18
Melalui pendekatan pembelajaran, guru dapat menentukan proses pembelajaran yang dipilih di dalam kelas,
menurut teori mana yang sesuai dengan materi dan juga keadaan siswa di kelas tersebut.
Menurut Roy Killen, terdapat dua jenis pendekatan, yaitu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru teacher-centred approaches dan
pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa strudent-centred
17
Ibid.
18
Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. 1, 2013, h. 91.
approaches.
19
Pendekatan yang berpusat pada siswa akan mempercepat perkembangan siswa, karena siswa dituntut untuk berperan aktif, mandiri dan
juga melakukan proses inkuiri. Pendekatan pembelajaran problem posing atau dalam bahasa Indonesia merupakan pendekatan pembelajaran pengajuan
masalah atau pengajuan soal, merupakan contoh pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pendekatan problem posing terfokus pada upaya
peserta didik secara sengaja menemukan pengetahuan dan pengalaman- pengalaman baru.
Silver mengemukakan bahwa problem posing dikatakan sebagai inti terpenting dalam disiplin matematika dan dalam sifat pemikiran penalaran
matematika.
20
Sebenarnya tema ini telah menjadi sentral dalam pendidikan matematika sejak lama. Pentingnya problem posing juga telah diakui secara
resmi oleh National Council of Teacher of Matehmatics NCTM sebagai reformasi
pendidikan matematika,
21
sehingga NCTM
sangat merekomendasikan penerapan problem posing dalam pembelajaran
matematika. Selanjutnya, Leung dan Silver juga mengemukakan bahwa problem
posing mempunyai pengaruh positif pada kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita, kemudian English menambahkan bahwa problem
posing juga memberikan kesempatan untuk menambah wawasan dalam memahami konsep matematika dan prosesnya.
22
Oleh karena itu, problem posing sangat diperlukan dalam matematika dan dapat menjadi salah satu
pendekatan yang dipakai guru di dalam kelas. Elena Stoyanova mengartikan problem posing sebagai proses yang mana menggunakan dasar pengalaman
matematika, siswa mengembangkan interpretasi diri dari situasi kontekstual, dan merumuskannya sebagai masalah matematika yang bermakna. Pengertian
19
Wina Sanjaya, op. cit., h. 127.
20
Tatag Yuli Eko S., op. cit., h. 40.
21
Marios Pittalis, et.al. , “A Structural Model For Problem Posing”, Proceedings of the
28th Conference of the International Group for the Psycology of Mathematics Education, vol. 4, 2004, p. 49.
22
Constantinos Christou, “An Empirical Taxonomy of Problem Posing Processes”,
Analyses Zentralblatt fur Didactik der Mathematik ZDM, vol. 37, 2005.