C. Keterbatasan Penelitian
Dalam pelaksanaan, peneliti mengalami beberapa keterbatasan terutama pada awal pertemuan pembelajaran. Berikut dipaparkan beberapa keterbatasan yang
ditemukan dalam penelitian. 1. Pada awal pertemuan, siswa terlihat masih kebingungan dalam
menerapkan pendekatan Structured Problem Posing di kelas walaupun peneliti telah menyampaikan intruksi secara rinci. Siswa juga sulit sekali
diminta menyampaikan pendapat di depan kelas mengenai konsep segiempat serta kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, walaupun secara
tertulis mereka telah dapat menjawabnya. Kesulitan ini dikarenakan siswa selama ini hanya menerima materi secara mentah dari guru, sehingga
siswa sangat pasif. Namun setelah diberikan penjelasan, akhirnya siswa secara bertahap mulai terbiasa dengan proses yang terdapat pada
Structured Problem Posing dan mampu melaksanakannya dengan baik. 2. Ketersediaan waktu yang diberikan pihak sekolah, yaitu guru mata
pelajaran matematika untuk penelitian ini sangat singkat. Hal ini menyebabkan efek dari pembelajaran menggunakan pendekatan
Structured Problem Posing terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kurang maksimal. Apabila jadwal pembelajaran diberikan
lebih banyak, peneliti yakin hasilnya jauh lebih baik. 3. Keterbatasan lainnya adalah materi yang diteliti hanya terbatas pada satu
pokok bahasan yaitu bangun datar segiempat saja, sehingga penelitian ini belum dapat digeneralisasikan pada pokok bahasan yang lain.
69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajarkan dengan pendekatan Structured Problem Posing memiliki skor rata-rata
kemampuan berpikir kreatif matematisnya sebesar 60,20 sedangkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajarkan dengan
pendekatan konvensional memiliki skor rata-rata sebesar 49,71. Persentase dari indikator berpikir kreatif matematis siswa yang diajarkan
pendekatan Structured Problem Posing, yaitu elaboration 67,67, flexibility 77,27, dan originality 13,13 sedangkan siswa yang
diajarkan dengan pendekatan konvensional, indikator elaboration 57,58, flexibility 72,73, dan originality 3,03. Kemampuan yang
menonjol pada indikator elaboration, yaitu kemampuan menuliskan informasi yang diketahui pada soal, indikator flexibility yaitu kemampuan
memberikan alternatif dalam menyelesaikan soal dan menghasilkan jawaban yang benar, dan indikator originality yaitu kemampuan
menafsirkan soal sesuai dengan konsep segiempat secara mandiri dan menghasilkan jawaban yang benar. Ternyata baik pendekatan Structured
Problem Posing maupun pendekatan konvensional capaian indikator flexibility memiliki persentase yang paling tinggi.
2. Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajarkan dengan pendekatan Structured Problem Posing lebih tinggi daripada kemampuan
berpikir kreatif matematis siswa yang diajarkan dengan pendekatan konvensional t
hitung
= 2,553, dan p-value = 0,007 0,05. Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajarkan dengan pendekatan
Structured Problem Posing berkembang dengan baik melalui tahap accepting yang mengeksplorasi kegiatan menyelesaikan masalah-masalah
matematika dan tahap challenging yang mengeksplorasi kegiatan diskusi membuat soal baru dengan dua format, yaitu membuat satu soal dengan
mengubah masalah ke dalam bahasa sendiri yang lain dari soal awal reformulation dan membuat soal dengan mengubah data, maupun tujuan
dari soal awal reconstruction.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, peneliti dapat memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi sekolah dan pihak guru khususnya guru matematika, dapat menggunakan pendekatan Structured Problem Posing sebagai alternatif
dalam proses pembelajaran khususnya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.
2. Penelitian ini hanya ditunjukan pada mata pelajaran matematika pada materi Segiempat, oleh karena itu sebaiknya penelitian juga dilakukan
pada pokok bahasan materi matematika lainnya. 3. Pengontrolan variabel dalam penelitian ini yang diukur hanya pada
kemampuan berpikir kreatif, sedangkan aspek lain tidak dikontrol. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya melihat pengaruh penggunaan pendekatan
Structured Problem Posing terhadap kemampuan matematis lainnya.
71
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori. Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara, Cet. 5. 2009.
Al-Khalili, Amal Abdus-Salam. Mengembangkan Kreativitas Anak. Terj. Umma Farida. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, Cet. 1. 2006.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, Cet. 5. 2005.
Bosch, Nancy. Rubric for Creative Thingking Skills Evaluation. Kansas: KCCL. 2008.
Brown, Stephen I. and Marion I. Walter, The Art of Problem Posing. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, 3
rd
ed. 2005. Christou, Constantinos, et. al.
“An Empirical Taxonomy of Problem Posing Processes”, Analyses Zentralblatt fur Didactik der Mathematik ZDM, vol.
37. 2005,
http:cas.umt.edumathreportssriramanInt_Reviews_Preprint_Cyprus_Srira man.pdf, 1 Mei 2014.
Fatimatuzahro dan Mega Teguh Budiarto. “Identifikasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP dalam Menyelesaikan Soal Matematika Open-Ended
Ditinjau dari Perbedaan Kemampuan Matematika”. Jurnal MATHEdunesa diterbitkan oleh Jurusan Matematika UNESA, vol. 3, no. 2. 2014.
Florida, Richard, et al. Creativity and Prosperity: The Global Creativity Index. Toronto: Martin Prosperity Institute. 2011.
Hamzah, Ali, dan Muhlisrarini Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet. 1. 2014.
Hasti, Y. Tri Nova , dkk., “Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada
Implementasi Project-Based Learning dengan Peer and Self-Assesment untuk Materi Segiempat Kelas VII SMPN RSBI 1 Juwana di Kabupaten Pati
”. Prosiding disampaikan pada Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan
Matematika FMIPA UNY, 10 November 2012.