Pengukuran Kualitas Pelayanan Kualitas Pelayanan
                                                                                17
pelanggan  dari pelayanan yang telah diberikan oleh petugas apotek. Nilai gapnegatif  menunjukkan kualitas pelayanan suatu kriteria kurang baik sehingga
perlu ditingkatkan. Idealnya, nilai gapantara kenyataan dan harapan adalah nol. Dalam kondisi demikian,  harapan  pelanggan  terhadap kriteria yang sama. Bila
nilai gap positif, maka hal itu menunjukkan bahwa kenyataan pelanggan terhadap kenyataan suatu kriteria pelayanan melebihi harapannya terhadap kriteria yang
sama. Semakin besar nilai negatif suatu gap  pada suatu kriteria pelayanan, semakin besar pula prioritas peningkatan kualitas pelayanan dari criteria tersebut
Djunaidi, Setiawan, Haryanto, 2006. a.  Gap 1
Gap  antara harapan pelanggan  dengan persepsi manajemen knowledge gap.  Gap  ini berarti bahwa pihak manajemen mempersepsikan harapan
pelanggan  terhadap kualitas pelayanan  secara tidak akurat. Beberapa kemungkinan penyebabnya antara lain adalah informasi yang didapatkan dari riset
pasar dan analisis permintaan kurang akurat; interprestasi yang kurang akurat atas informasi mengenai harapan pelanggan; tidak adanya analisis permintaan;
buruknya atau tidak adanya aliran informasi ke ata upward information dari staf kontak  pelanggan  ke pihak manajemen; dan terlalu banyak jenjang manajerial
yang menghambat  atau mengubah informasi yang disampaikan dari karyawan kontak pelanggan ke pihak manajemen Tjiptono, 2005.
b.  Gap 2 Gap  antara persepsi manajemen terhadap harapan pelanggan  dengan
spesifikasi kualitas layanan pelayanan  standard gap.  Gap  ini berarti bahwa
18
spesifikasi kualitas pelayanan  tidak konsisten dengan persepsi manajemen terhadap harapan pelanggan. Penyebabnya antara lain adalah tidak adanya standar
kerja yang jelas; kesalahan perencanaan atau prosedur perencanaan yang tidak memadai; manajemen perencanaan yang buruk; kurangnya penetapan tujuan yang
jelas dalam perusahaan; kurangnya dukungan dan komitmen manajemen puncak terhadap perencanaan kualitas pelayanan; kekurangan sumber daya; dan situasi
permintaan berlebihan. Contohnya, manajemen sebuah apotek meminta para stafnya agar melayani pasien dengan cepat tanpa memperinci standar waktu
pelayanan yang dikategorikan cepat Tjiptono, 2005. c.  Gap 3
Gap  antara spesifikasi kualitas layanan dengan layanan yang diberikan delivery gap.  Gap  ini berarti bahwa spesifikasi kualitas tidak terpenuhi oleh
kinerja dalam memberikan dan menyampaikan layanan. Sejumlah penyebabnya antara lain adalah kurang terlatihnya karyawan; beban kerja terlampau berlebihan;
dan standar kinerja tidak tepat dipenuhi karyawan terlalu tinggi dan realistis. Selain itu, mungkin pula karyawan dihadapkan pada standar-standar yang kadang
kala saling bertentangan satu sama lain. Misalnya, para perawat di rumah sakit diwajibkan meluangkan waktunya untuk mendengarkan keluhan pasien, tetapi di
saat bersamaan mereka juga diharuskan melayani setiap pasien dengan cepat Tjiptono, 2005.
d.  Gap 4 Gap  antara layanan yang  diberikan dengan komunikasi eksternal
communication gap. Gap ini berarti bahwa janji-janji yang disampaikan melalui
19
aktivitas komunikasi pemasaran tidak konsisten dengan layanan yang diberikan kepada  pelanggan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain adalah
perusahaan gagal memenuhi spesifikasi yang ditetapkannya padahal kampanye komunikasi pemasaran sesuai dengan spesifikasi tersebut; kecenderungan untuk
melakukan “over promise, under deliver”. Iklan dan janji maupun slogan perusahaan sering  mempengaruhi harapan pelanggan.  Jika  perusahaan
memberikan janji yang berlebihan, maka risikonya adalah harapan pelanggan bisa membumbung tinggi dan sulit terpenuhi. Contohnya, wisatawan akan sangat
kecewa apabila mereka mendapati bahwa objek wisata yang dikunjungi ternyata tidak sebagus yang digambarkan di brosur atau website  yang mereka lihat
Tjiptono, 2005. e.  Gap 5
Gap  antara harapan pelanggan  dengan layanan yang diterima atau dirasakan service gap.  Gap  ini dapat menimbulkan sejumlah konsekuensi
negatif, seperti kualitas yang buruk negatively confirmed quality dan masalah kualitas; komunikasi dari mulut ke mulut yang negatif, dampak negatif terhadap
citra perusahaan; dan kehilangan pelanggan.  Gap  ini terjadi apabila pelanggan mengukur kinerja perusahaan berdasarkan kriteria yang berbeda, atau bisa juga
mereka keliru menginterpretasikan kualitas pelayanan yang bersangkutan. Sebagai contoh seorang dokter mungkin ingin selalu mengunjungi pasiennya demi
menunjukkan perhatiannya, namun itu bisa dipersepsikan keliru oleh pasien dan diinterpretasikan sebagai indikasi bahwa ada masalah serius berkenaan dengan
penyakit yang dideritanya Tjiptono, 2005.