75
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal SPM Bidang Pendidikan Dasar untuk KabupatenKota
No Nama Sekolah
Guru dengan S1 Standar SPM
Kesenjangan
4 SDN 4
3 2
5 SDS 1
6 2
6 SDS 2
2 2
7 MIN 1
3 2
8 MIN 2
2 2
9 MIS 1
2 2
10 MIS 2
3 2
IP-7.1 = 1010 x 100 = 100
Data menunjukkan bahwa ke sepuluh sekolah di Kabupaten A telah memiliki guru dengan kualiikasi S1D-IV minimal 2 orang. Dengan menggunakan rumus:
IP-7.1 KabKota = Jumlah SDMI yang memiliki minimal 2 orang guru
yang memenuhi kualiikasi akademik S1 atau D-IV X 100
Jumlah SDMI di wilayah kabupatenkota Artinya Kabupaten A memiliki nilai IP-7.1 sebesar 100.
g. Setelah sekolah yang belum mencapai SPM teridentiikasi maka Pemerintah kabupatenkota harus menghitung berapa besar kesenjangan di tiap sekolah untuk IP terkait.
h. Pemerintah kabupatenkota menghitung pencapaian seluruh indikator SPM. Dalam melakukan analisis data, digunakan Pivot Table, yaitu sebuah tabel interaktif, yang secara cepat
melakukan penghitungan, seperti sum, count, average, dari data-data yang berjumlah besar, untuk digunakan dalam analisis dan pengambilan kesimpulan.
3. Mengidentiikasi Kesenjangan GAP
a. Setiap kabupatenkota harus mampu mengidentiikasi setiap individu sekolahmadrasah yang belum mencapai setiap indikator danatau sub indikator SPM
b. Kesenjangan di setiap sekolah dihitung dari selisih nilai nominal antara pencapaian IP tertentu di sekolahmadrasah dengan standar yang ditetapkan dalam SPM.
76
www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal SPM Bidang Pendidikan Dasar untuk KabupatenKota
Ilustrasi:
Standar SPM setiap SD harus memiliki minimal 2 guru dengan kualiikasi S1D-IV IP-7.1 Data: SD Negeri 6 jumlah guru sebanyak 8 guru; tidak ada guru dengan kualiikasi minimal S1 atau D-IV.
Kesimpulan: kesenjangan di SD Negeri 6 adalah 2 guru, artinya di SD Negeri 6 masih diperlukan 2 orang guru dengan kualiikasi S1D-IV.
c. Kesenjangan di setiap sekolahmadrasah untuk setiap indikator SPM di jumlahkan untuk mendapatkan besar kesenjangan setiap indikator SPM di kabupatenkota. Identiikasi tidak hanya berapa besarnya
gap namun masuk hingga sasaran dimana gap itu berada, baik di sekolah mana atau siapa guru yang tidak memenuhi SPM. Hal ini akan memperjelas sasaran program pemenuhan dan besarnya biaya
yang dibutuhkan.
4. Mengidentiikasi Kebijakan Alternatif
Untuk mengatasi gap ditentukan beberapa alternatif kebijakan yang memungkinkan. Alternatif kebijakan ini dicari setelah menganalisis penyebab terjadinya gap.
Dari estimasi biaya di setiap alternatif kebijakan, dipilih kebijakan yang paling efektif dan eisien sesuai kapasitas anggaran daerah dan sekolah, sehingga mampu dijalankan dan mengentaskan sasaran untuk
mencapai SPM. Hal ini juga memperhatikan waktu akhir capaian yang sudah ditetapkan.
5. Analisis Standar Belanja
Adalah besarnya anggaran yang dibutuhkan untuk menutup kesenjangan. Perhitungan sederhananya adalah besarnya kesenjangan dikalikan biaya satuan. Setiap kebijakan memiliki dampak biaya baik
yang besar atau yang kecil. Untuk itu analisis standar belanja diperlukan untuk setiap alternatif kebijakan sehingga dapat dipilih kebijakan yang tepat dan efektif.. Biaya satuan dihitung dengan menggunakan harga
setempat dan disesuaikan dengan rasionalitas harga pasar. Perhitungan biaya hanya dilakukan untuk kebutuhan investasi sumberdaya manusia, investasi sarana
prasarana dan biaya operasional. Konsekwensi biaya yang berimplikasi pada pengeluaran rutin tidak diperhitungkan, seperti pembayaran gaji.