Distribusi Guru yang Proporsional DGP
12
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal SPM Bidang Pendidikan Dasar untuk KabupatenKota
• Berkelanjutan. Semua pendekatan program sektor pendidikan harus dapat berlangsung terus secara
berkesinambungan. Hal ini hanya dapat terlaksana ketika manfaat program-program pendidikan dapat dirasakan oleh masyarakat dan pelaksanaannya terus dikawal, tidak saja oleh pemerintah daerah tetapi
juga oleh masyarakat melalui forum-forum multi stakeholder.
• Berorientasi Standar. Dengan mengacu kepada standar pelayanan yang jelas sesuai regulasi maka
kinerja pelayanan dapat diukur lebih baik dan dapat diperbandingkan secara nasional, regional dan lokal.
Prinsip dan Tahapan dalam Penghitungan Kebutuhan Pemenuhan SPM Pendidikan Dasar
Prinsip-prinsip umum perencanaan SPM sebagai berikut: 1. Dengan menerapkan SPM atau standar pelayanan akan mendorong perbaikan dan peningkatan kualitas
pelayanan publik yang berkelanjutan continuous improvement. 2. Peraturan pemerintah kementerian terkait SPM dan standar lainnya, dimaksudkan sebagai alat untuk
meningkatkan mutu pendidikan secara merata dan terfokus. 3. Penghitungan SPM menggunakan data yang valid dan mutakhir. Untuk itu ketersediaan data yang baik di
Dinas Pendidikan dan sekolah menjadi persyaratan utama. 4. Penghitungan SPM berdasarkan pedoman peraturan regulasi Pemerintah yang berlaku dan mengacu
kepada kesenjangan gap antara capaian yang saat ini dengan sasaran yang ditetapkan secara nasional provinsi, jadi bukan hanya apa yang diinginkan kepala sekolah, kelompok warga, atau BupatiWalikota.
5. Penghitungan SPM dilakukan oleh pemerintah daerah sendiri dengan membentuk Tim Penyusun SPM yang terdiri dari berbagai unsur: eksekutif, legislatif, masyarakat tokohahli.
6. Memuat capaian sasaran SPM sehingga pembiayaan sekolah lebih diarahkan pada peningkatan pelayanan publik, pemenuhan standar pelayanan minimal, dan pencapaian mutu pendidikan yang semakin tinggi.
7. Didasarkan pada regulasi daerah Surat keputusan, Peraturan bupatiwalikota atau Peraturan daerah. Hal ini diperlukan untuk menjamin penerapan SPM dapat berlangsung terus secara berkesinambungan.
8. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program SPM secara periodik diperlukan agar penerapanSPM dapat tepat sasaran dan selalu terus disempurnakan,
9. Pengelolaan setiap pengaduan masyarakat secara jujur, agar pengaduan menjadi sumber perbaikan yang tepat sesuai kebutuhan masyarakat pengguna layanan.
13
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal SPM Bidang Pendidikan Dasar untuk KabupatenKota
Proses perencanaan dan penghitungan kebutuhan pemenuhan SPM di kabupatenkota dilaksanakan dengan tahap-tahap sebagai berikut:
1. Membuat kesepakatan dengan Kepala Daerah dan Kepala Dinas Pendidikan serta Kepala Bappeda untuk disepakatinya kegiatan perencanaan dan penghitungan kebutuhan pemenuhan SPM pendidikan dasar.
2. Membentuk Tim Penyusun SPM yang ditetapkan Kepala Dinas Pendidikan. Tim terdiri unsur-unsur eksekutif, unsur legislatif, dan unsur masyarakat, antara lain: Bidang PerencanaaPenyusunan Program
DisDik, Bidang Pendidikan Dasar DisDik, Bidang SosBud Bappeda, Bagian Keuangan, Bagian Organisasi Setda, Komisi DPRD membidangi pendidikan, Kemenag kabkota, Perwakilan forum masyarakat peduli
pendidikan, Dewan Pendidikan, Pengawas Sekolah, Perwakilan Kepala Sekolah, Perwakilan Komite Sekolah. 3. Menetapkan FasilitatorPelatih yang akan mendampingi Tim diatas selama proses penyusunan costing SPM.
4. Mengadakan Lokakarya Peningkatan Pemahaman dan Kesadaran atas SPM dan jika diperlukan melakukan Studi Komparatif penerapan Standar Pelayanan bidang pendidikan.
5. Setelah proses diatas dilalui maka tahap selanjutnya adalah proses yang akan dilaksanakan oleh Tim Penyusun SPM yang sudah dibentuk, sejak penghitungan SPM, integrasi hasil kedalam perencanaan dan
penganggaran daerah, pelaksanaan program-kegiatan, monitoring evaluasi.
14
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal SPM Bidang Pendidikan Dasar untuk KabupatenKota
Situasi yang Dihadapi di Daerah
Dari hasil mini survei di 5 kabkota di Sulawesi Selatan dan hasil angket kuisioner evaluasi diri penerapan SPM dalam perencanaan dan penganggaran daerah kabkota pada saat lokakarya, banyak daerah kabkota mitra
Kinerja yang belum cukup paham berkaitan dengan SPM Pendidikan Dasar dan belumkurang menerapkan SPM dalam perencanaan dan penganggaran daerah.
Dari hasil analisa dan penghitungan costing SPM selama pendampingan berlangsung, masih banyak
daerah ataupun sekolah yang belum memenuhi SPM sesuai target nasional yang ditetapkan dalam
Permendikbud No.23 Th 2013 dimana disebutkan target SPM harus dicapai pada akhir tahun
2014. Hal tersebut menunjukkan bahwa daerah belum memprioritaskan pencapaian SPM dalam
perencanaan dan anggaran daerahnya. Sebagai contoh di Provinsi Kalimantan Barat,
Pencapaian SPM dari 76 sekolah dasar di kab kota mitra yang didampingi oleh program Kinerja-USAID masih banyak yang belum memenuhi. Dari 21
indikator pencapaian untuk sekolah dasar, baru 9 indikator yang dapat dicapai oleh seluruh sekolah, yakni: jarak maksimum siswa mengakses sekolah, rasio rombongan belajar dan ketersediaan kelas, ketersediaan
ruangan guru, ketersediaan minimal 6 orang guru, ketersediaan guru berpendidikan sarjanasetara dan memiliki sertiikasi pendidik, ketersediaan kepala sekolah yang berpendidikan sarjana setara dan memiliki
sertiikasi pendidik, kunjungan supervisi pengawas, ketersediaan buku teks, ketersediaan alat peraga IPA dan ketersediaan buku pengayaan dan referensi. Sementara 10 indikator masih belum tercapati, yakni: kecukupan