Analisis Data Keterampilan Berbicara pada Anak Kelompok A
74
Harun Rasyid 2009: 79 menegaskan bahwa substansi pembelajaran bagi anak TK adalah menyenangkan, bergembira, rileks, ceria, sukacita dan mendidik
dan dapat menumbuhkan aktivitas dan kreativitas. Pembelajaran dengan menggunakan metode karyawisata memberikan kesempatan bagi anak dapat
bermain dan berjalan-jalan di luar kelas dengan diawasi guru sehingga proses tidak menjadi beban anak karena segala yang dipertunjukkan di lokasi
karyawisata dapat menarik minat anak, setelah anak tertarik dengan segala hal yang diamatinya, guru dapat mengarahkan mereka untuk mengembangkan
kemampuan berbahasanya khususnya dalam berbicara, seperti menceritakan kembali apa yang telah dilihatnya di lingkungan sekitar.
Berdasarkan hasil observasi dari beberapa pertemuan, terjadi suatu proses pembelajaran dalam diri anak. Proses tersebut dapat dilihat dari setelah anak
mengamati lingkungan sekitar dan memperoleh pengalaman baru dari apa yang dilihatnya, anak akan termotivasi untuk mengungkapkan apa yang dilihatnya,
menanyakan apa yang ingin diketahuinya dan menceritakan apa yang telah dialaminya.
Pada proses perkembangan bicara anak yang diamati, awalnya anak masih merasa sulit dalam menyusun kalimat untuk menyampaikan ide, pikiran, gagasan
atau perasaan mereka sehingga mereka cenderung diam atau tersendat-sendat dalam berbicara. Peran guru sangat penting untuk membantu anak dalam upaya
mengembangkan keterampilan berbicaranya agar kelak anak mampu untuk memenuhi kebutuhan penting lainnya untuk menjadi bagian dari kelompok sosial
Hurlock, 1978: 176, yaitu dengan cara guru mengajak anak berbicara dan memberikan pertanyaan.
75
Pada saat anak sudah mulai mau berbicara, mengucapkan beberapa kata dan mau menceritakan sesuatu, maka guru memberikan penguatan berupa kata-
kata positif, seperti “Bagus, pintar sekali, jempol, wah bintang empat untuk si A”, dan lain sebagainya. Cara tersebut sangat efektif untuk meningkatkan semangat
anak-anak dalam mengungkapkan pendapat tentang pengalamannya. Cara lain juga dilakukan dengan memberi penguatan menggunakan simbol, misal dengan
stiker bentuk bintang, hasil karya yang boleh dibawa pulang dan lain-lain. Hal tersebut menambah semangat anak untuk belajar berbicara. Uraian tentang
pentingnya penguatan dalam proses belajar anak seperti yang dijelaskan di atas sesuai dengan pendapat Nurbiana Dhieni 2005: 3.8 yang menyebutkan bahwa
dalam kegiatan pembelajaran akan lebih baik apabila guru memberikan reinforcement penguat, reward pujian, hadiah, stimulasi dan model atau
contoh yang baik dari orang dewasa agar perkembangan bicaranya dapat optimal. Pada pelaksanaan Siklus II melibatkan keikutsertaan walimurid sebagai
pendamping siswa, karena lokasi yang luas dan waktu yang relatif lama. Walimurid sekaligus menjadi narasumber bagi anak tentang apa yang mereka
lihat. Anak-anak merasa lebih nyaman dan bebas untuk memperoleh informasi dan mendapat kesempatan yang sama untuk melihat berbagai macam benda yang
mereka suka, selanjutnya pada penghujung acara pelaksanaan karyawisata anak- anak dikumpulkan kembali di depan pintu keluar untuk mempersiapkan diri
sebelum pulang. Acara penutupan diisi dengan pembagian snack untuk anak-anak. Proses pembagian snack tidak langsung semua dibagi, akan tetapi diadakan
sebuah game sambil menunggu anak-anak lain yang belum datang. Game yang diadakan berupa mnyebutkan berbagai benda dengan ciri-ciri tertentu, pesan