PENINGKATANKETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE KARYAWISATA PADA ANAK KELOMPOK A DI TK KEMALA BHAYANGKARI 07 BANTUL.

(1)

P PEN ME PROGRAM NINGKATA ETODE KA

DI TK K

Diaj un guna

M STUDI PE JURUS FA UNIV ANKETERA ARYAWISA KEMALA B ukan kepada Universita ntuk Memenu Memperole C NIM ENDIDIKAN SAN PENDI AKULTAS VERSITAS N JA AMPILAN B ATAPADAA BHAYANGK SKRIPSI

a Fakultas Il as Negeri Yo uhi Sebagian eh Gelar Sarj

Oleh Chumaidah M 121112470

N GURU P IDIKAN AN S ILMU PEN NEGERI Y ANUARI 201

BERBICAR ANAK KEL KARI 07 BA

mu Pendidik ogyakarta n Persyaratan jana Pendidi 002 ENDIDIKA NAK USIA NDIDIKAN YOGYAKAR 16 RA MELAL LOMPOK A ANTUL kan n ikan

AN ANAK U DINI N RTA LUI A USIA DINI


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

Barang siapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhir maka berkatalah yang baik atau diam

(HR. Bukhori-Muslim)

Pengalaman bisa jadi melandasi semua pembelajaran tetapi ia tidak selalu membuahkan pembelajaran. Kita harus terlibat dengan pengalaman dan

merenungkan apa yang terjadi, bagaimana, dan mengapa itu terjadi (David Kolb)


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Tugas Akhir Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Bapak dan ibu tercinta yang selalu mendoakan, memotivasi, memberikan bantuan, serta kasih sayang yang tulus setiap waktu.

2. Almamater Universitas Negeri Yogyakarta yang telah banyak memberiku ilmu, pengalaman, dan kesempatan belajar


(7)

vii

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI

METODE KARYAWISATAPADAANAK KELOMPOK A

DI TK KEMALA BHAYANGKARI 07 BANTUL

Oleh Chumaidah NIM 12111247002

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara melalui metode karyawisata pada anak Kelompok A di TK Kemala Bhayangkari 07 Bantul. Penelitian ini dilakukan karena terdapat permasalahan dalam pengembangan keterampilan berbicara di kelompok A.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart. Subjek penelitian adalah anak Kelompok A yang berjumlah 20 anak terdiri dari 11 anak laki-laki dan 9 anak perempuan. Objek penelitian ini adalah keterampilan berbicara. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan adalah pedoman observasi. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu jika minimal 80% dari 20 anak memiliki keterampilan berbicara dengan kriteria baik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan berbicara anak kelompok A dapat ditingkatkan melalui metode karyawisata. Keterampilan berbicara yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi: ketepatan ucapan, penempatan tekanan, nada/durasi yang sesuai dan pilihan kata yang digunakan dalam membentuk struktur kalimat yang benar. Hal ini dibuktikan dari peningkatan keterampilan berbicara anak kelompok A yang ditunjukkan oleh pencapaian skor sebelum tindakan sebesar 101 (42,08%), kemudian terjadi peningkatan setelah tindakan dengan skor akhir yang dicapai sebesar 227 (94,58%). Stimulasi yang dilakukan guru dalam upaya meningkatkan keterampilan berbicara pada anak kelompok A, meliputi: (1) Mengajak anak untuk mengamati lingkungan sekitar area karyawisata, (2) Mengikutsertakanan partisipasi orang tua dalam pelaksanaan karyawisata yang akan dilaksanakan lebih jauh dari yang lalu dengan menggunakan transportasi/kendaraan, (3) Menyiapkan lembar observasi untuk mencatat peningkatan keterampilan berbicara anak kelompok A, (4) Mengatur tempat duduk anak menjadi tiga kelompok, masing-masing berjumlah enam sampai tujuh orang, (5) Mengelompokkan anak yang sudah aktif berbicara dengan anak yang masih pasif agar anak tersebut dapat termotivasi untuk berbicara.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah swt, karena hanya dengan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi berjudul “PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE

KARYAWISATA PADA ANAK KELOMPOK A DI TK KEMALA

BHAYANGKARI 07 BANTUL”dapat terselesaikan dengan baik.

Penulisan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat penyusunan tugas akhir guna meraih Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah berkenan memberikan kesempatan menyusun skripsi ini.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

3. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Pendidik Anak Usia Dini yang telah memberikan ijin dalam pelaksanaan penelitian serta motivasi pada penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Sugito, M.A. dan Ibu Muthmainah, M. Pd dosen pembimbing skripsi yang telah berkenan meluangkan waktu, memberikan bimbingan, arahan dan motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.


(9)

ix

5. Bapak dan ibu dosen PG PAUD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya.

6. Ibu Sutari, S.Pd.AUD Kepala Sekolah TK Kemala Bhayangkari 07 Bantul yang telah memberikan izin, kesempatan, dan kemudahan dalam kegiatan penelitian.

7. Ibu Mei Wahyu Purwani, S. Pd selaku guru kelompok A TK Kemala Bhayangkari 07 Bantul.

8. Anak kelompok A TK Kemala Bhayangkari 07 Bantul Tahun Ajaran 2014/2015 yang dengan senang hati mengikuti pembelajaran.

9. Bapak, ibu, suami dan seluruh keluargaku yang selalu mendo’akan dan memberikan dukungan.

10.Teman-temanku yang selalu memberikan motivasi dan dukungan hingga terselesaikannya skripsi ini.

11.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk semua pihak.

Semoga Allah swt memberikan balasan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis dan semoga skripsi ini dapat digunakan sebagaimana mestinya. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat terutama dalam dunia pendidikan.

Yogyakarta, November 2015 Peneliti


(10)

x

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

G. Definisi Operasional... 8

BAB II KAJIAN TEORI A. Perkembangan Bahasa ... 9

1. Pengertian Bahasa ... 9

2. Karakterisik Perkembangan Bahasa Anak Usia 4-5 tahun ... 10

3. Keterampilan dalam Bahasa ... 13

4. Fungsi Bahasa bagi Perkembangan Anak ... 14


(11)

xi

1. Pengertian Berbicara ... 15

2. Keterampilan Berbicara Anak TK ... 16

3. Hakikat Perkembangan Bicara Anak TK ... 18

4. Tujuan Pengembangan Bicara Anak TK... 20

5. Tahap Keterampilan Berbicara Anak TK ... 21

6. Faktor yang Menimbulkan Perbedaan dalam Berbicara ... 26

7. Cara-cara Merangsang Anak Berbicara ... 28

C. Metode Karyawisata... 30

1. Pengertian Metode Karyawisata ... 30

2. Manfaat Metode Karyawisata ... 33

3. Tujuan Metode Karyawisata ... 33

4. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Karyawisata ... 34

5. Kelebihan dan Kekurangan Metode Karyawisata ... 36

D. Penerapan Metode Karyawisata untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Anak TK ... 38

E. Penelitian yang Relevan ... 40

F. Kerangka Pikir ... 41

G. Hipotesis Tindakan... 42

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 43

B. Subjek Penelitian ... 44

C. Objek Penelitian ... 44

D. Tempat dan Waktu Penelitian ... 44

E. Langkah-langkah Penelitian ... 44

F. Teknik Pengumpulan Data ... 46

G. Instrumen Pengumpulan Data ... 47

H. Analisis Data ... 50

I. Indikator Keberhasilan ... 52


(12)

xii

A. Hasil Penelitian ... 53

B. Sarana dan Prasarana TK Kemala Bhayangkari 07 Bantul ... 55

C. Deskripsi Subjek Penelitian ... 56

D. Deskripsi Data ... 57

1. Data Awal Keterampilan Anak Sebelum Tindakan ... 57

2. Data Keterampilan Berbicara Anak pada Tindakan Siklus I ... 60

3. Data Keterampilan Berbicara Anak pada Tindakan Siklus II ... 66

E. Analisis Data Keterampilan Berbicara pada Anak Kelompok A ... 71

F. Pembahasan Hasil Penelitian ... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 79

B. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

hal Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Peningkatan Keterampilan Berbicara pada Anak

Kelompok A ... 48 Tabel 2. Deskripsi Indikator Keterampilan Berbicara Anak Kelompok A ... 48 Tabel 3. Rubrik Penilaian Peningkatan Keterampilan Berbicara Anak

Kelompok A ... 49 Tabel 4. Hasil Observasi Kemampuan Bicara Anak Sebelum Tindakan ... 58 Tabel 5. Peningkatan Keterampilan Berbicara Anak Kelompok A ... 71


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Kerucut Pengalaman Edgar Dale ... 32

Gambar 2. Kerangka Berpikir ... 42

Gambar 3. Model Penelitian Tindakan Kelas ... 43

Gambar 4. Grafik Keterampilan Berbicara Anak sebelum tindakan ... 60


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Data TK Kemala Bhayangkari 07 Bantul ...86

Lampiran 2. Rencana Kegiatan Harian (RKH) ...91

Lampiran 3. Rekapitulasi Data Penilaian Perkembangan Anak ...108

Lampiran 4. Deskripsi Data Perkembangan Anak ...118

Lampiran 5. Skenario Pembelajaran ...122

Lampiran 6. Dokumentasi Kegiatan Penelitian ...150


(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 Butir 14 menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Anak usia dini berada pada periode emas, yaitu berlangsung pada usia 0-6 tahun (Suyadi, 2012: 23). Periode ini merupakan masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi lingkungan dan menginternalisasikan ke dalam pribadinya. Anak akan menyerap berbagai informasi yang diterima selama berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Masa usia dini juga merupakan masa awal pengembangan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral dan nilai-nilai agama (Depdiknas, 2008: 2).

Pembelajaran di Taman Kanak-kanak pada hakikatnya merupakan pembelajaran yang diselenggarakan untuk memfasilitasi dan menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak di berbagai aspek. Untuk itu, kegiatan pembelajaran yang ada di Taman Kanak-kanak perlu dirancang dengan baik agar dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak.


(17)

2

Salah satu kemampuan anak usia dini yang perlu dikembangkan adalah kemampuan bahasa. Bromley (Nurbiana Dhieni, 2005: 15) menyebutkan empat macam keterampilan dalam berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Perkembangan bahasa terutama berbicara sangat perlu mendapatkan stimulasi yang optimal, sehingga pada nantinya anak akan mudah bergaul dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar ketika berinteraksi dengan orang lain. Melalui berbicara anak dapat memperoleh pengetahuan dan juga mengungkapkan pikiran dan perasaan kepada orang lain sehingga anak akan merasa senang dan nyaman dimanapun ia berada.

Anak-anak kadangkala memiliki gagasan yang sangat banyak, akan tetapi anak belum mampu mengungkapkannya. Hal ini terjadi karena kemampuan bicaranya masih sangat terbatas dan jumlah kosa kata yang dimiliki anak masih sedikit. Keterbatasan jumlah kosa kata yang dimiliki anak dapat disebabkan oleh kurangnya stimulasi yang diberikan guru, orang tua, maupun lingkungan. Jika tidak segera dikembangkan atau diberi stimulasi maka akan berdampak pada perkembangan aspek-aspek yang lainnya (Harun Rasyid, 2009: 130).

Berbicara merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia karena dalam kesehariannya manusia lebih banyak menggunakan bahasa lisan (berbicara) untuk berkomunikasi dengan orang-orang di lingkungan sekitarnya. Keterampilan berbicara tidak akan dikuasai anak secara tiba-tiba, akan tetapi keterampilan berbicara akan berkembang melalui interaksi yang berkelanjutan dan pengalaman secara langsung bagi anak untuk belajar berbicara.


(18)

3

Berdasarkan hasil observasi di TK Kemala Bhayangkari 07 Bantul pada tanggal 2-3 Maret 2015, perkembangan bahasa anak di kelompok A belum berkembang optimal. Hal tersebut terlihat ketika peneliti mengadakan observasi di kelas A dari 20 anak terdapat 2 anak yang aktif menjawab pertanyaan ibu guru, 5 anak yang belum berani menceritakan pengalaman secara sederhana, 3 anak masih tersendat-sendat dalam berbicara ketika ditanya, 4 anak belum mau mengungkapkan ide tentang apa yang diinginkan dan hanya melihat temannya bercakap-cakap dengan ibu guru, bahkan ada 2 anak yang seringkali melamun atau kurang peduli dengan lingkungan sekitarnya. Kondisi beberapa anak yang demikian menyebabkan perkembangan bahasa anak terutama dalam hal berbicara menjadi belum berkembang sesuai harapan.

Beberapa metode pembelajaran sudah diterapkan di TK Kemala Bhayangkari 07 Bantul dalam kegiatan pembelajaran, seperti metode bercakap-cakap anak masih belum termotivasi untuk mengungkapkan pendapat atau mengungkapkan hal yang diketahuinya. Dalam metode tanya jawab anak belum berani menjawab pertanyaan dengan lancar, hal tersebut karena anak belum tahu dan ada pula yang memang belum mau menjawab karena masih malu-malu. Dalam metode bercerita sebagian anak belum dapat bercerita dengan lancar karena anak belum terbiasa menceritakan sesuatu sehingga suaranya masih tersendat-sendat dan bagi anak yang sudah lancar bercerita belum mendapat kesempatan untuk menceritakan pengalamannya karena keterbatasan waktu dan guru cenderung fokus menstimulasi anak yang belum lancar berbicara. Bagi anak


(19)

4

yang sudah lancar berbicara cenderung diabaikan karena dirasa sudah mampu dan tidak perlu mendapat stimulasi lagi dalam hal berbicara.

Kegiatan pembelajaran di kelompok A masih didominasi dengan kegiatan individual di dalam kelas. Hal tersebut terlihat dari pembelajaran yang dominan menggunakan Lembar Kerja Anak (LKA), dan menekankan pada kemampuan kognitif seperti baca tulis hitung (calistung) agar anak yang sudah lancar berbicara dapat lebih fokus untuk mengerjakan tugas sehingga guru memiliki waktu lebih banyak untuk menstimulasi anak-anak yang belum berani atau belum lancar berbicara.

Pembelajaran di luar kelas jarang diterapkan sehingga pengetahuan anak tentang lingkungan sekitar dan interaksi dengan teman masih terbatas. Oleh sebab itu, keterampilan anak dalam berbicara perlu ditingkatkan yakni dengan menstimulasi anak yang belum lancar berbicara dengan pemberian latihan secara terus-menerus dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat dengan tidak merugikan anak lain yang sudah lancar berbicara. Slamet Suyanto (2005: 172) menyatakan bahwa untuk melatih anak berkomunikasi secara lisan yaitu dengan melakukan kegiatan yang memungkinkan anak berinteraksi dengan teman dan orang lain. Agar anak dapat berinteraksi dengan teman atau lingkungan atau guru, maka guru dapat merancang kegiatan menggunakan metode yang menarik minat anak, metode yang mengandung interaksi antar keduanya, sehingga anak yang terlibat di dalamnya merasa termotivasi untuk membicarakan segala sesuatu yang ingin diketahui ataupun sudah dipahami, anak ingin membicarakan benda-benda, orang-orang dan


(20)

5

peristiwa yang dialaminya. Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan anak dalam berbicara adalah menggunakan metode karyawisata.

Moeslichatoen (2004: 68) menjelaskan bahwa metode karyawisata adalah suatu metode dalam kegiatan pembelajaran dengan cara mengamati dunia sesuai dengan kenyataan yang ada secara langsung meliputi manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda lainnya yang melibatkan panca indera. Pembelajaran dengan menggunakan metode karyawisata memberikan pengalaman langsung dalam proses belajar anak. Benda-benda konkret yang dilihat anak akan menstimulasi rasa ingin tahu anak yang selanjutnya akan diungkapkan melalui bahasa. Interaksi anak dengan lingkungan sekitarnya akan melatih anak untuk berpikir dan menyelesaikan masalah melalui bahasa yang dimilikinya. Kegiatan nyata yang diperkuat dengan komunikasi akan terus meningkatkan kemampuan bahasa anak. Dalam metode karyawisata anak ditempatkan pada posisi yang utama, yaitu sebagai pusat pembelajaran dengan memberi kebebasan pada anak untuk mengamati apa yang menarik perhatiannya sehingga potensi yang dimiliki anak dapat berkembang lebih optimal.

Metode karyawisata sudah pernah dilaksanakan di TK Kemala Bhayangkari 07 Bantul, namun belum digunakan sebagai penunjang kegiatan pembelajaran di kelas untuk menstimulasi perkembangan anak khususnya dalam hal berbicara. Karyawisata yang dilaksanakan di TK Kemala Bhayangkari baru sebatas kegiatan tutup tahun ajaran yang diadakan setahun sekali dan pertengahan semester sebagai kegiatan outing class. Setelah itu, anak-anak libur sehingga


(21)

6

belum ada tindak lanjut dalam upaya menstimulasi aspek perkembangan anak secara lebih optimal melalui kegiatan karyawisata tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengambil judul “Peningkatan Keterampilan Berbicara Anak melalui Metode Karyawisata pada anak kelompok A di TK Kemala Bhayangkari 07 Bantul”.

B.Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang ada, maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah yang terjadi pada peserta didik TK Kemala Bhayangkari 07 Bantul di kelompok A antara lain:

1. Keterampilan berbicara anak kelompok A di TK Kemala Bhayangkari 07 Bantul masih belum optimal.

2. Anak masih belum lancar dalam menyampaikan pendapat dan masih ada anak yang malu-malu atau tersendat-sendat ketika berbicara. Bagi anak yang sudah lancar berbicara cenderung diabaikan karena dianggap sudah mampu dan tidak perlu mendapat stimulasi dalam hal berbicara.

3. Kegiatan masih sering di dalam kelas dan menekankan kegiatan individu seperti Lembar Kerja Anak (LKA) dan baca tulis hitung (calistung).

4. Metode pembelajaran karyawisata sudah pernah diterapkan di TK Kemala Bhayangkari 07 Bantul, namun belum secara optimal digunakan untuk menstimulasi keterampilan berbicara anak.


(22)

7

C.Batasan Masalah

Dari luasnya permasalahan yang ada maka dalam penelitian tindakan kelas ini masalah dibatasi hanya pada penerapan metode karyawisata sebagai upaya guru untuk meningkatkan keterampilan anak dalam berbicara.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang ada, peneliti dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut ini: “Bagaimana meningkatkan keterampilan berbicara dengan metode karyawisatadi TK Kemala Bhayangkari 07 Bantul?”.

E.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada anak usia TK kelompok A di TK Kemala Bhayangkari 07 Bantul melalui metode karyawisata.

F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Guru

Menambah wawasan dan pengalaman dalam menerapkan metode yang menarik untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak, khususnya dengan metode karyawisata.

2. Bagi Sekolah

Metode karyawisata sebagai masukan salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam upaya meningkatkan keterampilan berbicara anak kelompok A TK Kemala Bhayangkari 07 Bantul.


(23)

8

3. Bagi Peneliti

Memperoleh pengalaman langsung kegiatan pembelajaran menggunakan metode karyawisata sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak pada kelompok A di TK Kemala Bhayangkari 07 Bantul.

G. Definisi Operasional

Menghindari agar tidak meluas dalam penafsiran terhadap permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka perlu peneliti sampaikan definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Anak kelompok A

Anak kelompok A adalah anak yang masih belajar di kelompok A TK Kemala Bhayangkari 07 Bantul yang berada pada rentang usia 4-5 tahun.

2. Keterampilan Berbicara

Keterampilan berbicara adalah kemampuan anak untuk mengucapkan kata dengan tepat dan jelas dengan penempatan durasi yang sesuai (tidak tersendat-sendat), dan memilih kata untuk membentuk struktur kalimat yang tepat sehingga dapat dimengerti oleh orang lain.

3. Metode Karyawisata

Metode karyawisata merupakan salah satu metode yang melaksanakan kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-kanak dengan cara mengamati dunia sesuai dengan kenyataan yang ada secara langsung yang meliputi manusia pada saat membuat tahu, batik, gerabah, pasar hewan dan tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda lainnya seperti pantai, dan kebun binatang.


(24)

9

BAB II KAJIAN TEORI

A. Perkembangan Bahasa 1. Pengertian Bahasa

Bahasa merupakan bentuk komunikasi yang digunakan sesorang untuk mengungkapkan ide, gagasan maupun perasaannya kepada orang lain (Conny R. Semiawan, 2009: 112).Sabarti Akhadiah (1992: 2) mendefinisikan bahasa sebagai suatu rangkaian bunyi yang melambangkan pikiran, perasaan, serta sikap. Lebih lanjut Syamsu Yusuf (2004: 118) memaparkan bahwa bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian tersebut, tercakup semua cara untuk berkomunikasi dengan orang lain, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan sesuatu pengertian, seperti dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan, dan mimik muka. Bahasa anak pada hakikatnya adalah bahasa yang dipakai anak untuk menyampaikan keinginan, pikiran, harapan, permintaan, dan lain-lain untuk kepentingan pribadinya (Suhartono, 2005: 8).

Bromley (Nurbiana Dhieni, 2005: 18) mendefinisikan bahasa sebagai sistem simbol yang teratur untuk mentrasfer berbagai ide maupun informasi yang terdiri dari simbol-simbol visual maupun verbal. Bahasa merupakan salah satu fenomena pertumbuhan intelektual dan sarana berpikir, mengingat, dan berkreasi (Syakir, 2002: 4). Moeslichatoen (2004: 18) menyatakan bahwa bahasa merupakan bentuk utama dalam mengekspresikan pikiran dan pengetahuan bila anak mengadakan hubungan dengan orang lain.


(25)

10

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah rangkaian bunyi membentuk beberapa kata menjadi sebuah kalimat yang dijadikan sebagai alat untuk berpikir, mengeskpresikan diri, dan berkomunikasi dengan orang lain. Keterampilan berbahasa sangat penting dalam rangka pembentukan konsep, informasi, dan pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

2. Karakteristik Perkembangan Bahasa Anak usia 4-5 tahun

Anak usia dini mempunyai tugas perkembangan yang berbeda-beda. Hal ini juga berlaku dalam perkembangan keterampilan berbicara yang dikuasai anak pada tingkat usia tertentu.Harun Rasyid, Mansyur dan Suratno (2009: 134) mendeskripsikan bahwa anak usia 4-5 tahun mempunyai potensi perkembangan bahasa yang yang terdiri dari hal-hal berikut: (a) Membedakan berbagai macam jenis suara, (b) Mengenal macam-macam bunyi huruf, (c) Merangkai kata membentuk kalimat yang terdiri dari 6-10 kata, (d) Mengerti dan melaksanakan 3 perintah yang diberikan secara sederhana, (e) Menjawab dengan kalimat lengkap, (f) Menyebutkan nama benda dan fungsi beserta sifatnya, dan (g) Belajar membaca.

Nurgiantoro (1999: 9) menjelaskan tujuan pengembangan bahasa pada anak usia dini adalah untuk mengarahkan agar anak mampu menggunakan, mengekspresikan pemikirannya dengan menggunakan kata-kata. Dengan kata lain, pengembangan bahasa lebih diarahkan agar anak dapat: (a) mengolah kata secara komprehensif, (b) mengekspresikan kata-kata dalam bahasa tubuh yang


(26)

11

bisa dipahami orang lain, (c) mengerti setiap kata, mengartikan dan menyampaikan secara utuh kepada orang lain, dan (d) berargumentasi meyakinkan orang melalui kata yang diucapkan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Rosmala Dewi (2005: 17) juga mengemukakan perkembangan bahasa anak usia 4 sampai 5 tahun adalah sebagai berikut:

a. Anak mulai berbicara lancar dengan beberapa kata membentuk kalimat sederhana.

b. Menyebutkan sebanyak-banyaknya nama benda, binatang, tanaman yang mempunyai warna, bentuk, atau menurut ciri-ciri tertentu.

c. Bercerita tentang kejadian di sekitarnya secara sederhana. d. Mengurutkan dan menceritakan isi gambar seri (2-3 gambar). e. Bercerita tentang gambar yang dibuat sendiri.

f. Mengikuti 1-2 perintah sekaligus.

g. Membuat sebanyak-banyaknya kata dari suku kata awal yang disediakan dalam bentuk lisan.

Karakteristik perkembangan bahasa anak yang dikemukakan oleh Caroll Seefelt dan Barbara A.Wasik (2008: 74) adalah sebagai berikut:

a. Anak pada usia 4 tahun:

1. Menguasai 4.000 – 6.000 kata.

2. Mampu berbicara dalam kalimat 5-6 kata.

3. Dapat berpartisipasi dalam percakapan, sudah mampu mendengarkan orang lain berbicara dan menanggapinya.

4. Dapat belajar tentang kata mana yang diterima secara sosial dan mana yang tidak.


(27)

12

b. Anak pada usia 5 tahun:

1. Perbendaharaan kosakata mencapai 5000 – 8.000 kata. 2. Stuktur kalimat menjadi lebih rumit.

3. Berbicara dengan lancar, benar dan jelas tata bahasa kecuali pada beberapa kesalahan pelafalan.

4. Dapat menggunakan kata ganti orang dengan benar. 5. Mampu mendengarkan orang yang sedang berbicara 6. Senang menggunakan bahasa untuk permainan dan cerita.

Perkembangan kemampuan berbahasa anak usia 4-5 tahun menurut Depdiknas (2007: 3) ditandai oleh berbagai kemampuan sebagai berikut:

a. Mampu menggunakan kata ganti saya dalam berkomunikasi.

b. Memiliki berbagai perbendaharaan kata kerja, kata sifat, kata keadaan, kata tanya, dan kata sambung.

c. Menunjukkan pengertian dan pemahaman tentang sesuatu.

d. Mampu menggunakan pikiran, perasaan, dan tindakan dengan menggunakan kalimat sederhana.

e. Mampu membaca dan mengungkapkan sesuatu melalui gambar.

Karakteristik kemampuan bahasa anak usia 4-5 tahun juga dipaparkan oleh Nurbiana Dhieni (2005: 9.5) sebagai berikut:

a. Terjadi perkembangan yang cepat dalam kemampuan bahasa anak. b. Telah menguasai 90% dari fonem dan sintaks bahasa yang

digunakannya.

c. Dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan, yakni anak dapat mendengarkan orang lain berbicara kemudian menanggapi pembicaraan tersebut.


(28)

13

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan bahasa pada anak usia 4-5 tahun merupakan perkembangan dalam mengembangkan kosakata, berbicara dan mendengarkan, kemudian anak mampu mengekspresikan kata-kata membentuk sebuah kalimat yang dapat dipahami oleh orang lain. Taman Kanak-kanak merupakan wahana yang sangat penting dalam mengembangkan bahasa pada anak usia dini. Dalam kegiatan pembelajaran pengembangan bahasa pada anak usia dini dibutuhkan metode, media maupun pendekatan yang tepat bagi anak agar seluruh aspek perkembangan anak usia dini terutama dalam berbahasa dapat terstimulasi dengan baik dan berkembang secara optimal. Penerapan metode karyawisata diharapkan dapat mengembangkan keterampilan berbicara lancar menggunakan kalimat sederhana dengan bahasa yang baik dan benar.

3. Keterampilan dalam Bahasa

Bromley (Nurbiana Dhieni, 2005: 1.15) menyebutkan ada empat macam keterampilan dalam bahasa, yaitu: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Adapun penjelasan tentang macam-macam bentuk bahasa adalah sebagai berikut: a. Menyimak

Menyimak merupakan kemampuan anak untuk mengahayati lingkungan sekitarnya dan mendengar pendapat orang lain dengan indera pendengaran. b. Berbicara

Berbicara merupakan suatu alat untuk mengekspresikan, menyatakan, atau mengkomunikasikan pikiran, ide, maupunperasaan yang bertujuan agar ungkapan hati tersebut dapat dimengerti oleh orang lain.


(29)

14

c. Membaca

Membaca merupakan suatu proses mengkonstruksi arti dimana terdapat interaksi antara tulisan dengan pengalaman yang pernah dialami.

d. Menulis

Menulis merupakan salah satu media untuk berkomunikasi, dimana anak dapat menyampaikan makna, ide, pikiran dan perasaannya melalui untaian kata-kata yang bermakna melalui coretan berbentuk huruf yang dapat dimengerti oleh orang lain.

4. Fungsi Bahasa bagi Perkembangan Anak

Bahasa digunakan untuk mengekspresikan setiap indivudu yang mempunyai beragam karakter atau ciri khas tertentu. Bromley (Nurbiana Dhieni, 2005: 1.21) menyebutkan 5 macam fungsi bahasa sebagai berikut:

a. Bahasa menjelaskan keinginan dan kebutuhan individu. Anak-anak belajar mengucapkan kata untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka. b. Bahasa dapat mengubah dan mengontrol perilaku. Anak-anak belajar

mempengaruhi lingkungan dan orang disekitarnya dengan bahasa.

c. Bahasa membantu perkembangan kognitif. Bahasa membantu mengingat kembali suatu informasi kemudian membentuk sebuah kesimpulan tentang pengetahuan yang diakumulasikan melalui pengalaman dan proses belajar dan selanjutnya ketika membicarakan sebuah topik, kita dapat menjelaskan ide-ide sekaligus menghasilkan pengetahuan baru.

d. Bahasa membantu mempererat interakasi dengan orang lain. Seseorang dapat menjelaskan pikiran, perasaan, dan perilaku untuk berkomunikasi dengan


(30)

15

orang lain melalui bahasa dengan tujuan untuk agar dapat berpartisipasi dalam masyarakat sehingga tercapailah sosialisasi individu.

e. Bahasa mengekspresikan keunikan individu. Anak-anak sering kali terlihat mengkomunikasikan pengetahuan, pemahaman dan pendapat mereka dengan cara yang berbeda-beda sebagai suatu refleksi perkembangan kepribadian masing-masing anak.

B. Keterampilan Berbicara 1. Pengertian Berbicara

Berbicara menurut Hurlock (1978: 176) merupakan bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan maksud. Senada dengan pendapat Suhartono (2005: 20) yang menyatakan bahwa berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian ide, pikiran, gagasan, atau isi hati seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahamioleh orang lain.

Tarigan (2008: 16) mengungkapkan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Pendapat tersebut sejalan dengan Saleh Abbas (2006: 83) yang mengemukakan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Di sisi lainHaryadi dan Zamzani (1997: 54) juga mendefinisikanberbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi, sebab di dalamnya terjadi pesan dari suatu sumber ke tempat lain. Oleh karena itu,


(31)

16

melalui berbicara anak dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya sehingga anak dapat terhindar dari rasa cemas dan rasa takut.Anak belajar bagaimana berbicara dengan baik dalam berkomunikasi dengan orang lainagar ia dapat dengan mudah bergaul dengan teman sebayanya.

Keterampilan berbicara sangat diperlukan bagi kehidupan manusia. Melalui berbicara manusia dapat memperoleh pengalaman-pengalaman yang dapat dijadikan bekal untuk hidup. Oleh karena itu keterampilan berbicara harus diajarkan sejak usia dini. Masa keemasan pada anak usia dini, posisi anak berada pada tahapan yang kritis, dengan anak dilatihkan keterampilan berbicara maka anak akan dengan mudah mengungkapkan pikiran dan perasaan sebagai suatu proses interaksi dengan orang lain agar keinginan dan kebutuhannya terpenuhi sehingga anak akan merasa senang dan nyaman dimanapun dia berada.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara adalah kemampuan anak menggunakan kata-kata untuk menyampaikan maksud, ide, perasaan dan menyebutkan benda-benda atau menjelaskan suatu peristiwa yang akan membantu anak untuk membentuk gagasan yang kemudian dikomunikasikan dan dapat dimengerti oleh orang lain.

2. Keterampilan Berbicara Anak TK

Keterampilan menurut Yudha dan Rudyanto (2005: 7) adalah kemampuan anak dalam melakukan berbagai aktivitas seperti motorik, berbahasa, sosial-emosional, kognitif dan afektif (nilai-nilai moral). Keterampilan yang dimaksud dalam pendidikan anak usia dini adalah keterampilan anak untuk melakukan berbagai aktivitas yang mencakup aspek-aspek perkembangan anak sesuai dengan


(32)

17

rentang usainya. Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa keterampilan adalah kemampuan anak dalam menyelesaikan tugas dalam berbagai aktivitas.

Keterampilan perlu dilatih secara terus menerus sejak dini agar anak terbiasa sehingga anak tumbuh menjadi orang yang terampil dan cekatan dalam melakukan berbagai macam kegiatan dan bermanfaat bagi masyarakat. Suhartono (2005: 167) menjelaskan bahwa mengembangkan keterampilan berbicara anak usia dini dapat diawali dengan pengenalan bunyi-bunyi bahasa yang dimulai dari bunyi bahasa yang mudah diucapkan lalu dilanjutkan ke yang lebih sulit.

Nur Mustakim (2005: 130) mengungkapkan bahwa keterampilan berbahasa ekspresif atau produktif usia taman kanak-kanak menunjukkan anak suka bertanya terhadap hal-hal baru, menggunakan bahasa sesuai dengan situasi dengan alasan yang tepat, dan aktif berbicara terhadap hal-hal yang baru karena pada masa ini anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang besar.

Berbicara merupakan salah satu keterampilan yang penting dalam berbahasa. Hal tersebut karena dalam kehidupan sehari-hari manusia lebih banyak menggunakan bahasa lisan untuk berkomunikasi dengan orang-orang disekitarnya. Oleh karena itu, keterampilan berbicara perlu distimulasi sejak usia dini agar kelak anak mudah berkomunikasi dengan lingkungannya.

Berdasarkan pengertian keterampilan dan berbicara di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan keterampilan berbicara adalah kemampuan dalam menyampaikan maksud, ide, pikiran, gagasan, perasaan kepada orang lain menggunakan bahasa lisan dengan lancar dan jelas sehingga maksud tersebut dapat dipahami orang lain.


(33)

18

3. Hakikat Perkembangan Bicara AnakTK

Pada tahun-tahun awal masa prasekolah, anak seringkali masih berbicara dengan dirinya sendiri atau dengan mainannya. Semakin bertambah usianya maka akan semakin berkembang pula aspek-aspek pekembangan lainnya seperti kognitif dan sosial. Anak mulai muncul rasa ingin bertukar pikiran dan perasaan dengan orang lain. Anak mulai tertarik untuk menjadi bagian dari kelompok sosial yang ada di lingkungannya. Dari situlah mulai terbentuk jalinan komunikasi sebagai wujud nyata pentingnya bahasa bagi kehidupan manusia. Bahasa sebagai alat komunikasi memudahkan manusia untuk bergaul dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Keterampilan berbicara tidak secara langsung berkembang pada anak, akan tetapi perlu adanya latihan dan pembiasaan yang rutin untuk menstimulasi perkembangan bicara anak usia dini. Santrock (2007: 355) menjelaskan bahwa kemampuan bicara anak dipengaruhi oleh perkembangan bahasa anak yang berhubungan dengan fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik..

Adapun penjelasan tentang fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik adalah sebagai berikut:

a. Fonologi

Fonologi adalah ilmu tentang perbendaharaan bunyi-bunyi (fonem) bahasa. Bidang kajian fonologi adalah bunyi bahasa sebagai satuan terkecil dari ujaran dengan gabungan bunyi yang membentuk suku kata.

b. Morfologi

Sistem dari unit-unit bermakna yang terlibat dalam pembentukan kata. Morfologi merupakan unit terkecil yang masih memiliki makna yang berupa kata yang dapat dipecah lagi menjadi bagian kata yang lebih kecil.

c. Sintaksis

Sintaksis adalah tata bahasa yang membahas hubungan antar kata dalam tuturan. Unsur bahasa yang termasuk didalamnya adalah frase, klausa, dan kalimat.


(34)

19

d. Semantik

Semantik adalah pembelajaran tentang makna, sistem yang melibatkan arti kata-kata dan kalimat.

e. Pragmatik

Pragmatik merupakan sistem yang menggunakan percakapan dan pengetahuan secara tepat terkait penggunaan bahasa sesuai konteks dan efektif.

Suhartono (2005: 29), menyatakan bahwa saat bayi memperoleh bahasa kurang dari satu tahun, bayi memperhatikan muka orang dewasa dan meresponnya dengan senyuman ataupun tangisan. Ketika berumur satu tahun, bayi mulai mengoceh, bermain dengan bunyi seperti bermain dengan jari-jari tangan atau jari-jari kakinya.

Anak mulai bisa mengucapkan kata-kata sederhanamemasuki usia 1-2 tahun, namun pada tahap ini anak baru mampu menggunakan kalimat yang terdiri atas satu kata atau holofrase (Enny Zubaidah, 2007: 21). Perkembangan kosakata anak akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya usia hingga pada waktu mulai memasuki usia prasekolah. Saat anak mulai masuk Taman Kanak-kanak, ia sudah memiliki banyak kosakata dan sudah mampu membentuk kalimat yang lebih kompleks. Anak dapat berkomunikasi dengan teman-temannya, orang tua, guru dan orang-orang dewasa yang mengajaknya berbicara, sehingga keterampilan bicaranya akan terstimulasi secara terus menerus dan semakin berkembang setiap waktunya.

Hal tersebut menunjukkan bahwa pada hakikatnya perkembangan bicara anak dimulai dari anak lahir dan berlangsung seumur hidup selama ia berinteraksi dan beromunikasi dengan lingkungannya. Senada dengan pendapat Zuchdi dan Budiasih (Suhartono, 2005: 41), bahwa anak-anak memperoleh


(35)

komponen-20

komponen utama bahasa ibu mereka dalam waktu yang relatif singkat. Ketika mereka mulai bersekolah dan mempelajari bahasa secara formal, mereka sudah mengetahui cara berbicara untuk berkomunikasi dengan orang lain. Namun, perkembangan bahasa tidak berhenti ketika seorang anak sudah mulai bersekolah atau ketika ia sudah dewasa. Proses perkembangan terus berlangsung sepanjang hayat.

4. Tujuan Pengembangan Bicara Anak TK

Tujuan umum pengembangan bicara anak usia Taman Kanak-kanak menurut Suhartono (2005: 123) yaitu agar anak mampu: (1) Melafalkan bunyi bahasa yang digunakan secara tepat; (2) Mempunyai perbendaharaan kata yang memadai untuk keperluan berkomunikasi; dan (3) Menggunakan kalimat secara baik untuk berkomunikasi secara lisan. Di samping itu, Nurbiana Dhieni (2005: 35) juga menyebutkan tujuan berbicara adalah untuk melaporkan, menghibur, membujuk dan meyakinkan seseorang.

Tadkiroatun Musfiroh (2005: 102) memaparkan beberapa hal yang menjadi tujuan agar anak terampil dalam berbicara antara lain:

a) Anak memperoleh pemuasan kebutuhan dan keinginan karena dapat menyampaikan apa yang ia butuhkan dan ia inginkan, b) Anak mampu membina hubungan dengan orang lain dan dapat memerankan kepemimpinannya, c) anak akan memperoleh penilaian yang baik, kaitannya dengan isi dan cara bicara, d) anak mampu memberikan komentar-komentar positif dan menyampaikan hal-hal baik kepada lawan bicara, dan e) anak dapat memiliki kemampuan akademik yang lebih baik, karena anak dapat memiliki kosa kata banyak cenderung berhasil dalam meraih prestasi akademik.


(36)

21

5. Tahap Keterampilan Berbicara AnakTK

Perkembangan bahasa anak dibagi atas fase prelinguistik dan fase linguistik. Fase prelinguistik adalah perkembangan bahasa anak usia 0-1 tahun yaitu mulai sejak tangisan pertama sampai anak selesai dengan fase mengoceh, kemudian dilanjutkan fase linguistik dimulai sejak anak berusia 1-5 tahun yaitu mulai dari mengucap kata-kata pertama sampai ia dapat berbicara dengan lancar(Rosmala Dewi, 2005: 16).

Hurlock (1978: 185) memaparkan tentang proses berbicara anak usia dini mencakup tiga hal penting yang terpisah namun saling berhubungan. Tiga proses tersebut adalah sebagai berikut:

a. Belajar mengucapkan kata

Tugas pertama dalam belajar berbicara adalah belajar mengucapkan kata. Pengucapan dipelajari melalui meniru. Pengucapan anak akan berkembang jika anak berada pada lingkungan yang orang-orangnya memiliki perbendaharaan kata yang banyak. Semakin banyak pola bahasa yang dipelajari anak maka akan semakin beragam pula bahasa yang akan ia kuasai. b. Membangun kosakata

Tugas kedua dalam belajar berbicara adalah membangun kosa kata atau mengembangkan jumlah kosa kata. Dalam mengembangkan kosa kata, anak harus belajar mengaitkan arti dengan bunyi, karena banyak kata yang tidak hanya memiliki satu arti tetapi pengucapannya sama, misalnya kata “bisa”, dapat diartikan mampu dan dapat juga diartikan bisa sebagai racun ular.


(37)

22

c. Membentuk kalimat

Tugas ketiga adalah membentuk kalimat atau menggabungkan kata ke dalam kalimat yang tata bahasanya betul dan dapat dipahami oleh orang lain. Tugas ini adalah tahapan yang tersulit dari tugas-tugas sebelumnya.

Syamsu Yusuf (2004: 119-121) juga menjelaskan bahwa dalam perkembangan bahasa khususnya dalam hal berbicara, anak dituntut untuk menuntaskan atau menguasai empat tugas pokok yang satu sama lainnya saling berkaitan. Keempat tugas-tugas perkembangan bicara pada anakusia dini adalah sebagai berikut:

a. Pemahaman, yaitu kemampuan anak dalam memahami makna ucapan yang dikatakan orang lain.

b. Pengembangan perbendaharaan kata. Perbendaharaan kata-kata yang dikuasai anak mulaiberkembang secara lambat pada usia dua tahun pertama, kemudian mengalami tempo yang cepat pada usia pra-sekolah dan terus meningkat setelah anak masuk sekolah.

c. Penyusunan kata-kata menjadi kalimat, yaitu kemampuan anak dalam menyusun kata-kata menjadi kalimat pada umumnya berkembang sebelum usia dua tahun.

d. Ucapan, yaitu kemampuan mengucapkan kata-kata merupakan hasil belajar melalui imitasi (peniruan) terhadap suara-suara yang didengar anak dari orang lain (terutama orangtuanya).


(38)

23

Nurbiana Dhieni (2008: 3.6) menyebutkan dua tipe perkembangan berbicara anak:

a. Egocentric speech, terjadi ketika anak berusia 2-3 tahun, dimana anak berbicara pada dirinya sendiri (monolog). Perkembangan berbicara anak dalam hal ni sangat berpengaruh dalam mengembangkan kemampuan berpikirnya.

b. Socialized speech, terjadi ketika anak berinteraksi dengan temannya ataupun dengan lingkungannya. Hal ini berfungsi untuk mengembangkan adaptasi kemampuan sosial anak. Berkenaan dengan hal tersebut terdapat 5 bentuk socialized speech yaitu: (1) saling bertukar informasi untuk tujuan bersama; (2) penilaian terhadap ucapan terhadap tingkah laku orang lain; (3) perintah, permintaan, ancaman; (4) pertanyaan; dan (5) jawaban.

Hal tersebut senada dengan pendapat Hurlock (1978: 189) yang menyatakan bahwa pada waktu anak berusia 4 tahun, kalimat yang diucapkan anak hampir lengkap, dan setahun kemudian kalimatnya sudah lengkap berisi semua unsur kalimat. Hurlock (1978: 176) memaparkan dua kriteria untuk mengukur tingkat kemampuan bicara anak apakah anak udah bisa berbicara benar atau hanya sekedar ‘membeo’, yaitu anak harus mengetahui arti kata yang digunakannya dan mengaitkannya dengan objek yang diwakilinya, selanjutnya anak harus melafalkan kata-katanya sehingga orang lain memahaminya dengan mudah. Kata-kata yang hanya dapat dipahami anak karena sudah sering mendengarnya atau karena telah belajarmemahaminya dan menduga apa yang sedang dikatakan tidaklah memenuhi kriteria tersebut.

Pateda (Suhartono, 2005: 49) menjelaskan tahapan perkembangan awalujaran anak, yaitu tahap penamaan, tahap telegrafis, dan tahap


(39)

24

1. Tahap penamaan

Pada tahap ini anak mengasosiasikan bunyi-bunyi yang pernah didengarnyadengan benda, peristiwa, situasi, kegiatan, dan sebagainya yang pernah dikenalmelalui lingkungannya. Pada tahap ini anak baru mampu menggunakan kalimatterdiri atas satu kata atau frase. Kata-kata yang diujarkannya mengacu padabenda-benda yang ada di sekelilingnya.

2. Tahap telegrafis

Pada tahap ini anak mampu menyampaikan pesan yang diinginkannyadalam bentuk urutan bunyi yang berwujud dua atau tiga kata. Anak menggunakandua atau tiga kata untuk menyampaikan maksud tertentu. Ujaran tersebut sangat singkat dan padat. Olehkarena itu, ujaran anak sejenis ini disebut juga telegrafis. Steinbergh (Suhartono,2005: 50) mengatakan bahwa pada tahap ini anak berumur sekitar dua tahun.

3. Tahap Transformasional

Pada tahap ini anak sudah mulai memberanikan diri untuk bertanya,menyuruh, menyanggah, dan menginformasikan sesuatu. Anak sudah mulai berani mentransformasikan idenya kepada orang lain dalam bentukkalimat yang beragam. Berbagai kegiatan anak aktivitasnya dikomunikasikan ataudiujarkan melalui kalimat-kalimat. Umumnya anak pada tahap ini berusia lima tahun.


(40)

25

Suhartono (2005: 41) juga menyebutkan ada lima tahap perkembangan bicara anak yaitu: (a) mengucapkan satu kata, (b) mengucapkan dua kata, (c) anak dapat mengucapkan satu kalimat, (d) dapat membuat kalimat-kalimat pendek dan jenis berbeda-beda, dan (e) dapat membuat kalimat panjang dengan berbagai formasi.

Nurbiana Dhieni (2008: 3.5) menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat dijadikan ukuran kemampuan berbicara seseorang yang terdiri dari aspek kebahasaan dan non kebahasaan. Aspek kebahasaan meliputi: (1) ketepatan ucapan, (2) penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai, (3) pilihan kata, (4) ketepatan sasaran pembicaraan, dan aspek non kebahasaan meliputi: (1) sikap tubuh, pandangan, bahasa tubuh, dan mimik yang tepat, (2) kesediaan menghargai pembicaraan maupun gagasan orang lain, (3) kenyaringan suara dan kelancaran dalam berbicara, (4) relevansi, penalaran dan penguasaan terhadap topik tertentu.

Sejalan dengan pendapat di atas, Sabarti Akhadiah, dkk (1992: 154- 160) menyebutkan bahwa faktor penunjang dalam mengukur keterampilan anak dalam berbicara, ialah: (a) aspek kebahasaan, dan (b) aspek non kebahasaan. Aspek-aspek tersebut diuraikan sebagai berikut:

a. Aspek Kebahasaan

1) Ketepatan ucapan (pelafalan bunyi), anak harus dapat mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat dan jelas.

2) Penempatan tekanan, nada, jangka, intonasi, dan ritme.

Penempatan tekanan, nada, jangka, intonasi, dan ritme yang sesuai akan menjadi daya tarik tersendiri dalam berbicara, bahkan merupakan salah satu faktor penentu dalam keefektifan berbicara. 3) Penggunaan kata dan kalimat. Penggunaan kata sebaiknya dipilih

yang memiliki makna dan sesuai dengan konteks kalimat. Anak juga perlu dilatih menggunakan struktur kalimat yang benar.

b. Aspek Non Kebahasaan

1) Sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku. Dalam berbicara harus bersikap wajar, tenang, dan tidak kaku. Wajar berarti berpenampilan apa adanya, tidak dibuat-buat. Lalu, sikap tenang adalah sikap dengan perasaan hati yang tidak gelisah, tidak gugup, dan tidak tergesa-gesa. Selanjutnya, dalam berbicara juga tidak boleh kaku.


(41)

26

2) Pandangan yang diarahkan kepada lawan bicara. Pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara agar lawan bicara memperhatikan topik yang sedang dibicarakan serta lawan bicara merasa dihargai. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara pada anak kelompok A sebagai indikator keterampilan berbicara yang akan diukur dalam penelitian ini, yaitu ketepatan ucapan anak dalam berbicara, penempatan tekanan atau nada atau ritme yang sesuai (intonasi) dalam berbicara, pilihan kata yang digunakan anak dalam membentuk kalimat.

6. Faktor yang Menimbulkan Perbedaan dalam Belajar Berbicara

Hurlock (1978: 178) memaparkan bahwa ada beberapa faktoryang menimbulkan perbedaan masing-masing anak dalam belajar berbicara, antara lain: a. Kesehatan

Anak yang sehat lebih cepat belajar berbicara dibandingkan dengan anak yang kurang sehat.

b. Kecerdasan

Anak yang mempunyai kecerdasan yang tinggi akan menunjukkan penguasaan bahasa yang lebih unggul daripada anak yang tingkat kecerdasannya rendah. c. Keadaan sosial ekonomi

Anak yang berasal dari keluarga dengan keadaan ekonominya lebih tinggi akan lebih mudah belajar berbicara, mengungkapkan tentang dirinya dan keinginannya karena lebih banyak dibimbing berbicara daripada anak yang keadaan ekonomi keluarganya rendah.


(42)

27

Pada setiap jenjang umur, kalimat anak laki-laki lebih pendek dan kurang tepat tata bahasanya, kosa kata yang diucapkan lebih sedikit, dan pengucapannya kurang tepat daripada anak perempuan.

e. Keinginan berkomunikasi

Semakin kuat keinginan untuk berkomunikasi dengan orang lain maka akan semakin kuat pula motivasi anak untuk belajar berbicara, dan semakin bersedia menyisihkan waktu dan usaha yang diperlukan untuk belajar.

f. Dorongan

Semakin banyak anak diajak berbicara dan menanggapi setiap ucapannya, maka akan lebih banyak kosa kata yang didapatkannya dan semakin baik kualitas bicaranya.

g. Ukuran keluarga

Anak tunggal atau anak dengan urutan terakhir biasanya berbicara lebih awal daripada anak dari keluarga besar.

h. Urutan kelahiran

Dalam keluarga yang sama, anak pertama lebih unggul ketimbang anak yang lahir selanjutnya, karena orang tua cenderung lebih banyak mempunyai waktu untuk mengajar dan memotivasi anak pertama daripada anak yang lahir kemudian.

i. Metode pelatihan anak

Anak yang dilatih secara otoriter akan terhambat dalam berbicara, sedangkan anak yang dididik secara demokratis akan leluasa dalam belajar berbicara


(43)

28

karena ia merasa nyaman dan bebas untuk mengungkapkan apa yang diinginkannya.

j. Kelahiran kembar

Anak yang lahir kembar umumnya terlambat dalam perkembangan bicaranya karena mereka cenderung lebih banyak bergaul dengan saudara kembarnya dan hanya memahami logat khusus yang mereka miliki. Ini melemahkan motivasi mereka untuk belajar berbicara agar orang lain dapat memahami mereka. k. Hubungan dengan teman sebaya

Semakin banyak hubungan anak dengan teman sebayanya dan semakin besar keinginan mereka untuk diterima sebagai anggota kelompok sebaya, maka akan semakin kuat motivasi mereka untuk belajar berbicara.

l. Kepribadian

Anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik cenderung memiliki kemampuan bicara yang lebih baik pula karena akan lebih banyak bergaul dan berkomunikasi dengan orang-orang disekitarnya.

7. Cara-cara Merangsang Anak Berbicara

Anak-anak memperoleh stimulasi yang berbeda-beda dari orang-orang di sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan setiap anak mengalami perbedaan tahapan perkembangan yang tidak sama, terutama dalam hal berbicara. Pada usia yang sama, ada anak yang bicaranya lancar, ada yang lambat, ada yang masih


(44)

malu-29

malu, ada pula yang tersendat-sendat. Untuk merangsang anak agar lancar berbicara sesuai tahap perkembangannya, Suhartono (2005: 59) menjelaskan beberapa kiat-kiat sebagai berikut:

a. Biasakan untuk berbicara dengan anak. Semakin sering kita bicara dengan anak, maka akan semakin cepat perkembangan jalur auditoris yang ada di dalam otak kanan.

b. Pandanglah mata anak. Berbicara dengan memandang mata anak akan meningkatkan pemahaman terhadap bahasa yang kita pakai dan sekaligus akan mempunyai pengaruh terhadap anak ketika berbicara. Melakukan kontak langsung dengan cara memandang mata anak, berarti mengajarkan kepada anak bahasa isyarat dan ekspresi muka yang akan dijadikan bekal untuk meningkatkan keterampilan anak dalan berbicara.

c. Hindari kebiasaan bicara pada anak dengan pengejaan yang dibuat-buat.Anak akan belajar lebih akurat dan efisien jika orangtua berusaha secara benar dan jelas mengeja setiap kata yang kita ucapkan.

d. Bicarakan apa yang benar-benar dilakukan dan dialami anak.Dari hasil analisis menyatakan bahwa banyaknya waktu yang dihabiskan oleh para ibu untuk membicarakan benda-benda yang digunakan bermain oleh anak-anaknya lebih banyak mempengaruhi perkembangan bahasa anak–anak daripada kompleksitas ujaran ibu (Armstrong, 2003: 63).

e. Katakan lebih banyak daripada yang diminta.Jika anak meminta sesuatu kepada orangtua, sebaiknya orangtua menjawab secara lebih panjang dan jelas.


(45)

30

f. Gunakan tata bahasa yang benar dalam berbicara. Pada periode kritis untuk menguasai tata bahasa terjadi sebelum umur tiga tahun. Oleh karena itu, gunakan ucapan yang secara tata bahasa benar.

g. Dengan lembut betulkan kesalahan anak. Jangan menunjuk dengan kasar kesalahan ejaan dan tata bahasa seorang anak, benahi dengan lembut namun efektif sebagai bagian dari percakapan.

h. Lakukan percakapan dengan anak. Kadang-kadang dalam percakapan ada kalanya kita menggunakan bahasa isyarat/gerakan-gerakan anggota badan. i. Jangan paksa anak menghafal kata. Kadang anak-anak membutuhkan waktu

beberapa saat untuk memikirkan kata-kata yang tepat untuk diucapkan ketika mereka berusaha mengekspresikan gagasan-gagasannya.

j. Hati-hati dengan infeksi telinga. Anak-anak yang memiliki penyakit kronis atau kambuhan sebelum berumur empat tahun akan mengalami kehilangan pendengaran secara temporal yang dapat mengganggu perkembangan bahasa anak.

C. Metode Karyawisata

1. Pengertian Metode Karyawisata

Pengertian metode menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989: 530) yaitu cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk dapat memperlihatkan hal-hal atau peristiwa yang ada hubungannya dengan pelajaran, sedangkan karyawisata berarti bepergian atau mengunjungi suatu obyek dalam rangka memperluas pengetahuan. Di sisi lain Jusuf Djajadisastra (1982: 10) menjelaskan kata


(46)

31

karyawisata berasal dari kata karya dan wisata, karya yang artinya kerja dan wisata yang artinya pergi. Dengan demikian karyawisata berarti pergi bekerja. Dalam hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar, pengertian karyawisata ialah murid-murid akan mempelajari suatu objek ditempat mana objek itu terdapat. Dengan demikian, apa yang disebut dengan bekerja yang dimaksud ialah mempelajari sesuatu.

Metode karyawisata adalah metode pembelajaran yang melaksanakan kegiatan pengajaran di taman kanak-kanak dengan cara mengamati dunia sesuai dengan kenyataan secara langsung yang meliputi manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda lainnya(Moeslichatoen, 2004: 68).

John Dewey (Tadkiroatun Musfiroh, 2005: 22) mengemukakan bahwa anak selalu ingin mengeksploitasi lingkungannya dan memperoleh manfaat dari lingkungan itu. Pada saat itulah anak menghadapi permasalahan pribadi dan sosial yang mendorong anak mempergunakan kemampuannya untuk menyelesaikan masalah dengan memanfaatkan pengetahuan yang dimilikinya secara aktif. Sependapat dengan Yuliani Nurani Sujiono (2009: 58) yang percaya bahwa anak-anak pada masa usia dini membangun pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungannya.

Seorang ahli pendidikan Edgar Dale (Nurbiana Dhieni, 2005: 10.10) juga mengemukakan pentingnya pemerolehan pengalaman secara langsung dalam proses belajar. Dia mengklasifikasikan pengalaman belajar menurut tingkat dari yang paling konkret ke paling abstrak. Klasifikasi tersebut dikenal dengan The Cone of Experiences (kerucut pengalaman belajar).


(47)

32

Gambar 1. Kerucut pengalaman Edgar Dale

Kerucut pengalaman Edgar Dale diatas menunjukkan bahwa informasi yang diperoleh melalui pengalaman langsung yang berada pada dasar kerucut mampu menyajikan pengalaman belajar secara lebih konkret. Semakin menuju ke puncak kerucut penggunaan media semakin memberikan pengalaman belajar yang bersifat abstrak.

simbol Verbal simbol

visual visual, Gambar Tetap

Radio, Tape Recorder Visual Gerak/

Gambar Hidup

Televisi dan Film

Pameran

Karyawisata

Demonstrasi

Dramatisasi

Pengalaman Tiruan


(48)

33

2. Manfaat Karyawisata

Beberapa manfaat karyawisata bagi anak usia taman kanak-kanak menurut Hildebrand (Moeslichatoen, 2004: 71) antara lain:

a. Merangsang minat anak terhadap sesuatu

b. Memperluas informasi yang telah diperoleh di kelas c. Memberikan pengalaman mengenai kenyataan yang ada d. Menambah wawasan atau pengetahuan anak

Melalui karyawisata anak TK mendapat kesempatan untuk menumbuhkan minat tentang sesuatu hal, misalnya untuk mengembangkan minat tentang dunia hewan, anak dibawa ke kebun binatang.Karyawisata dapat pula menjadi batu loncatan untuk melakukan kegiatan yang lain. Informasi-informasi yang diperoleh anak di dunia nyata merupakan masukan dalam kegiatan kegiatan belajar selanjutnya yang akan memperkaya isi kegiatan belajar di kelas. Misalnya dalam kegiatan bermain membangun, menggambar, bercakap-cakap/bermain drama.

3. Tujuan Karyawisata

Metode karyawisata mempunyai serangkaian manfaat yang dapat diperoleh anak TK dari kegiatan karyawisata, yakni menumbuhkan minat, meningkatkan perbendaharaan kata, pengetahuan, memperluas wawasan, meningkatkan kemampuan hidup masyarakat, penghargaan terhadap karya jasa, maka tujuan karyawisata dapat diarahkan pada perkembangan anak TK yang sesuai dengan tingkat usianya.


(49)

34

Ada beberapa pengembangan aspek perkembangan anak TK yang cocok dengan program kegiatan belajar melalui karyawisata, antara lain: pengembangan aspek kognitif, bahasa, kreativitas, emosi, dan kehidupan bermasyarakat, serta penghargaan pada karya dan jasa orang-orang tertentu. Tujuan karyawisata juga perlu dikaitkan dengan tema-tema yang sudah ditetapkan pada program kegiatan belajar anak TK agar pembelajaran yang diterima anak menjadi sebuah pengetahuan yang utuh dan berkesinambungan (Moeslichatoen, 2004: 74).

Roestiyah (2001: 85) juga menjabarkan tujuan karyawisata sebagai berikut:

a. Siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dari objek yang dilihatnya. b. Siswa dapat belajar menyelesaikan masalah dengan bertanya jawab

tentang apa yang mereka lihat.

c. Siswa memperoleh pengetahuan umum dengan dapat melihat, mendengar, meneliti dan mencoba sesuatu hal dari apa yang mereka amati kemudian mengambil kesimpulan.

d. Siswa dapat mempelajari beberapa materi pembelajaran sekaligus dalam satu waktu.

4. Langkah-Langkah Pelaksanaan Karyawisata

Dalam membahas rancangan kegiatan karyawisata diperlukan perencanaan yang matang agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik. Maka perlu adanya rancangan persiapan, pelaksanaan, dan penilaian kegiatan karyawisata seperti yang dijelaskan oleh Moeslichatoen (2004: 79)sebagai berikut:


(50)

35

a. Persiapan

1)Menetapkan sasaran yang diprioritaskan sesuai dengan tema kegiatan belajar yang dipilih.

2)Mengadakan hubungan dan pengenalan area sasaran karyawisata. 3)Merumuskan program kegiatan melalui karyawisata.

4)Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

5)Menetapkan tata tertib selama kegiatan karyawisata. 6)Permintaan ijin dan partisipasi orang tua siswa. 7)Persiapan guru di kelas.

b. Pelaksanaan

1)Pengecekan ulang alat dan bahan/peralatan yang akan dibawa saat karyawisata.

2)Kendaraan yang akan digunakan.

3)Membagi anak-anak dalam kelompok-kelompok kecil, masing-masing dibimbing guru atau orang tua yang ikut berpartisipasi.

4)Kelengkapan tanda pengenal bagi peserta karyawisata. 5)Mengemukakan tata tertib yang harus ditaati oleh peserta.

6)Berdoa sebelum berangkat sesuai dengan keyakinan masing-masing agar kegiatan berjalan dengan lancar dan tertib.

7)Setelah sampai di tempat sasaran, anak-anak diarahkan ke kelompok dan pembimbing masing-masing, kemudian diajak ke area yang akan diamati sesuai tujuan yang telah ditetapkan.


(51)

36

8)Saat anak aktif mengamati lingkungan sekitarnya, guru atau pemandu membimbing atau menunjukkan hal-hal yang penting atau informasi tentang apa yang ada di hadapan mereka. Hal ini bertujuan untuk menambah wawasan dan pengalaman anak agar lebih bervariasi.

c. Penilaian

Setelah karyawisata selesai dilaksanakan, perlu adanya penilaian atau evaluasi sebagai tolak ukur apakah kegiatan karyawisata berhasil sesuai harapan atau tidak. Penilaian merupakan tindak lanjut yakni penerapan hasil belajar anak melalui metode karyawisata ke dalam kegiatan di kelas dalam pengembangan keterampilan berbicara. Apabila dalam kegiatan di kelas anak menunjukkan kemajuan, maka kegiatan pembelajaran melalui metode karyawisata dikatakan berhasil.

5. Kelebihan dan Kekurangan Metode Karyawisata

Syaiful Bachri dan Aswan Zain (1997: 106) menjelaskan ada beberapa kelebihan dan kekurangan metode karyawisata, antara lain:

a. Kelebihan Metode Karyawisata

1) Memiliki prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam proses kegiatan pembelajaran.

2) Materi yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan di masyarakat.

3) Merangsang kreativitas anak.


(52)

37

b. Kelemahan Metode karyawisata

1)Fasilitas dan biaya yang diperlukan terkadang sulit untuk disediakan oleh siswa atau sekolah.

2)Memerlukan persiapan atau perencanaan yang matang.

3)Memerlukan koordinasi dengan guru atau bidang studi lain yang sesuai dengan bidangnya agar tidak terjadi tumpang tindih waktu selama kegiatan karyawisata.

4)Dalam karyawisata sering terjadi unsur rekreasi menjadi priotas utama, sedangkan unsur studinya menjadi terabaikan.

5)Sulit mengatur siswa yang banyak dan mengarahkan mereka kepada tujuan karyawisata.

Roestiyah (2001: 87) juga memaparkan beberapa keunggulan yang diperoleh dengan karyawisata, antara lain:

a. Siswa dapat berpartisipasi dalam berbagai kegiatan dengan mengalami dan menghayati secara langsung objek karyawisata.

b. Memperdalam dan memperluas pengalaman siswa.

c. Siswa dapat bertanya jawab, menemukan informasi langsung dari sumbernya sehingga mereka dapat memecahkan persoalan yang dihadapi atau menemukan bukti kebenaran sebuah teori, atau mencobakan teorinya ke dalam praktek.

d. Siswa dapat memperoleh bermacam-macam pengetahuan dan pengalaman yang terintegrasi, tidak terpisah-pisah dan terpadu.


(53)

38

Akan tetapi metode karyawisata memiliki keterbatasan yang perlu diperhatikan agar dapat terlaksana dengan baik, yaitu sebagai berikut:

a. karyawisata biasanya dilakukan di luar sekolah yang kemungkinan ada kalanya jarak tempuh jauh dari sekolah sehingga memerlukan transport yang membutuhkan biaya.

b. Waktu relatif lama dapat mengganggu kelancaran rencana kegiatan belajar mengajar lain.

c. Keamanan dan keadaan fisik harus benar-benar disesuaikan dengan kesehatan siswa untuk menempuh jarak yang jauh.

D. Penerapan Metode Karyawisata untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Anak TK

Taman kanak-kanak sebagai jenjang pertama yang menstimulasi berbagai aspek perkembangan anak seperti aspek kognisi, fisik/motorik, penanaman nilai moral dan agama, sosial emosional, dan bahasa mempunyai peranan penting untuk membentuk pengetahuan dan kepribadian anak untuk mempersiapkan mereka mengenal lingkungan yang kelak akan mereka hadapi.

Rita Eka Izzaty, dkk (2008: 1) mengungkapkan bahwa perkembangan merupakan gerakan atau perubahan secara dinamis sepanjang siklus kehidupan manusia yang terjadi akibat kematangan dan pengalaman. Anak usia dini belajar lebih cepat apabila melibatkan seluruh panca indera mereka. Panca indera anak akan bekerja optimal. Perbedaan pengetahuan tentang dunia nyata yang diperolehnya secara langsung semakin mengembangkan kognisi dan selanjutnya


(54)

39

akan mempengaruhi perkembangan bahasa anak. Semakin banyak informasi yang diperoleh anak, ia akan lebih banyak berkomunikasi dengan orang disekitarnya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Tarigan (2007: 165) yang berpendapat bahwa berbicara distimulasi oleh pengalaman. Berbicara merupakan ekspresi diri, dimana si pembicara akan lancar mengucapkan berbagai kalimat atau berpendapat jika orang tersebut kaya akan pengetahuan dan pengalaman. Anak-anak yang memiliki pengalaman yang banyak dan bervariasi akan mudah menampilkan dirinya melalui berbicara dengan menguraikan pengetahuan dan pengalamannya itu. Semakin banyak pengalaman yang dimiliki, anak akan semakin terdorong untuk berbicara.

Welton dan Mallon juga memaparkan karyawisata berarti membawa anak-anak TK ke objek-objek tertentu sebagai pengayaan, pengajaran, pemberian pengalaman belajar yang tidak mungkin diperoleh anak di dalam kelas (Moeslichatoen, 2004: 25). Metode karyawisata dapat digunakan guru untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak seperti perkembangan bahasa karena dilakukan di luar kelas, di alam terbuka dan digunakan untuk mengenal lingkungan sekitarnya, yang dapat pula menjadi sumber belajar anak (Nurbiana Dhieni, 2005: 8.14).

Pengalaman langsung dengan objek yang nyata akan membentuk pengetahuan anak berkembang pesat, anak mendapat kesempatan yang luas untuk melakukan kegiatan yang menarik perhatiannya, rasa ingin tahunya dan mengadakan pengamatan serta kajian terhadap fakta yang dihadapinya secara langsung. Karyawisata juga dapat memberi kesempatan kepada anak-anak Taman


(55)

40

Kanak-kanak untuk menggunakan seluruh panca inderanya sekaligus anak dapat melakukan generalisasi berdasarkan sudut pandang mereka.

Rasa ingin tahu anak yang besar akan mendorong mereka untuk bertanya ataupun mengungkapkan pendapatnya tentang apa yang mereka lihat. Hal tersebut akan menstimulasi perkembangan bahasa anak khususnya dalam berbicara.

E. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah: Penelitian yang dilakukan oleh Ari Prasasti (2012) dengan judul “Peningkatan Keterampilan Berbicara melalui metode Show and Tell pada Anak TK Kelompok B di TK ABA Kasihan”. Penelitian ini merupakan pnelitian tindakan kelas (classroom action research. Subjek penelitian ini adalah siswa kelompok B TK ABA Kasihan yang berjumlah 24 anak, yang terdiri dari 10 siswa perempuan dan 14 siswa laki-laki. Objek dalam penelitian ini adalah peningkatan keterampilan berbicara melalui metode Show and Tell. Data diperoleh melalui observasi dan dokumentasi. Analisis data menggunakan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan keterampilan berbicara dalam setiap siklus. Sebelum adanya tindakan, keterampilan berbicara anak berada pada kriteria tidak baik, yaitu 29,1%. Pada Siklus I keterampilan berbicara anak meningkat pada kriteria cukup, yaitu 66,7%. Pada Siklus II keterampilan berbicara anak mengalami peningkatan signifikan yang mencapai kriteria baik, yaitu 87,5%.


(56)

41

F. Kerangka Pikir

Anak usia dini berada pada rentang usia 0-6 tahun.Para ahli menyebutnya golden age, dimana pada masa ini anak mulai peka untuk menerima rangsangan. Oleh karena itu, Pendidikan Anak Usia Dini ditujukan kepada anak dari lahir sampai usia enam tahun agar perkembangan dan pertumbuhan anak dapat berkembang secara optimal sesuai tingkat usianya. Aspek perkembangan anak usia dini yang menjadi acuan di Taman Kanak-kanak meliputi aspek perkembangan kognitif, nilai moral dan agama, fisik motorik, sosial-emosional, dan bahasa.

Salah satu aspek kemampuan dasar yang harus dikembangkan pada anak usia dini adalah kemampuan berbahasa yang mencakup empat hal yaitu menyimak, membaca, menulis, dan bicara. Perkembangan bicara sangat perlu mendapatkan stimulasi yang optimal, sehingga kelak anak akan mudah berinteraksi dengan orang lain dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya.

Anak-anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar dan gagasan yang sangat banyak, akan tetapi anak belum mampu mengungkapkannya karena kemampuan bicaranya masih terbatas dan jumlah kosa kata yang dimiliki anak masih sedikit. Keterampilan berbicara tidak dikuasai anak secara tiba-tiba, akan tetapi perlu stimualsi dan latihan secara terus-menerus sehingga keterampilan bicara anak akan berkembang melalui interaksi yang berkelanjutan dan pengalaman langsung bagi anak untuk belajar berbicara.

Pemilihan metode dalam kegiatan sangat mempengaruhi seluruh aspek perkembangan anak. Metode yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran membantu guru dalam menstimulasi perkembangan anak melalui pengalaman


(57)

42

belajar ke arah benda yang konkret agar memaksimalkan proses penyerapan informasi di otak anak.

Metode karyawisata merupakan metode yang melibatkan anak secara aktif bereksplorasi dengan lingkungannya agar anak memperoleh pengalaman langsung untuk menarik minat anak dan merangsang rasa ingin tahunya sehingga anak akan bertanya untuk memperoleh jawaban atas rasa ingin tahunya. Kemudian guru menjawab dan melanjutkan menstimulasi anak dengan bertanya pada anak tentang apa yang dilihat dan dialaminyasehingga menimbulkan motivasi belajar dalammenambah perbendaharaan kosa katanya untuk mengembangkan keterampilan berbicara pada anak usia taman kanak-kanak.

Gambar 2. Kerangka Pikir

G. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pikir yang telah diuraikan diatas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut “Keterampilan berbicara anak di TK Kemala Bhayangkari 07 Bantuldapat ditingkatkan melalui metode karyawisata”

Tindakan Hasil

Keterampilan Bicara Anak kelompok A belum berkembang optimal Peningkatan keterampilan Bicara Anak melalui metode Karyawisata Keterampilan Bicara Anak mengalami peningkatan melalui metode karyawisata Keterampilan Bicara Anak


(58)

43

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 96) penelitian tindakan kelas (classroom action research) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru ke kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan yang ada pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praksis pembelajaran. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru itu sendiri, yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan sekolah, pengembangan keahlian mengajar dan sebagainya (Suroso, 2009: 29).

Peneliti menggunakan Penelitian Tindakan Kelas karena jenis penelitian ini mampu menawarkan cara untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme pendidik dalam proses belajar mengajar di kelas. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini menggunakan model kolaborasi yang mengutamakan kerjasama antara guru dan peneliti untuk memperbaiki praktik-praktik pembelajaran sehingga menjadi lebih efektif. Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk mencoba dan mengamati seluruh pelaksanaan kegiatan dengan metode pembelajaran baru, kemudian dicermati hasilnya untuk mengetahui perkembangan bahasa anak melalui kegiatan bercakap-cakap di kelas sebagai upaya untuk menstimulasi keterampilan berbicara dan mengetahui hambatan dalam proses pembelajaran serta untuk mengetahui hasil sebelum dan sesudah menggunakan metode karyawisata dalam meningkatkan keterampilan berbicara pada anak kelas A di TK Kemala Bhayangkari 07 Bantul.


(59)

44

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dapat diartikan sebagai komunitas yang dijadikan subjek atau sasaran penelitian. Subjek penelitian ini adalah anak kelompok A dengan rentang usia 4-5 tahun yang berjumlah 20 anak, yaitu 9 anak perempuan dan 11 anak laki-laki yang diampu oleh 2 guru.

C. Objek Penelitian

Objek penelitian dapat diartikan sebagai variabel yang diteliti. Objek penelitian ini adalah keterampilan berbicara dan metode karyawisata.

D. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Taman Kanak-kanak Kemala Bhayangkari 07 Bantul, yang beralamatkan di Jalan Jendral Soedirman No. 202 Badegan Bantul. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2014/2015 tepatnya pada bulan Maret-April 2015.

E. Langkah-langkah Penelitian

Ada berbagai macam model penetian, salah satunya adalah model penelitian Kemmis dan Mc Taggart. Model penelitian Kemmis dan Mc Taggart merupakan pengembangan model Kurt Lewin. Dalam perencanaan Kemmis dan Mc Taggart menggunakan siklus system spiral, yang masing-masing siklus terdiri dari empat komponen, yaitu meliputi kegiatan menyusun rancangan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflection). Adapun alur pelaksanaan tindakan dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dapat dijelaskan pada gambar dibawah ini:


(60)

45

Keterangan : 1. Perencanaan I

2. Tindakan dan Observasi I 3. Refleksi I

4. Perencanaan II

5. Tindakan dan Observasi II 6. Refleksi II

Gambar 3. Model Penelitian Kemmis dan Mc Taggart

Dari gambar di atas dapat dijelaskan dalam penelitian meningkatkan keterampilan anak dalam berbicara dan setiap siklus terdiri dari empat kegiatan, yaitu:

1. Perencanaan (Plan)

Perencanaan adalah persiapan segala sesuatu yang dibutuhkan sebelum melakukan kegiatan penelitian. Sebagai langkah persiapan awal, peneliti mengadakan observasi tentang keadaan sekolah dan peserta didik yang akan digunakan sebagai acuan dasar penyusunan perencanaan. Adapun perencanaan yang diperlukan sebagai berikut :

a. Menyusun Rencana Kegiatan Harian sebagai acuan dalam kegiatan belajar, dalam penelitian ini serangkaian kegiatan inti diadakan di luar kelas sebagai bentuk kegiatan pembelajaran dengan metode karyawisata. b. Mempersiapakan area, alat dan bahan yang digunakan dalam

pembelajaran.


(61)

46

2. Tindakan (Act) dan Observasi (Observe)

Pelaksanaan kegiatan dalam penelitian ini dilakukan sesuai dengan prosedur perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Sebelum melakukan proses kegiatan pembelajaran, guru dan peneliti menyiapkan Rencana Kegiatan Harian terlebih dahulu. Observasi dilakukan selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung sebagai upaya untuk mengetahui kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru dan anak dengan metode karyawisata sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan anak dalam berbicara. 3. Refleksi (Reflect)

Pada tahap ini peneliti mengumpulkan dan menganalis data yang diperoleh selama observasi. Kegiatan refleksi ini bertujuan untuk mengetahui kelebihan ataupun kekurangan metode baru yang digunakan selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung, lalu kemudian dievaluasi. Dari hasil evaluasi tersebut akan dicari solusi untuk mengatasi permasalahan yang muncul pada Siklus I dan jika belum ada peningkatan sesuai yang diharapkan maka dapat disusun rencana pada Siklus II hingga tercapai kriteria yang diharapkan atau sudah mencapai indikator keberhasilan.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data (Suharsimi Arikunto, 2005: 100). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode observasi dan dokumentasi dalam pengumpulan data. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan observasi.


(62)

47

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Margono, 2010: 158). Pardjono, dkk (2007: 43) mengemukakan bahwa teknik observasi merupakan teknik monitoring dengan melakukan observasi atau pengamatan terhadap sasaran pengukuran, dengan menggunakan lembar pengamatan yang telah dipersiapkan dengan membubuhkan tanda check “√” atau kata “ya” jika hal yang diamati muncul.

Observasi digunakan untuk mengetahui proses kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode karyawisata dari awal sampai akhir. Observasi dilakukan pada saat berlangsungnya proses kegiatan pembelajaran sebelum dan sesudah menggunakan metode karyawisata. Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan lembar observasi dan catatan-catatan kecil yang digunakan untuk mencatat semua gejala yang muncul. Observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung, dan semua aktivitas kegiatan pembelajaran dicatat untuk mempermudah menganalisis data.

G. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti sebagai salah satu bagian penting dalam kegiatan penelitian untuk mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya (Suharsimi Arikunto, 2005: 101). Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian tindakan kelas pada kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara ini adalah lembar observasi dan dokumentasi.


(63)

48

Instrumen untuk penelitian ini terdiri dari indikator-indikator yang berkaitan dengan keterampilan berbicara anak usia dini, yaitu kemampuan anak mengucapkan kata dengan tepat, penempatan tekanan, nada, sendi dan durasi yang sesuai dan pilihan kata yang digunakan anak untuk membentuk kalimat yang benar. Instrumen penilaian tersebut dibuat sendiri oleh peneliti.

Tabel 1. Kisi-kisi Observasi Keterampilan Berbicara Anak: Variabel Indikator yang Diamati

Keterampilan Berbicara

Ketepatan ucapan

Penempatan tekanan, nada, sendi dan durasi yang sesuai

Pilihan kata

Tabel 2. Deskripsi Indikator Keterampilan Berbicara Anak

Indikator Deskripsi

Ketepatan ucapan Jika anak sudah dapat mengucapkan kata yang tepat dan jelas dalam berbicara Penempatan tekanan, nada, sendi

dan durasi yang sesuai

Jika anak sudah dapat berbicara dengan orang lain dengan nada dan durasi yang sesuai (tidak tersendat-sendat)

Pilihan kata Jika anak sudah dapat berbicara dengan pilihan kata membentuk sebuah kalimat


(64)

49

Tabel 3. Rubrik Penilaian Keterampilan Bicara Anak Indikator Skor Deskripsi

Ketepatan ucapan

4 Jika anak sudah dapat berbicara dengan lafal yang tepat atau jelas dan membentuk struktur kalimat yang lengkap 3 Jika anak sudah dapat berbicara dengan lafal yang tepat

atau jelas

2 Jika anak sudah mulai dapat berbicara namun belum dengan lafal yang tepat atau jelas

1 Jika anak tidak dapat berbicara dengan lafal yang tepat atau jelas

Penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai

4 Jika anak sangat lancar dan keras dalam berbicara dan mudah dipahami orang lain

3 Jika anak sudah lancar dalam berbicara tanpa tersendat-sendat

2 Jika anak mulai dapat berbicara meskipun masih tersendat-sendat

1 Jika anak belum mau berbicara

Pilihan kata 4 Jika anak mampu menggunakan 5-6 kata membentuk struktur kalimat yang benar

3 Jika anak mampu menggunakan 3-4 kata membentuk struktur kalimat yang benar

2 Jika anak mampu menggunakan 2 kata membentuk struktur kalimat yang benar

1 Jika anak mampu mengucapkan 1 kata Kriteria keberhasilan akan ditentukan dengan skor, yaitu:

Skor 4: Kemampuan baik Skor 3: Kemampuan cukup Skor 2: Kemampuan kurang Skor 1: Kemampuan belum baik


(65)

50

H. Analisis Data

Analisis data merupakan cara yang dilakukan untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran (Zainal Aqib, 2009: 203). Teknik analisis data ini dilakukan sepanjang penelitian secara terus menerus dari awal hingga akhir penelitian. Setelah terkumpul kemudian dianalisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif adalah teknik yang digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan data-data kualitatif yang diperoleh melalui studi deskriptif (Mahmud, 2011: 100). Analisis data menggunakan deskriptif kualitatif merupakan analisis data yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat. Analisis data deskriptif kualitatif berfungsi untuk memaparkan atau mengambarkan hasil penelitian sesuai dengan tujuan penelitian berdasarkan data konkret dan nyata.

Teknik kualitatif ini digunakan untuk menentukan pelaksanaan kegiatan pembelajaran, menetukan hambatan-hambatan yang muncul, dan upaya mengatasi hambatan-hambatan dalam kegiatan pengembangan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode karyawisata.

Data dalam penelitian ini diperoleh melalui dokumentasi dan observasi langsung pada proses pembelajaran menggunakan metode karyawisata. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif kuantitatif. Suharsimi Arikunto (2006: 239) mengemukakan bahwa analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisis data berupa angka.

Berikut ini rumus yang digunakan dalam analisis data dengan teknik deskriptif kuantitatif (Ngalim Purwanto, 2006: 102) yaitu:

% 100 X SM

R


(66)

51

Keterangan:

NP = Nilai persen yang dicari/diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh siswa

SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan

Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini, yaitu:

1. Hasil observasi diberi skor (4, 3, 2, dan 1) pada setiap masing-masing indikator keterampilan berbicara.

2. Masing-masing indikator dihitung rata-rata kemampuan anak menggunakan rumus di atas pada setiap siklus tindakan yang direncanakan empat pertemuan. 3. Persentase keberhasilan dihitung dengan cara skor pada setiap indikator

dijumlah lalu dibagi dengan skor maksimal.

4. Hasil persentase setiap indikator tersebut akan menghasilkan rata-rata ketercapaian anak pada setiap pertemuannya

5. Analisis data diambil berdasarkan hasil persentase rata-rata keterampilan berbicara pada setiap pertemuan kemudian dihitung peningkatan skornya. 6. Hasil peningkatan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

Keberhasilan dalam penelitian ini apabila adanya perubahan ke arah yang lebih baik. Anas Sudijono (2010: 43) menyatakan bahwa data diinterpretasikan ke dalam 4 tingkatan, yaitu:

1. Kriteria baik, yaitu apabila nilai yang diperoleh anak antara 80% - 100%. 2. Kriteria cukup, yaitu apabila nilai yang diperoleh anak antara 60% - 79%. 3. Kriteria kurang, yaitu apabila nilai yang diperoleh anak antara 30%-59%. 4. Kriteria tidak baik, yaitu apabila nilai yang diperoleh anak antara 0% -29%.


(1)

159

 Pertemuan IV

Anak berbaris sebelum memasuki area Kebun Binatang Gembira Loka

Anak-anak bersemangat untuk segera mengamati berbagai macam hewan

Anak-anak foto bersama sebelum dipersilahkan untuk melihat

hewan-hewan bersama orang tuanya Anak-anak berkumpul untuk

mendengarkan peraturan tata tertib saat pelaksanaan karyawisata


(2)

160

FOTO KEGIATAN ANAK SAAT BERBICARA

Guru menstimulasi anak agar mau mengucapkan kata dengan tepat dan

menceritakan pengalamannya

Anak-anak bersemangat untuk menjawab pertanyaan ibu guru tentang apa yang

dialaminya

Guru mengajak anak-anak untuk menceritakan pengalamannya saat berkaryawisata mengunjungi suatu tempat

Anak bersemangat menceritakan apa saja yang ia lihat dengan suara yang jelas dan


(3)

161

Seorang anak maju di depan kelas untuk menceritakan pengalamannya pada saat

karyawisata

Seorang anak mengajak temannya untuk menceritakan pengalamannya dan menyebutkan apa saja yang ia lihat saat berkaryawisata

Anak-anak saling melengkapi menyebutkan benda-benda apa saja yang


(4)

162

LAMPIRAN 7

Surat Ijin Penelitian


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSI ANAK MELALUI RELAKSASI PADA ANAK KELOMPOK B DI TK KEMALA Upaya meningkatkan kecerdasan emosi anak melalui relaksasi pada anak kelompok B di TK kemala bhayangkari 71 Karanganyar tahun ajaran 2014-2015.

0 2 15

UPAYA MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSI ANAK MELALUI RELAKSASI PADA ANAK KELOMPOK B DI TK KEMALA Upaya meningkatkan kecerdasan emosi anak melalui relaksasi pada anak kelompok B di TK kemala bhayangkari 71 Karanganyar tahun ajaran 2014-2015.

0 3 12

PENINGKATAN KECERDASAN MUSIKAL MELALUI GERAK DAN LAGU PADA ANAK KELOMPOK B DI TK KEMALA Peningkatan Kecerdasan Musikal Melalui Gerak Dan Lagu Pada Anak Kelompok B Di TK Kemala Bhayangkari 70 Kecamatan Masaran Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 1 17

UPAYA MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK MELALUI METODE KARYAWISATA PADA ANAK KELOMPOK A Upaya Meningkatkan Kemandirian Anak Melalui Metode Karyawisata Pada Anak Kelompok A Di TK Desa Krajan 01, Weru, Sukoharjo Tahun Ajaran 2012/2013.

0 1 15

UPAYA MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK MELALUI METODE KARYAWISATA PADA ANAK KELOMPOK A DI Upaya Meningkatkan Kemandirian Anak Melalui Metode Karyawisata Pada Anak Kelompok A Di TK Desa Krajan 01, Weru, Sukoharjo Tahun Ajaran 2012/2013.

0 1 12

PENINGKATAN KOSA KATA ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR PADA ANAK KELOMPOK B DI TK KEMALA Peningkatan Kosa Kata Anak Melalui Media Gambar Pada Anak Kelompok B Di TK Kemala Bhayangkari 59 Klaten Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 1 16

PENDAHULUAN Peningkatan Kosa Kata Anak Melalui Media Gambar Pada Anak Kelompok B Di TK Kemala Bhayangkari 59 Klaten Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 2 7

PENGGUNAAN METODE BERCERITA MELALUI MEDIA BAGAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERCERITA PADA ANAK KELOMPOK A TK KEMALA BHAYANGKARI 83 PURWOREJO TAHUN AJARAN 2015/2016.

0 0 18

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE DRILL PENYUSUNAN KUBUS GAMBAR PADA ANAK KELOMPOK B TK KEMALA BHAYANGKARI 55 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014.

0 0 19

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE DRILL PENYUSUNAN KUBUS GAMBAR PADA ANAK KELOMPOK B TK KEMALA BHAYANGKARI 55 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013 2014 | Permatasari | KUMARA CENDEKIA 6173 13166 1 PB

0 1 10