Pembahasan Hasil Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
75
Pada saat anak sudah mulai mau berbicara, mengucapkan beberapa kata dan mau menceritakan sesuatu, maka guru memberikan penguatan berupa kata-
kata positif, seperti “Bagus, pintar sekali, jempol, wah bintang empat untuk si A”, dan lain sebagainya. Cara tersebut sangat efektif untuk meningkatkan semangat
anak-anak dalam mengungkapkan pendapat tentang pengalamannya. Cara lain juga dilakukan dengan memberi penguatan menggunakan simbol, misal dengan
stiker bentuk bintang, hasil karya yang boleh dibawa pulang dan lain-lain. Hal tersebut menambah semangat anak untuk belajar berbicara. Uraian tentang
pentingnya penguatan dalam proses belajar anak seperti yang dijelaskan di atas sesuai dengan pendapat Nurbiana Dhieni 2005: 3.8 yang menyebutkan bahwa
dalam kegiatan pembelajaran akan lebih baik apabila guru memberikan reinforcement penguat, reward pujian, hadiah, stimulasi dan model atau
contoh yang baik dari orang dewasa agar perkembangan bicaranya dapat optimal. Pada pelaksanaan Siklus II melibatkan keikutsertaan walimurid sebagai
pendamping siswa, karena lokasi yang luas dan waktu yang relatif lama. Walimurid sekaligus menjadi narasumber bagi anak tentang apa yang mereka
lihat. Anak-anak merasa lebih nyaman dan bebas untuk memperoleh informasi dan mendapat kesempatan yang sama untuk melihat berbagai macam benda yang
mereka suka, selanjutnya pada penghujung acara pelaksanaan karyawisata anak- anak dikumpulkan kembali di depan pintu keluar untuk mempersiapkan diri
sebelum pulang. Acara penutupan diisi dengan pembagian snack untuk anak-anak. Proses pembagian snack tidak langsung semua dibagi, akan tetapi diadakan
sebuah game sambil menunggu anak-anak lain yang belum datang. Game yang diadakan berupa mnyebutkan berbagai benda dengan ciri-ciri tertentu, pesan
76
berantai dan sebagainya, kemudian anak yang berani menjawab akan mendapat snack lebih dulu dan yang telah mejawab akan dipindah ke kelompok lain agar
memberi kesempatan anak-anak lain untuk menjawab. Hal tersebut menjadi salah satu cara dalam penilaian keterampilan berbicara anak kelompok A menggunakan
metode karyawisata. Anak-anak sangat bersemangat untuk berebut menjawab pertanyaan. Anak-anak yang telah berhasil menjawab bersemangat untuk saling
menceritakan apa saja yang mereka lihat. Proses di atas menunjukkan bahwa keterampilan berbicara anak akan
semakin meningkat manakala anak mendapat dorongan dan keinginan berkomunikasi seperti yang dipaparkan Hurlock 1978: 178 bahwa anak akan
termotivasi untuk belajar berbicara saat mendapat dorongan dari orang-orang sekitarnya, diajak untuk berbicara dan ditanggapi setiap ucapannya. Keinginan
anak untuk mengkomunikasikan pengalaman yang dialaminya bersama teman- temannya akan memotivasi anak untuk memperbanyak kosa kata yang
diperolehnya. Orang dewasa berperan penting untuk memotivasi anak untuk belajar berbicara, yaitu salah satunya dengan memberikan pengalaman-
pengalaman nyata yang ada di lingkungan sekitarnya untuk merangsang minat anak, meningkatkan perbendaharaan kata, memperluas wawasan dan menjalin
komunikasi dengan orang disekitarnya guna meningkatkan kemampuan hidup bermasyarakat.
Perkembangan bahasa merupakan pondasi awal bagi perkembangan anak. Jika tidak segera dikembangkan atau diberi stimulasi maka akan berdampak pada
perkembangan aspek-aspek yang lainnya Harun Rasyid, 2009: 130. Pembelajaran menggunakan metode karyawisata sejalan dengan pemikiran Piaget
77
Asri Budiningsih, 2003: 35 yang menjelaskan bahwa seseorang memperoleh kecakapan intelektual pada umumnya akan berhubungan dengan proses mencari
keseimbangan antara dengan apa yang mereka rasakan dengan apa yang mereka lihat menjadi suatu fenomena baru sebagai pengalaman atau persoalan. Informasi
atau pengalaman baru yang diterima anak akan dimodifikasi sehingga cocok dengan struktur kognitif yang telah dimilikinya. Piaget mengungkapkan bahwa
anak-anak tumbuh dan berkembang dengan kemampuan kognitifnya yang merupakan hasil gabungan dari kedewasaan otak dan sistem saraf serta adaptasi
dengan lingkungan. Senada dengan Piaget, Vygotsky percaya bahwa banyak pembelajaran yang terjadi ketika anak-anak bermain. Buah pemikirannya
menunjukkan bahwa perkembangan kognitif dan sosial saling berhubungan dan saling melengkapi. Peran orang dewasa sangat penting dalam mengarahkan
perkembangan anak untuk memperluas dan meningkatkan pemahaman mereka tentang lingkungan sekitarnya Rita Eka Izzaty, 2008: 34-37. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa keberhasilan belajar dalam penelitian ini disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif dan bahasa anak oleh Suyadi 2010: 191,
yaitu: 1 Anak hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan objek fisik, 2 Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan agar
anak mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, 3 Bahasa dan cara pikir yang digunakan guru disesuaikan dengan usia anak, 4 Guru membantu anak agar
dapat berinteraksi dengan lingkungan, 5 Bahan yang dipelajari anak hendaknya dirasakan sesuatu yang baru, tetapi tidak asing, 6 Anak-anak diberi kesempatan
untuk saling berbicara dengan teman-temannya.
78
Pada saat observasi, ada dua anak yang perkembangan bicaranya terlihat lebih menonjol dari teman-temannya, yaitu Az dan Fthn. Mereka sama-sama
berada dalam posisi sebagai anak terakhir dalam keluarganya dengan beberapa kakak di atasnya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Hurlock 1978: 178 yang
menyatakan bahwa anak yang berada pada urutan kelahiran terakhir biasanya berbicara lebih awal karena akan akan lebih banyak orang yang akan mengajak
mereka berbicara sehingga aspek perkembangan bahasanya dapat berkembang secara optimal.
Pada akhir Siklus II terdapat dua anak yang belum mencapai indikator keberhasilan yaitu Ll dan Yl. Informasi dari guru mengemukakan bahwa Ll baru
masuk sekolah pada saat semester II. Ll merupakan adik dari Tta yang juga merupakan murid kelompok A. Ll belum terbiasa dengan orang lain. Ll selalu
ingin seperti kakaknya. Usia mereka hanya terpaut jarak 11 bulan sehingga mereka terlihat seperti anak kembar namun dengan perkemrbangan yang jauh
berbeda. Di sisi lain, Yl sedang menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah bersama teman-teman barunya. Yl masuk sekolah pada tahun ajaran awal saat
usianya 4 tahun, namun dia jarang sekali mau masuk sekolah karena merasa tidak mempunyai teman. Hampir beberapa bulan Yl tidak mau sekolah. Pada awal
semester II, Yl mulai lebih sering masuk sekolah karena ada Ll yang juga masih ditunggu oleh ibunya. Oleh karena itu, Ll dan Yl akan terus mendapat bimbingan
dari guru kelas agar aspek perkembangannya terutama dalam berbicara dapat berkembang sesuai dengan tahap perkembangan usianya.
79