IX. PERUMUSAN STRATEGI PENGELOLAAN WANA WISATA CIKOLE
9.1. Identifikasi Faktor Internal Wana Wisata Cikole
Faktor-faktor kekuatan strenghts internal Wana Wisata Cikole diantaranya, hubungan komunikasi yang baik antara pengelola dan petugas,
investasi yang berkelanjutan, letak objek wisata cukup strategis, harga produk wisata ekonomis, adanya publikasi objek wisata, keindahan alam objek wisata,
lingkungan bersih dan nyaman, produk wisata beragam. Berikut penjelasan faktor
kekuatan internal Wana Wisata Cikole:
1. Hubungan komunikasi yang baik antar pengelola
Wana Wisata Cikole dikelola oleh Site Manager sebagai pengambil keputusan dan petugas yang bekerja di masing-masing sektor wisata di lokasi.
Komunikasi antar pengelola diperlukan sebagai koordinasi dalam pengelolaan Wana Wisata Cikole. Hubungan komunikasi antara pengelola dan petugas di
Wana Wisata Cikole sudah baik dan merupakan kekuatan bagi wisata ini untuk pengembangan lebih lanjut.
2. Investasi yang berkelanjutan
Investasi merupakan modal dalam pengembangan sarana dan prasarana Wana Wisata Cikole. Adanya investasi merupakan kekuatan bagi Wana Wisata
Cikole untuk menjadi wisata yang berkelanjutan. Investasi yang sudah ada berupa fasilitas penginapan, akses jalan di dalam lokasi, kondisi hutan yang lestari, serta
dana anggaran pemeliharaan dan pengembangan wisata. 3.
Letak objek wisata cukup strategis Wana Wisata Cikole terletak di kawasan wisata Kecamatan Lembang yang
sangat strategis. Gerbang utama Wana Wisata Cikole berada tepat di jalur utama Kecamatan Lembang. Letaknya yang strategis menjadi kekuatan bagi Wana
Wisata Cikole sehingga lebih mudah dikenali oleh wisatawan. 4.
Harga produk wisata ekonomis Harga produk wisata di Wana Wisata Cikole beragam. Beberapa produk
wisata seperti permainan outbond ditawarkan dengan harga yang berbeda untuk kalangan dewasa dan anak-anak. Pengelola wisata juga menyediakan paket-paket
wisata yang beragam sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan. Paket wisata tersebut memberikan keuntungan bagi wisatawan sehingga harga
yang dibayarkan lebih murah. Harga produk wisata yang ekonomis menjadi kekuatan internal pengembangan Wana Wisata Cikole.
5. Adanya publikasi objek wisata
Publikasi berperan dalam menarik wisatawan baru untuk berkunjung ke Wana Wisata Cikole. Pengelola wisata sudah melakukan beberapa publikasi
sebagai usaha meningkatkan kunjungan wisata. Publikasi yang telah dilakukan diantaranya yaitu dengan menyebarkan brosur dan mengikuti pameran pariwisata.
6. Keindahan alam objek wisata
Keadaan alam merupakan daya tarik Wana Wisata Cikole. Kondisi alam yang indah merupakan kekuatan internal Wana Wisata Cikole untuk
dikembangkan. Wana Wisata Cikole merupakan jenis wisata minat khusus dimana keindahan pemandangan hutan pinus menjadi tujuan utama wisatawan.
7. Lingkungan bersih dan nyaman
Wana Wisata Cikole memiliki lingkungan yang bersih. Kebersihan kawasan wisata menjadi perhatian pihak pengelola untuk menjaga kenyamanan
wisatawan. Pihak pengelola mengajak masyarakat lokal yang mendirikan unit usaha di Wana Wisata Cikole untuk melakukan kerja bakti setiap hari senin.
Kegiatan ini dilakukan sebagai ganti dari biaya sewa yang seharusnya dibayarkan unit usaha kepada pihak pengelola wisata.
8. Produk wisata beragam
Produk wisata yang ditawarkan di Wana Wisata Cikole beragam. Keragaman produk wisata memberikan pilihan kepada wisatawan untuk
berekreasi. Keragaman produk wisata juga merupaka kekuatan internal Wana Wisata Cikole sehingga dapat memperluas pangsa pasar wisata.
Faktor kelemahan weaknesses Wana Wisata Cikole meliputi, kurangnya
sarana dan prasarana objek wisata, kualitas SDM belum baik, struktur organisasi
belum jelas. Berikut penjelasan faktor kelemahan internal Wana Wisata Cikole:
1. Kurangnya sarana dan prasarana objek wisata
Sarana dan prasarana di Wana Wisata Cikole masih kurang dibandingakan dengan wisata lain di sekitarnya yang telah berdiri lebih dahulu. Sarana dan
prasarana yang kurang menjadi suatu kelemahan internal bagi Wana Wisata Cikole. Perlu adanya pengembangan lebih lanjut untuk mengoptimalkan
penawaran wisata di Wana Wisata Cikole. 2.
Kualitas SDM belum baik Wana Wisata Cikole dikelola oleh Perum Perhutani dimana pengelola
yang bertugas di Wana Wisata Cikole memiliki latar belakang pendidikan kehutanan. Sebagai kawasan wisata, Wana Wisata Cikole perlu dikembangkan
dan dikelola oleh pihak yang memiliki latar belakang pendidikan atau memiliki kompetensi di bidang pariwisata. Kualitas SDM yang belum baik merupakan
kelemahan internal yang menjadi kendala pengembangan wisata ini. 3.
Struktur organisasi belum jelas Pengelola Wana Wisata Cikole memiliki struktur organisasi yang belum
jelas. Petugas di lokasi wisata belum memiliki pembagian tugas yang jelas dan terarah. Kelemahan tersebut menjadi kendala dalam koordinasi pengelolaan Wana
Wisata Cikole.
9.2. Analisis Matriks IFE
Tahap input merupakan tahap pengelompokan hasil identifikasi faktor- faktor lingkungan internal dan eksternal objek wisata ke dalam matriks IFE dan
EFE. Sampel pada analisis ini yaitu lima orang pihak pengelola Wana Wisata Cikole terdiri dari empat pihak pengelola dari Perum Perhutani serta satu pihak
mitra. Sampel pihak pengelola dari Perum Perhutani antara lain Kepala Biro Pengawasan Unit III, KSS Agroforestry Ekologi dan Jasa Lingkungan AEJ KPH
Bandung Utara, Staff AEJ KPH Bandung Utara, serta Site Manager. Pihak mitra yang menjadi sampel analisis ini yaitu Koordinator Lapang Bandung Tree Top
Adventure. Matriks IFE menjabarkan faktor-faktor strategis internal dalam kategori
kekuatan dan kelemahan objek wisata. Hasil analisis matriks IFE menggambarkan seberapa besar pengaruh faktor-faktor strategis internal terhadap objek wisata.
Analisis faktor-faktor strategis internal dilakukan melalui wawancara dengan lima orang pihak pengelola Wana Wisata Cikole. Wawancara tersebut menghasilkan
sepuluh kekuatan dan tiga kelemahan dari faktor-faktor strategis internal.
Hasil analisis matriks IFE menunjukan bahwa faktor internal terpenting agar pengelolaan pariwisata ini berhasil adalah hubungan komunikasi yang baik
antara pengelola dengan petugas sebagaimana dutunjukan oleh bobot terbesar yaitu 0.107. Faktor tersebut juga menjadi kekuatan utama faktor internal Wana
Wisata Cikole dengan skor bobot tertinggi sebesar 0.428. Faktor strategis internal yang menjadi kelemahan utama objek wisata ini adalah sarana dan prasarana yang
memiliki skor bobot yaitu sebesar 0.190. Total bobot faktor strategis internal diperoleh dengan nilai 3.024 di atas rata-rata titik tengah 2.500,
mengindikasikan bahwa Wana Wisata Cikole memiliki posisi internal yang kuat. Adapun data hasil analisis faktor strategis internal disajikan dalam Matriks IFE
pada Tabel 39.
Tabel 39. Matriks Internal factor Evaluation IFE Wana Wisata Cikole
Tahun 2013
Faktor-Faktor Strategis Internal Bobot Rating
Skor Bobot Kekuatan
1. Hubungan komunikasi yang baik antar pengelola
0.107 4
0.428 2. Investasi yang berkelanjutan
0.095 3
0.285 3. Letak objek wisata cukup strategis
0.081 4
0.324 4. Harga produk wisata ekonomis
0.082 3
0.246 5. Adanya publikasi objek wisata
0.082 3
0.246 6. Keindahan alam objek wisata
0.102 4
0.408 7. Lingkungan bersih dan nyaman
0.097 3
0.291 8. Produk wisata beragam resort, bumi
perkemahan, outbond 0.088
3 0.264
Kelemahan
1. Kurangnya sarana dan prasarana objek wisata 0.095
2 0.190
2. Kualitas SDM belum baik 0.093
2 0.186
3. Struktur organisasi belum jelas 0.078
2 0.156
Total 1.000
33 3.024
Sumber: Data Diolah 2013
9.3. Identifikasi Faktor Eksternal Wana Wisata Cikole
Faktor eksternal Wana Wisata Cikole terdiri dari kategori peluang dan ancaman. Peluang faktor ekszsternal Wana Wisata Cikole antara lain, adanya
dukungan Pemda Kabupaten Bandung Barat, Lembang berada pada jalur yang menghubungkan Bandung dengan Subang dan Purwakarta, Lembang menjadi
tujuan wisata membuka peluang peningkatan pendapatan masyarakat sekitar,
perkembangan teknologi komunikasi, mudahnya aksesibilitas menuju objek wisata. Berikut penjelasan faktor peluang eksternal Wana Wisata Cikole:
1. Adanya dukungan Pemda Kabupaten Bandung Barat
Dukungan Pemda Kabupaten Bandung menjadi peluang eksternal pengembangan Wana Wisata Cikole. Terdapat petugas dari Pemda Kabupaten
Bandung Barat yang bertugas di pengelolaan wisata ini. Keterlibatan Pemda memberikan keuntungan dalam investasi berkelanjutan serta membantu publikasi.
2. Objek wisata berada pada jalur yang menghubungkan Bandung dengan
Subang dan Purwakarta Wana Wisata Cikole terletak di wilayah yang strategis Kecamatan
Lembang. Kawasan wisata ini terletak diantara jalur yang menghubungkan Bandung dengan Subang dan Purwakarta sehingga arus lalu lintasnya cukup
ramai. Kondisi tersebut menjadi peluang eksternal bagi Wana Wisata Cikole untuk lebih dikenal banyak orang dan menjadi pilihan wisatawan untuk
berekreasi. 3.
Objek wisata berada di kawasan wisata Lembang membuka peluang peningkatan pendapatan masyarakat sekitar
Kecamatan Lembang merupakan kawasan yang berkembang di bidang pariwisata. Hal tersebut menjadi peluang pengembangan pariwisata di Wana
Wisata Cikole. Aktivitas wisata di objek wisata ini melibatkan masyarakat lokal sebagai tenaga kerja dan mendirikan unit usaha. Keterlibatan masyarakat di sektor
wisata berpeluang dalam meningkatkan pendapatan dan kondisi perekonomian daerah.
4. Perkembangan teknologi komunikasi
Perkembangan teknologi komunikasi merupakan peluang eksternal pengembanagan Wana Wisata Cikole. Teknologi komunikasi berperan
memberikan kemudahan koordinasi pengelola dan petugas. Teknologi komunikasi juga berperan dalam usaha publikasi dan merupakan peluang bagi Wana Wisata
Cikole untuk memperluas pangsa pasar wisatawan. 5.
Mudahnya aksesibilitas menuju objek wisata Aksesibilitas menuju Wana Wisata Cikole dapat dituju baik dari Kota
Bandung maupun Kota Subang dan Purwakarta. Kondisi jalan menuju wisata ini
Ancaman faktor eksternal Wana Wisata Cikole antara lain: keberadaan obejek wisata lain di sekitar Lembang, kondisi lalu lintas menuju objek wisata
senantiasa macet. Berikut penjelasan faktor ancaman eksternal Wana Wisata Cikole:
1. Keberadaan objek wisata lain di sekitar Lembang
Kecamatan Lembang memiliki sektor pariwisata yang cukup berkembang. Perkembangan ini ditinjau dari banyaknya objek wisata yang dibangun di
kawasan ini. Keberadaan objek wisata lain menjadi ancaman bagi Wana Wisata Cikole. Banyaknya objek wisata menimbulkan persaingan baik dalam persaingan
harga, promosi, serta produk wisata yang ditawarkan. 2.
Kondisi lalu lintas menuju objek wisata senantiasa macet Lalu lintas di Kecamatan Lembang dipadati oleh kendaraan wisatawan
dari luar kota yang berekreasi di kawasan Lembang. Kepadatan kendaraan sering menimbulkan kemacetan khususnya pada akhir pekan dan hari libur. Kemacetan
lalu lintas menjadi ancaman bagi Wana Wisata Cikole, karena dapat mempengaruhi wisatawan untuk beralih ke objek wisata di kawasan lain.
9.4. Analisis Matriks EFE
Matriks EFE dugunakan dalam identifikasi faktor-faktor strategis eksternal mana yang merupakan peluang serta ancaman bagi Wana Wisata Cikole. Hasil
analisis EFE menggambarkan sejauh mana faktor-faktor strategis eksternal berpengaruh terhadap objek wisata ini. Analisis didapat berdasarkan nilai bobot
dan rating hasil wawancara dengan lima pegelola Wana Wisata Cikole. Bobot merupakan perhitungan rata-rata penilain responden terhadap seluruh faktor-
faktor strategis eksternal. Rating merupakan penilaian responden dalam pengukuran berapa besar pengaruh faktor tersebut terhadap lingkungan objek
wisata. Matriks EFE menyajikan hasil analisis faktor-faktor strategis eksternal,
dimana terbagi dalam golongan enam peluang dan dua ancaman lingkungan eksternal. Faktor yang paling berpengaruh pengelolaan Wana Wisata Cikole yaitu
mudahnya aksesibilitas menuju objek wisata sebagaimana ditunjukan dengan bobot tertinggi yaitu 0.189. Faktor peluang eksternal dengan skor bobot tertinggi
yaitu mudahnya aksesibilitas menuju objek wisata dengan nilai 0.756. Faktor tersebut merupakan faktor strategis eksternal yang menjadi peluang utama bagi
Wana Wisata Cikole. Ancaman utama adalah kondisi lalu lintas menuju objek wisata senantiasa macet dengan skor bobot 0.216. Total skor bobot faktor strategis
eksternal diperoleh sebesar 2.755 di atas titik rata-rata titik tengah 2.500, sehingga Wana Wisata Cikole memiliki posisi eksternal yang kuat. Data hasil
analisis faktor strategis eksternal dijabarkan dalam matriks EFE pada Tabel 40.
Tabel 40. Matriks External Factor Evaluation EFE Wana Wisata Cikole
Tahun 2013
Faktor-Faktor Strategis Eksternal Bobot
Rating Skor Bobot
Peluang
1. Adanya dukungan
Pemda Kabupaten
Bandung Barat 0.125
3 0.375
2. Objek wisata berada pada jalur yang menghubungkan Bandung dengan Subang
dan Purwakarta 0.118
3 0.354
3. Objek wisata berada di kawasan wisata Lembang membuka peluang peningkatan
pendapatan masyarakat sekitar 0.108
4 0.472
4. Perkembangan teknologi komunikasi 0.130
3 0.390
5. Mudahnya aksesibilitas menuju objek wisata 0.189
4 0.756
Ancaman
1. Keberadaan objek wisata lain di sekitar Lembang
0.096 2
0.192 2. Kondisi lalu lintas menuju objek wisata
senantiasa macet 0.108
2 0.216
Total 1.000
21 2.755
Sumber: Data Diolah 2013
9.5. Matriks IE
Matriks Internal-Eksternal IE merupakan alat analisis yang digunakan pada tahap pencocokan. Tahap pencocokan merupakan tahap untuk merumuskan
strategi berdasarkan hasil analisis kondisi internal dan eksternal Wana Wisata Cikole.
Matriks IE didasarkan pada perbaduan total skor bobot EFE pada sumbu X dan total skor bobot IFE pada sumbu Y. Hasil analisis faktor internal pada matriks
IFE diperoleh total bobot skor sebesar 3.024. Hasil analisis faktor eksternal pada matriks EFE diperoleh total bobot skor sebesar 2.755.
Hasil pemetaan matriks IE menempatkan Wana Wisata Cikole berada pada sel IV. Sel tersebut menunjukan bahwa objek wisata tersebut berada pada
kondisi tumbuh dan membangun grow and build. Strategi yang tepat pada kondisi ini yaitu strategi yang intensif dan integratif. Strategi intensif dapat berupa
penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk. Berdasarkan hasil yang didapat dari matrik IFE dan EFE maka hasil pemetaan matriks IE dapat
dilihat pada Gambar 5.
Skor Bobot Total IFE
Kuat Sedang
Lemah 3.0 - 4.0
2.0 - 2.99 1.0 - 1.99
4.0 3.0 2.0 1.0
Sk or Bob
ot T
o ta
l E FE
Tinggi 3.0 - 4.0
3.0 l
2.0
1.0
I II
III
Sedang 2.0 - 2.99
IV V
VI
Rendah 1.0 - 1,99
VII VIII
IX
Sumber: Data Diolah 2013
Gambar 5. Matriks Internal-Eksternal IE Wana Wisata Cikole Tahun 2013
Strategi penetrasi pasar adalah strategi yang mengusahakan peningkatan pasar untuk produk dan jasa yang sudah ada saat ini di Wana Wisata Cikole
melalui usaha pemasaran yang lebih besar. Usaha dalam melakukan penetrasi pasar diantaranya dengan penambahan jumlah tenaga kerja, peningkatan
pengeluaran untuk iklan dan promosi, meningkatkan upaya pemasaran melalui pembuatan buku petunjuk serta pembuatan peta yang jelas sebagai petunjuk lokasi
wisata. Strategi pegembangan pasar yaitu memperkenalkan produk-produk wisata
yang sudah ada di Wana Wisata Cikole ke daerah pemasar yang baru. Strategi pengembangan pasar bertujuan untuk meningkatkan pangsa pasar terhadap produk
wisata di Wana Wisata Cikole. Hal yang dibutuhkan dalam menjalankan strategi ini yaitu tersedianya pasar baru dan adanya jaringan promosi.
Pengembangan produk adalah sebuah strategi mengupayakan peningkatan kunjungan wisatawan dengan cara memperbaiki atau memodifikasi penawaran
produk dan jasa wisata yang sudah ada. Pengembangan produk wisata membutuhkan investasi untuk melakukan inovasi dengan menambah atraksi dan
paket wisata di Wana Wisata Cikole. Strategi integratif terdiri dari integrasi ke depan, integrasi ke belakang, dan
integrasi horizontal Wahyudi, 1996. Integrasi ke depan yaitu mendapatkan kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas penawaran produk wisata. Integrasi
ke belakang adalah mendapatkan kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas investasi. Integrasi horizontal yaitu mendapatkan kepemilikan atau meningkatkan
kontrol atas pesaing.
9.6. Matriks SWOT
Berbagai alternatif strategi dapat dirumuskan berdasarkan analisis Matriks SWOT. Analisis tersebut merupakan pencocokan empat strategi utama yaitu
strategi SO Strengths-Opportunities, strategi WO Weaknesses-Opportunities, strategi ST Strenghts-Threats, dan strategi WT Weaknesses-Threats. Analisis
matriks SWOT disajikan pada Tabel 41. Matriks SWOT dibangun berdasarkan faktor-faktor strategis internal dan eksternal yang didapat dari hasil analisis matrik
IFE dan EFE sebelumnya. Berdasarkan hasil Matriks SWOT didapat beberapa alternatis strategi Pengembangan Wana Wisata Cikole sebagai berikut:
1. Strategi SO
Strategi SO merupakan strategi yang memanfaatkan kekuatan internal Wana Wisata Cikole untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal. Strategi
yang dapat diterapkan yaitu menjaga hubungan komunikasi antar pengelola di lokasi dengan pejabat daerah. Hubungan komunikasi dengan pihak-pihak terkait
dapat menciptakan hubungan yang baik dalam pengelolaan serta memperluas jaringan kerja. Hal demikian dapat meningkatkan investasi dalam pengembangan
Wana Wisata Cikole.
2. Strategi WO
Strategi Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal Wana Wisata Cikole dengan cara mengambil keuntungan dari peluang eksternal.
Alternatif strategi yang dapat diterapkan antara lain: a.
Perbaikan kuantitas dan kualitas SDM melalui perekrutan secara profesional dan pelatihan. Perbaikan diperlukan karena jumlah karyawan
masih sedikit dan kompetensi karyawan di bidang pariwisata belum baik. b.
Penambahan sarana dan prasarana berupa rumah makan. Penambahan rumah makan diperlukan karena wisatawan merasa kesulitan memperoleh
makanan di lokasi tersebut. Belum adanya rumah makan di Wana Wisata Cikole menyebabkan wisatawan harus membeli makanan di luar lokasi
wisata ini. 3.
Strategi ST Meningkatkan promosi melalui media cetak dan elektronik, perbaikan
papan reklame yang menarik. Saat ini promosi yang dilakukan serta papan
reklame yang ada masih belum menarik. Promosi dilakukan untuk melakukan penetrasi pasar terhadap produk wisata yang sudah ada saat ini. Selain itu juga
bertujuan dalam pengembangan pasar untuk menarik wisatawan yang lebih besar. 4.
Strategi WT Strategi WT merupakan strategi defensif yang diarahkan untuk
mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman eksternal Wana Wisata Cikole. Strategi yang dapat diterapkan yaitu:
a. Menambah produk wisata baru yang unik dengan mengangkat kebudayaan
lokal untuk menarik wisatawan baru melalui kerjasama dengan lembaga kebudayaan daerah. Atraksi wisata ini dapat berupa festival maupun
pertunjukan seni budaya agar kebudayaan Kabupaten Bandung Barat lebih dikenal banyak orang.
b. Memberikan informasi jalur alternatif menuju Wana Wisata Cikole kepada
wisatawan untuk menghindari kemacetan lalu lintas. Kebijakan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan wisatawan menuju lokasi
wisata.