Ruang Lingkup Penelitian PENDAHULUAN

menikmati atraksi wisata sebagai wujud hak azasi, serta tunduk pada aturan main yang adil dan disepakati bersama dalam pelaksanaan transaksi-transaksi wisata. Ekowisata merupakan konsep pengembangan pariwisata yang berkelanjutan untuk mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan alam dan budaya dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan, sehingga memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat dan pemerintah setempat Mahdayani, 2009. Ekowisata merupakan perspektif ekologi dalam pariwisata alam, sejajar dengan atau subset dari pembangunan berwawasan lingkungan, eco- development, dapat dijelaskan sebagai berikut Basuni, 2001: a. Pengalaman wisata alam berupa pengalaman ekologi mulai dari tahap antisipasi termasuk perencanaan wisata, tahap perjalanan ke daerah tujuan, tahap pengalaman dan kegiatan di daerah tujuan, tahap perjalanan pulang, tahap mengingat recollection. b. Mengenal keragaman populasi masyarakat dalam hal pengetahuan, keterampilan, sikap, prosedur, peralatan, sehingga volume pembangunan pariwisata alam akan selalu lebih kecil daripada pariwisata masal mass tourism. c. Mengenal konsep kualitas sumberdaya dan kualitas penggunaan berdasar atas pengalaman wisata alam dalam rangka memenuhi tiga keinginan wisatawan: kontak dengan alam, pemenuhan angan-angan, keefektifan menggunakan waktu luang. d. Mengenal aksesibilitas yang meliputi tujuan atau objek wisata alam, jarak, metode, dan rute perjalanan, penempatan fasilitas, jasa pemandu, interpreter, transportasi dan daerah-daerah yang sudah dimodifikasi atau diatur oleh manusia.

2.4. Wana Wisata

Wana wisata adalah objek-objek wisata alam yang dibangun dan dikembangkan oleh Perum Perhutani di dalam kawasan hutan produksi atau hutan lindung secara terbatas dengan tidak mengubah fungsi pokoknya. Ruang lingkup pengusahaan pariwisata alam Perum Perhutani mencakup wana wisata yang dikelola oleh Perum Perhutani serta seluruh kegiatan di dalamnya yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, pendidikan penelitian, wisata alam, dan olah raga. Bentuk aktivitas rekreasi yang dapat dilakukan di wana wisata berdasarkan waktu yang dibutuhkan, diantaranya Perum Perhutani, 1987: 1. Wisata bermalam merupakan kegiatan bermalam di lingkungan hutan, dalam upaya mendekati dan lebih menghayati keadaan alam sekitar 2. Wisata harian merupakan kegiatan rekreasi siang hari di kawasan hutan untuk mencari kesegaran dan mendekatkan diri pada alam. Sasaran usaha pembangunan dan pengembangan wana wisata di Perum Perhutani antara lain Perum Perhutani, 1989: 1. Menyediakan tempat rekreasi yang sehat bagi masyarakat luas dengan menikmati keindahan, keunikan serta kenyamanan suasana lingkungan yang alamiah. 2. Menyediakan tempat bagi sarana pengembangan ilmu flora, fauna, ekologis hutan serta pembinaan rasa cinta alam bagi generasi muda. 3. Memperluas kesempatan berusaha untuk membantu meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar hutan. 4. Menunjang usaha pemerintah dalam memajukan pembangunan sektor pariwisata. Dampak positif yang diharapkan jika wisata alam dapat terselenggara dengan baik dan efektif adalah Perum Perhutani, 1987: 1. Terjadinya peningkatan kegiatan ekonomi di sekitar kawasan tersebut, yang berarti akan meningkatkan taraf hidup disekitarnya. 2. Terjadinya peningkatan kesempatan kerja. 3. Semakin terbukanya kesempatan komunikasi bagi masyarakat daerah tersebut, sehingga dapat memperluas wawasan dan peningkatan pendidikan masyarakat setempat.

2.5. Dampak Ekonomi Wisata

Yoeti 2008 mengemukakan pariwisata merupakan faktor penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara, karena mendorong perkembangan beberapa sektor perekonomian nasional, diantaranya meningkatkan kegiatan perekonomian akibat pembangunan prasarana dan sarana demi pengembangan pariwisata. Pariwisata juga memberikan dampak ekonomi lainnya seperti meningkatkan industri-industri baru, meningkatkan devisa negara, memberikan kesempatan kerja, membantu pembangunan daerah terpencil, dan mempercepat perputaran perekonomian. Sektor ekonomi wisata bagi mayarakat lokal diharapkan mampu meningkatkan dan meratakan pendapatan pelaku yang terlibat, menciptakan kesempatan kerja, serta meningkatkan kesempatan berusaha atau diversifikasi pekerjaan. Industri wisata juga sangat efektif dalam mendukung usaha kecil dan penyediaan kesempatan kerja baik dalam lingkungan regional, nasional, maupun internasional. Dampak ekonomi itu mencangkup spektrum kebijakan yang luas, menyangkut kesempatan berusaha, kesempatan kerja, transportasi, akomodasi, prasarana, pengembangan wilayah, perpajakan, perdagangan, dan lingkungan Yoeti 2008. Dampak ekonomi dari sumber daya alam adalah dapat memberikan manfaat dan mempengaruhi kesejahteraan bagi masyarakat secara keseluruhan. Suatu kawasan yang memiliki potensi wisata dapat memberikan dampak bagi perekonomian. Pengembangan kawasan wisata dapat memberikan dampak ekonomi bagi wisatawan yaitu berupa peningkatan kepuasan wisata serta peningkatan belanja di daerah destinasi. Stynes 1997 mengemukakan bahwa dampak ekonomi terdiri dari dampak langsung, tidak langsung, dan lanjutan. Dampak tidak langsung dan dampak lanjutan disebut juga sebagai secondary effect. Total dampak ekonomi wisata merupakan gabungan dari dampak langsung, tidak langsung dan lanjutan dalam satu wilayah. Dampak ekonomi timbul dari aliran uang keberadaan wisatawan terhadap perekonomian lokal META, 2001. Analisis dampak ekonomi dilakukan melalui pengamatan efek pengganda keberadaan wisata. Terdapat dua tipe pengganda yaitu Keynesian Local Income Multiplier dan Ratio Income Multiplier. Keynesian Local Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukan berapa besar pengeluaran wisatawan berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat lokal. Ratio Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukan seberapa besar dampak langsung