di lokasi wisata, kebutuhan pangan, listrik, air, transportasi, komunikasi, dan sewa tempat tinggal. Data pengeluaran tenaga kerja Wana Wisata Cikole dijabarkan
pada Lampiran 10. Tabel 34 menunjukan proporsi pengeluaran tenaga kerja di Wana Wisata Cikole.
Tabel 34. Proporsi Pengeluaran Tenaga Kerja per Bulan di Wana Wisata Cikole Tahun 2013
Jenis Biaya Pengeluaran Nilai
rupiah Proporsi Terhadap
Penerimaan Total persen
Pengeluaran di Dalam Lokasi Wisata 4 547 000
18.214 Kebutuhan Pangan
10 998 000 44.055
Biaya Listrik 760 000
3.044 Biaya Air
265 000 1.062
Biaya Transportasi 2 706 000
10.84 Biaya Komunikasi
1 675 000 6.71
Biaya Sewa Tempat Tinggal 4 013 000
16.075
Total 24 964 000
100.000
Sumber: Data Diolah 2013
Berdasarkan Tabel 34, proporsi pengeluaran terbesar adalah untuk kebutuhan pangan yaitu sebesar 46.210 persen dari total pengeluaran tenaga kerja
lokal. Proporsi pengeluaran tenaga kerja sebagian besar digunakan untuk kebutuhan pokok sehari-hari. Sebagian upah tenaga kerja yang diperoleh masih
rendah, sehingga untuk mencukupi biaya hidup lainnya diperoleh dari penerimaan lain di luar kegiatan wisata.
7.5. Nilai Pengganda dari Pengeluaran Wisatawan
Nilai efek pengganda multiplier effect dihitung untuk mengetahui seberapa besar dampak pengeluaran wisatawan saat berekreasi di Wana Wisata
Cikole terhadap perekonomian sekitar objek wisata. Data kategori hasil analisis dampak ekonomi Wana Wisata Cikole disajikan pada Tabel 35.
Tabel 35. Hasil Analisis Dampak Ekonomi Wana Wisata Cikole Bulan Mei Tahun 2013
Kategori Nilai rupiah
Pengeluaran Wisatawan di Dalam Lokasi Wisata E 96 357 529
Pendapatan Lokal yang Diperoleh Unit Usaha D 104 174 500
Pendapatan Tenaga kerja dari Gaji N 27 000 000
Pengeluaran Tenaga Kerja di Lokasi Wisata U 4 547 000
Sumber: Data Diolah 2013
Pengeluaran wisatawan di dalam lokasi wisata terdiri dari biaya-biaya yang dibayarkan wisatawan di dalam lokasi wisata dijabarkan pada Tabel 28.
Pendapatan lokal yang diperoleh unit usaha merupakan selisih antara penerimaan dengan pengeluaran unit usaha yang disajikan pada Tabel 33. Pendapatan tenaga
kerja yang diperoleh dari gaji merupakan upah tenaga kerja yang diberikan oleh unit usaha tersaji pada Tabel 32. Pengeluaran tenaga kerja di lokasi wisata
merupakan pengeluaran yang dikeluarkan tenaga kerja untuk konsumsi di dalam lokasi wisata yang disajikan pada Tabel 34. Terdapat tiga ukuran dalam mengukur
dampak ekonomi di tingkat lokal, yaitu Keynesian Income Multiplier, Ratio Income Multiplier Tipe I, dan Ratio Income Multiplier Tipe II. Nilai efek
pengganda Wana Wisata Cikole disajikan pada Tabel 36.
Tabel 36. Nilai Efek Pengganda Wana Wisata Cikole Bulan Mei Tahun 2013
No. Kriteria Multiplier
Nilai Multiplier
1. Keynesian Income Multiplier
1.409 2.
Ratio Income Multiplier Tipe I 1.259
3. Ratio Income Multiplier Tipe II
1.303
Sumber: Data Diolah 2013
Hasil analisis Multiplier Effect menunjukan nilai Keynesia Income Multiplier yaitu sebesar 1.409, dimana setiap peningkatan pengeluaran wisatawan
sebesar 1 000 rupiah akan berdampak langsung terhadap ekonomi lokal secara keseluruhan sebesar 1 409 rupiah. Nilai Keynesian Income Multiplier lebih dari
satu menunjukan bahwa Wana Wisata Cikole sudah memiliki dampak ekonomi yang baik terhadap perekonomian mayarakat lokal. Adapun perhitungan nilai efek
pengganda disajikan pada Lampiran 11. Nilai Ratio Income Multiplier Tipe I adalah sebesar 1.259
dimana setiap peningkatan pendapatan pemilik unit usaha sebesar rupiah 1 000 berdampak pada
peningkatan total pendapatan masyarakat meliputi dampak langsung dan tidak langsung pendapatan pemilik unit usaha dan pendapatan tenaga kerja lokal
sebesar 1 259 rupiah. Nilai Ratio Income Multiplier Tipe II diperoleh sebesar 1.303 dimana setiap peningkatan pendapatan unit usaha sebesar 1 000 rupiah akan
mengakibatkan peningkatan pendapatan masyarakat yang meliputi dampak langsung, tidak langsung, dan lanjutan pendapatan pemilik unit usaha,
pendapatan tenaga kerja, dan pengeluaran konsumsi tenaga kerja di tingkat lokal sebesar 1 303 rupiah.
VIII. ANALISIS TINGKAT KEPUASAN WISATAWAN TERHADAP ATRIBUT WISATA
8.1. Indeks Kepuasan Konsumen
Karakteristik dan preferensi kebutuhan wisatawan berbeda membuat wisatawan merasa puas terhadap suatu atribut dan belum tentu merasa puas
terhadap atribut lainnya. Analisis tingkat kepuasan wisatawan pada Wana Wisata Cikole dapat mengetahui sejauh mana kinerja atau pelaksanaan atribut-atribut
wisata dalam memenuhi kepentingan atau harapan dari wisatawan terhadap atribut tersebut. Puas atau tidaknya wisatawan terhadap Wana Wisata Cikole diukur
menggunakan skala penialaian terhadap atribut-atriut wisata yang melekat pada Wana Wisata Cikole.
Indeks kepuasan konsumen dihitung berdasarkan penilaian wisatawan terhadap tingkat kepentingan dan tingkat kinerja atribut-atribut wisata yang ada di
Wana Wisata Cikole. Tingkat kepentingan merupakan ekspektasi wisatawan yaitu seberapa penting penilaian wisatawan terhadap atribut-atribut wisata yang ada di
lokasi wisata. Semakin tinggi nilai tingkat kepentingan suatu atribut wisata maka semakin tinggi pula pemenuhan kebutuhan yang diinginkan wisatawan dalam
memenuhi kepuasannya Rangkuti, 2006. Tingkat kinerja merupakan penilaian wisatawan terhadap performa
pengelola dalam menerapkan atribut-atrubut wisata di lokasi. Tingginya nilai tingkat kinerja atribut wisata menunjukan performa pengelola terhadap atribut
wisata dinilai sudah baik oleh wisatawan. Jika nilai tingkat kinerja suatu atribut wistata rendah, maka wisatawan menilai pengelolaan atau penerapan oleh pihak
pengelola terhadap atribut wisata tersebut belum baik. Berdasarkan perhitungan indeks kepuasan, nilai Customer Satisfaction
Index CSI sebesar 73.980 persen berada pada rentang 0.660 - 0.800 atau 66CSI80.99 persen yang berarti indeks kepuasan wisatawan di Wana Wisata
Cikole berada pada kriteria puas. Adapun perhitungan CSI Wana Wisata Cikole disajikan pada Lampiran 12. Masih tersisa 26.020 persen wisatawan
mengindikasikan terdapat wisatawan yang belum merasa puas. Pihak pengelola Wana Wisata Cikole harus lebih memperhatikan dan memperbaiki kinerja atribut