93 pantai menurut Suhardi 2004 disebabkan oleh ketidakseimbangan antara kekuatan
energi gelombang dan energi lain dengan kemampuan sedimen di pantai dalam menyerap dan memantulkan energi tersebut. Terkait dengan kegiatan wisata,
keberadaan pantai sangat penting dalam kenyamanan dan keberlanjutan berwisata, serta sebagai perlindung bagi fasilitas wisata pesisir. Oleh karena keterbatasan data
series mengenai perubahan garis pantai setiap tahun, maka dalam penelitian ini menggunakan sumber data primer. Data primer ini berasal dari pengalaman
pengelola wisata yang telah menjalankan usahanya lebih dari 10 tahun terhadap perubahan garis pantai berpasir, dimana berkisar antara 10-20 cm per tahun.
Somerville et al. 2003 menyatakan bahwa selain karakteristik fisik pantai berpasir, kesesuaian wisata pantai juga memerlukan pengukuran terhadap estetika
kebersihan kesehatan pantai dari sisi unsur yang dapat menyebabkan penyakit bagi turis. Terkait dengan kesehatan pantai tersebut, diperlukan 7tujuh parameter
khusus yakni sisa-sisa kotoran rumahtangga, sampah dengan zat berbahaya ada unsur melukai, misalnya pecahan kaca, sampah ukuran besar pohon, sampah
umum kertas, botol dan lainnya, sampah berbahan bakar minyak, feces, dan sampah bentuk lain. Wong 1991, beberapa faktor fisik yang dapat
dipertimbangkan dalam mengelola wisata pantai yakni pasang surut, gelombang, pola arus, karakteristik pesisir dan pantai, serta zonasi lingkungan pesisir.
Terkait dengan kebutuhan air bersih untuk kegiatan wisata pesisir di Kepulauan Togean, umumnya memperoleh air bersih yang bersumber dari mata air,
atau pengadaannya dari desa lain seperti Wakai dan Katupat dengan sistem penampungan air, diangkut menggunakan speedboat dari sumber ke lokasi wisata.
Kendala sumber dari mata air, pada musim kemarau air bersih umumnya mengering, sementara sumber air dari aliran sungai terbatas dengan menyusutnya
daerah tangkapan air terutama di sekitar mata air dan aliran sungai akibat pembukaan hutan untuk lahan-lahan perkebunan.
4.1.2. Karakteristik Usaha Wisata Pesisir
Beberapa usaha wisata pesisir yang cukup dikenal oleh para wisatawan di gugus Pulau Togean adalah Black Marlin Dive, Paradise Cottages, Lestari Cottages,
Bolilanga Cottages dan Togean Dive Resort. Beberapa investor telah mengembangkan usaha jasa wisata, terutama penyediaan tempat penginapan dan
94 penyewaan peralatan diving dan snorkeling. Selain menyediakan akomodasi, dan
penyewaan alat-alat wisata pesisir, cottages ini juga melayani perjalanan wisatawan dari dan ke daerah wisata lainnya atau pun kepulangan di negara asal. Keadaan
usaha wisata di gugus Pulau Togean selengkapnya disajikan pada Tabel 16. Tabel 16 Keadaan usaha wisata di gugus Pulau Togean
No. Uraian
Rata-rata Kisaran
Standar Deviasi
Keterangan
1. Umur Usaha tahun 12.17
7 – 20 4.71
2. Total Modal Awal Rp juta
213.42 23.5 – 500
194.85
Modal Sendiri = 66.67 ; Modal Sendiri + Pinjaman
= 33.33 ; Akses modal = Susah 50
3. Penerimaan per turis Rp juta
1.858 0.457- 2.977
1.01
Belum termasuk keuntungan dari kursus
diving
4. Keuntungan per turis Rp ribu
475.833 183.00 -744.38 234.72
Setelah dikurangi pajak
5. Lama menginap hari 5
2 – 7 2
Tergantung rute perjalanan
6. Pajak usaha Rp ribu 464.40
114.38- 744.38
252.82
25 dari penerimaan turiskunjungan
7. Jumlah kunjungan wisman orangtahun
342 100 – 500
156.26
Berfluktuasi antar usaha wisata
8. Jumlah tenaga kerja orang
8 3 – 15
4.79
Sumber TK: Lokal = 50. Lokal+Luar = 50
9. Upah Tenaga Kerja Lokal Rp ribubulan
700.00 450.00-1
000.0 202.48
- Upah TK luar TK lokal - UMP = Rp720 000bln
10. Nilai ekonomi wisata pesisir bagi masyarakat lokal per tahun Rp359.58
11. Trend bisnis usaha wisata pesisir Meningkat = 33.33;
Konstan = 66.67 12. Kepemilikan usaha
66.67 Lokal Togean 33.33 Luar Togean
13. Trend permintaan wisatawan mancanegara Meningkat = 83.33;
Konstan = 16.67 14. Trend permintaan wisatawan lokal
Konstan=100 15. Dukungan promosi dan prasarana dari pemerintah
Ada kurang = 66.67; Tidak ada = 33.33
16. Usaha turunan yang terkait dengan masyarakat lokal Ada kurang =33.33;
Tidak ada = 66.67 17. Tingkat pengetahuan pengusaha terhadap ekowisata pesisir
Tahu = 66.67 Tidak Tahun = 33.33
18. Adakah konflik penggunaan wilayah untuk wisata Kadang-
kadang=66.67; Tidak ada = 33.33
19. Rataan Pajak usaha wisata Rp per tahun 158.67 juta
20. Ketersediaan fasilitas yang terkait dengan pengolahan limbah Septictank, bak sampah dan penanganannya
Ada=100 Catatan: Jumlah usaha wisata N = 6 unit usaha wisata
Sumber: Data Primer Yang Diolah 2009.
95 Tabel 16 menunjukkan bahwa keberadaan usaha wisata di gugus Pulau
Togean telah ada sejak 20 tahun yang lalu, sehingga berdasarkan pengalaman berusaha tersebut diharapkan mampu mengembangkan usahanya seiring
peningkatan kunjungan wisatawan secara global nasional. Namun jika dilihat kontribusi usaha wisata terhadap perekonomian daerah, nampaknya keberadaan
usaha wisata tersebut belum memiliki dampak yang signifikan. Hal ini ditunjukkan oleh minimnya usaha-usaha turunan yang tumbuh di masyarakat lokal. Usaha yang
dilakukan masyarakat saat ini masih terbatas pada penyediaan homestay dan penyewaan perahu saja, serta penyediaan bahan baku makanan terutama penyediaan
ikan bagi usaha cottage. Usaha homestay hanya dilakukan jika wisatawan asing memilih untuk menginap di rumah penduduk dibandingkan cottage. Usaha
penyewaan perahu dilakukan oleh masyarakat sekitar banyak diminati oleh wisatawan karena lebih murah dibandingkan penyewaan speedboat yang digunakan
untuk transpor lokal di berbagai kawasan wisata di Kepulauan Togean. Namun, penyediaan homestay, penyewaan perahu dan kelebihan tenaga kerja hanya
berlangsung pada saat musim puncak peak season, dimana seluruh cottage telah terisi penuh. Saat low season, satu dari delapan tenaga kerja yang dipakai di usaha
wisata biasanya tenaga kerja harian biasanya mencari pekerjaan lain di luar usaha wisata, misalnya sebagai nelayan dan ojek darat.
Kontribusi ekonomi usaha wisata bagi pemerintah daerah diperoleh dalam bentuk pajak per tahun. Sistem pembayaran pajak usaha yakni 25 dari
penerimaan usaha wisata dari seorang turis merupakan penerimaan daerah setempat. Diperkirakan setiap tahun untuk seluruh usaha wisata pesisir di gugus Pulau Togean
menyetorkan pajaknya pajak restoran dan penginapan rata-rata Rp 158.67 juta kisaran Rp 11.44 – 372.19 juta. Namun hasil wawancara dengan pejabat di
tingkat kecamatan terkait dengan pengumpulan pajak, ada oknum pengusaha wisata yang melaporkan jumlah wisatawan yang berkunjung dan penerimaannya
dari usaha wisata di bawah dari realitas. Ini berarti bahwa nilai pajak yang seharusnya dibayarkan dapat melebihi nilai tersebut di atas. Selain itu, diperoleh
informasi bahwa 25 dari total penerimaan pajak usaha wisata akan dialokasikan sebagai dana konservasi sumberdaya alam di TNKT.
96
4.1.3. Perkembangan Kunjungan Wisatawan