Submodel lingkungan environment; Submodel ekonomi; Submodel sosial ; dibangun dari dua komponen yakni wisatawan dan masyarakat

46 Casagrandi and Rinaldi 2002 dibangun dari empat aspek dimensi keberlanjutan pengelolaan yakni dimensi lingkungan ekologi, ekonomi dan sosial. Komponen- komponen variabel dalam setiap sub model diuraikan sebagai berikut:

1. Submodel lingkungan environment;

fungsi lingkungan alamiah diberikan dalam bentuk fungsi logistik dimana variabel daya dukung carrying capacity adalah kondisi lingkungan pada saat keseimbangan, artinya sudah ada interaksi antara lingkungan dengan kegiatan manusia dan industri lain kecuali kegiatan wisata. Apabila kegiatan wisata wisatawan dan aktivitas pendukungnya pembangunan infrastruktur ikut memanfaatkan sumberdaya alam lingkungan, maka berimplikasi negatif pada dinamika kualitas sumberdaya alam dan lingkungan. Variabel pembentuk model dalam sub model ekologi yakni: daya dukung, laju pertumbuhan sumberdaya pulih, dan laju degradasi sumberdaya alam pulih yang dipengaruhi oleh aktifitas manusia secara langsung dan pembangunan infrastruktur wisata pesisir.

2. Submodel ekonomi;

menggunakan pendekatan maksimisasi keuntungan Fauzi dan Anna 2005 yang diperoleh usaha wisata dan usaha rumahtangga lokal. Variabel pembentuk model meliputi jumlah produk wisata, harga produk wisata, biaya produksi, tingkat suku bunga investment rate, upah tenaga kerja wisata bahari dan kegiatan usaha lain, jumlah modal, jumlah tenaga kerja, dan pertumbuhan tenaga kerja. Mengingat kegiatan ekowisata menekankan pada peningkatan ekonomi masyarakat lokal dan daerah, maka penelitian ini menfokuskan kajian pada ekonomi masyarakat lokal upah dan penerimaan dari usaha-usaha turunan wisata pesisir dan daerah pajak usaha melalui penerimaan yang diperoleh usaha wisata per kunjungan wisatawan.

3. Submodel sosial ; dibangun dari dua komponen yakni wisatawan dan masyarakat

lokal. Setiap turis yang datang ke suatu lokasi karena ada faktor penarik attractive factor. Faktor ini kemudian menjadi salah satu variabel yang mempengaruhi peningkatan jumlah kunjungan misalnya informasi dari mulut ke mulut. Atraksi relatif wisata pesisir diperoleh dari selisih antara nilai atraksi yang absolut dengan nilai atraksi referensi. Variabel pembentuk model meliputi kualitas obyek wisata pesisir sumberdaya alam dan budaya, kualitas infrastruktur penunjang kegiatan ekowisata, dan “harga” lokasi atraktif lainnya.

III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah administratif Kabupaten Tojo Una-Una Provinsi Sulawesi Tengah. Wilayah penelitian merupakan bagian wilayah TNKT yang memiliki kegiatan pemanfaatan wisata pesisir berbasis konservasi. Berdasarkan data sementara sebelum verifikasi Badan Riset Kelautan dan Perikanan BRKP menyebutkan terdapat 45 kategori PPK di gugus Pulau Togean. Zonasi di TNKT masih dalam tahap perencanaan, dan dalam skala kecil telah ditetapkan satu kawasan konservasi yakni Daerah Perlindungan Laut DPL Teluk Kilat di gugus Pulau Togean. Penentuan lokasi pengambilan contoh stasiun mempertimbangkan posisi obyek wisata letak kawasan terumbu karang, kawasan mangrove dan pantai berpasir, keberadaan usaha wisata pesisir, pemukiman penduduk dan aksesibilitas masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya PPK, dan kelembagaan masyarakat letak dan jumlah stasiun pengamatan disajikan pada Gambar 7. Gambar 7 menunjukkan bahwa terdapat 14 stasiun pengamatan, dengan rincian 11 stasiun pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya Allen dan McKenna 2001; CII 2006; Zamani et al. 2007 dan 3 stasiun tambahan. Penentuan stasiun pengamatan disesuaikan dengan peta sebaran terumbu karang, sebaran mangrove, lokasi pantai dan keberadaan usaha wisata pesisir. Pelaksanaan survei penelitian disesuaikan dengan tingkat kedatangan turis yang berlangsung dua periode yakni musim puncak peak season mulai Juni sampai Agustus dan musim kedatangan kurang low season mulai September sampai Mei setiap tahunnya. Wong 1998, peningkatan intensitas kegiatan wisata pesisir di Asia Tenggara umumnya terjadi pada musim panas bulan Mei sampai September. Pengukuran kualitas perairan dan wawancara dengan responden pada musim puncak dilaksanakan pada Juni sampai Juli 2009 dan pada musim kedatangan kurang pada Nopember 2008. Waktu dan frekuensi pelaksanaan pengukuran dan pengamatan terutama aspek kualitas perairan disesuaikan dengan atribut-atribut yang diamati, misalnya waktu terjadinya pasut dan kedalaman perairan, suhu, salinitas dan kecepatan arus.