129
4.4. Efektivitas Pengelolaan Ekowisata Pesisir di Gugus Pulau Togean
Analisis efektivitas pengelolaan ekowisata pesisir di gugus Pulau Togean Taman Nasional Kepulauan Togean menggunakan metode Multidimensional
Scalling,MDS . Metode MDS yang digunakan selanjutnya dimodifikasi berdasarkan
aspek dan obyek yang dikaji dalam studi ini menjadi Effectivity Analysis of Small Islands Ecotourism
EFANSIEC. Hasil EFANSIEC menghasilkan status dan indeks keefektifan pengelolaan ekowisata pesisir pada masing-masing dimensi
pembangunan yaitu dimensi ekologi, sosial, ekonomi dan kelembagaan. Status keefektifan yang dimaksud adalah apakah pengelolaan ekowisata pesisir saat ini
telah efektif atau belum efektif berdasarkan keempat dimensi pengelolaan yang dikaji dan indeks yang diperoleh. Nilai indeks yang dihasilkan merupakan
gambaran efektivitas pengelolaan ekowisata pesisir saat ini oleh seluruh pemangku kepentingan. Hasil EFANSIEC berdasarkan tahapan analisis yang dihasilkan
selanjutnya dijelaskan pada subsub bab berikut.
4.4.1. Realitas Skor Masing-Masing Atribut Menurut Dimensi
Penentuan parameter masing-masing atribut menurut dimensi ekologi, sosial, ekonomi dan kelembagaan mengacu pada kriteria umum yang diperoleh dari
beberapa penelitian empiris Tabel 12, sementara penentuan skor dan kategori dimodifikasi dan mengacu pada kriteria umum yang telah dibuat oleh Good et al.
1999 dan Heershman et al. 1999 evaluasi efektivitas pengelolaan sumberdaya pesisir Amerika Serikat. Pemberian skor per atribut dan dimensi disesuaikan
dengan kondisi riil pengelolaan wisata pesisir di gugus Pulau Togean. Hasil survei dan pengukuran terhadap masing-masing atribut per dimensi di gugus Pulau
Togean disajikan pada Lampiran 11. Nilai-nilai atribut yang diperoleh pada Lampiran 11 bersumber dari hasil
analisis sebelumnya sehingga bagian ini hanya dijelaskan secara ringkas. Dimensi ekologi, nilai atribut diperoleh dari hasil analisis kesesuaian kawasan PPK dan daya
dukung untuk empat kategori kegiatan ekowisata pesisir. Terdapat dua kategori ekowisata pesisir yang sesuai untuk dikelola saat ini dan dua kegiatan wisata yang
sesuai bersyarat. Atribut tingkat pemanfaatan sumberdaya PPK untuk wisata pesisir umumnya masih di bawah daya dukung. Kondisi pemanfaatan sumberdaya alam
130 saat ini, baik dari kegiatan wisata maupun kegiatan lain belum melampaui baku
mutu wisata pesisir atau belum menunjukkan terjadinya pencemaran perairan. Terkait dengan dimensi ekonomi, kunjungan optimal dan harga produk
wisman saat ini masih rendah dibanding kunjungan dan harga optimum. Wisman menilai sumberdaya obyek wisata gugus Pulau Togean masih sangat baik
sehingga secara ekonomi juga memiliki nilai sumberdaya yang tinggi. Keberadaan usaha wisata pesisir belum dapat memberikan kontribusi yang nyata bagi
perekonomian lokal terutama dalam penyediaan tenaga kerja, dan tumbuhnya usaha-usaha baru masyarakat lokal. Upah tenaga kerja cukup besar walaupun
demikian tingkat penyerapan tenaga kerja rendah. Berdasarkan dimensi sosial, rasio wisman dengan masyarakat lokal belum
melebihi daya dukung sosial, sehingga respon masyarakat dengan keberadaan wisman masih sangat baik dan belum mengganggu tatanan kehidupan, perilaku dan
pola hidup masyarakat setempat. Walaupun tingkat pengetahuan lingkungan masyarakat lokal terhadap ekowisata pesisir masih rendah, namun beberapa etnis
masih mempertahankan budaya lokal untuk konservasi sumberdaya. Wilayah pemanfaatan sumberdaya yang sama antar pengusaha wisata dan masyarakat
menyebabkan terjadinya konflik horisontal. Ini menunjukkan bahwa kegiatan usaha wisata belum meningkatkan kualitas hidup masyarakat di gugus Pulau Togean.
Terkait dengan dimensi kelembagaan, realitas menunjukkan lambatnya penyusunan rencana pengelolaan taman nasional RPTN sehingga aturan formal
RTRW, RTDK, Master Plan Pariwisata dan nonformal DPL mampu memberikan kontribusi terhadap efektivitas pengelolaan wisata pesisir yang
berkelanjutan. Pajak usaha wisata 25 dari total penerimaan per wisman yang dibayarkan oleh pengusaha wisata masih relatif kecil dibanding yang seharusnya
dibayarkan. Efektivitas pengelolaan fee konservasi belum transparan sehingga dampak keberadaan kebijakan tersebut belum nyata terhadap kelestarian terumbu
karang dan mangrove. Intensitas pelanggaran hukum dalam pemanfaatan sumberdaya perairan pada dasarnya semakin menurun, demikian pula dengan
membaiknya penegakan hukum. Peran pemerintah juga menunjukkan masih sangat rendah dalam penyediaan fasilitas transportasi, telekomunikasi dan promosi wisata.
131
4.4.2. Indeks dan Status Efektivitas Pengelolaan Ekowisata Pesisir