170 kecil Lampiran 17 dibanding data lapangan yang menggunakan data luas terumbu
karang di Kepulauan Togean Lampiran 3 point E.. Nilai R
2
yang cukup kecil pada hasil analisis data lapangan menunjukan bahwa pada kondisi ril lapangan,
variasi nilai kunjungan wisman dan luasan terumbu karang tidak hanya dipengaruhi oleh salah satu atribut tersebut, akan tetapi dipengaruhi juga oleh faktor lain yang
tidak dimasukan dalam model ini. Tabel 33 Hasil analisis statistik berdasarkan persyaratan validasi
No. Jenis persyaratan statistik
Nilai hasil analisis dinamik Nilai hasil analisis data
lapangan Tanda
R
2
Rataan Y predik
Tanda R
Rataan Y predik
1. Luas karang X terhadap
kunjungan wisman Y - 0.05
0.98 7.63
- 4.61 0.49
7.63 2.
Kunjungan wisman X terhadap luas karang Y
-19.41 0.98
3.92 - 0.05
0.49 8.04
3. Infrastruktur X terhadap
kunjungan wisman Y 0.06
0.79 7.63
2.00 0.65
7.67
Sumber: Data Sekunder yang Diolah 2009.
4.5.5. Implikasi Kebijakan dalam Keberlanjutan Pengelolaan Ekowisata Pesisir
Implikasi hasil analisis dalam penelitian ini pada dasarnya ditujukan untuk melihat kondisi stok sumberdaya dimensi akibat perubahan dalam atribut dan
pengaruhnya terhadap pengelolaan ekowisata pesisir di gugus Pulau Togean. Atribut penting ini dinilai dari aspek kepentingan dan besarnya pengaruh terhadap
perubahan keempat dimensi setelah dilakukan analisis dinamik. Apabila kedua persyaratan tersebut terpenuhi, maka atribut yang dianalisis dapat
diimplementasikan dalam suatu program yang berkaitan dengan pengelolaan kegiatan wisata pesisir yang berbasis ekosistem. Implikasi kebijakan pengelolaan
ekowisata pesisir di gugus Pulau Togean disajikan pada Tabel 34. Implikasi dari skenario atau simulasi yang dilakukan berdasarkan Tabel 34
menunjukkan bahwa diperlukan suatu kebijakan dalam wujud program yang terpadu. Kebijakan terpadu dimaksudkan sebagai suatu tindakan dapat dilakukan
secara simultan bagi seluruh dimensi yang memiliki atribut penting sensitif guna keberlanjutan pengelolaan ekowisata pesisir Orams 1999. Ini berarti bahwa
rencana dan pelaksanaan program aksi pada satu dimensi pembangunan diharapkan dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas dimensi lainnya.
171 Tabel 34 Implikasi kebijakan pengelolaan ekowisata pesisir di gugus Pulau Togean TNKT berdasarkan hasil analisis sistem dinamik
No.
Dimensi pembangunan dan
atribut penting
Tujuan Program Output yang Diinginkan
Wujud KegiatanProgram Stakeholders
yang terlibat
1. Ekologi - Kesesuaian
ekowisata mangrove - Kesesuaian
ekowisata selam - Pemanfaatan lahan
untuk bangunan wisata
- Melakukan upaya konservasi sumberdaya
PPK atau obyek ekowisata pesisir
mangrove, terumbu karang, pantai dan
lingkungan perairan dan lingkungan
perairannya - Kuantitas luasan dan kualitas
sumberdaya PPK mangrove dan terumbu karang terjaga
dan meningkat - Tingkat abrasi pantai dikurangi
- Eksistensi obyek ekowisata sejarah Bangkai Pesawat AS
B24 terpeliharaterjaga - Kualitas perairan sesuai dan di
bawah baku mutu - Rehabilitasi mangrove dan terumbu karang.
- Ekowisata pancing ekomina wisata, perahu layar tradisional, dayung, wisata “balobe”di
kawasan mangrove dan terumbu karang, serta wisata burung dan fauna lainnya.
- Menfasilitasi terbentuknya DPL-DPL baru. - Pengelolaan situs bersejarah.
- Aturan pendirian bangunan di kawasan pantai PPK.
- Pembuatan breakwater. - Pendidikan lingkungan bagi masyarakat
lokal termasuk cara penanganan limbah. - Pembatasan kunjungan wisman di kawasan
wisata yang melebihi daya dukung dan distribusi ke kawasan yang masih kurang.
- Penelitian dan pengembangan masyarakat secara berkala.
- Masyarakat lokal - TNKT
- Pemerintah kabupaten dan
provinsi - LSM
- Pengusaha wisata swasta
- Perguruan Tinggi
2. Ekonomi - Diversifikasi
kegiatan ekowisata - Harga produk
ekowisata pesisir - Upah tenaga kerja
- Meningkatkan ekonomi masyarakat
lokal dan daerah - Meningkatkan dana
konservasi - Kesejahteraan masyarakat lokal
meningkat - Pendapatan usaha wisata
meningkat - Perekonomian daerah
meningkat - Diversifikasi usaha
rumahtangga dan kecil meningkat dan menguntungkan
- Diversifikasi produk ekowisata budaya lokal upacara adat melaut, kerajinan
nipahpandan, seni dan tarian adat - Melibatkan masyarakat lokal dalam kegiatan
ekowisata pesisir dan budaya seperti: transportasi lokal, homestay, guide, usaha
cinderamata dan lainnya. - Peningkatan Upah Minimum Daerah.
- Peningkatan harga produk ekowisata dan fee untuk konservasi.
- Terbentuknya pola kemitraan antara pengusaha wisata dengan masyarakat lokal.
- Pemerintah kabupaten dan
provinsi - Masyarakat lokal
- Pengusaha wisata swasta
- Lembaga keuangan
172
No.
Dimensi pembangunan dan
atribut penting
Tujuan Program Output yang Diinginkan
Wujud KegiatanProgram Stakeholders
yang terlibat
3. Sosial - Kenyamanan
masyarakat lokal dan wisman
- Perubahan kualitas hidup masyarakat
lokal - Mempertahankan
sistem sosial sikap dan perilaku dan nilai
budaya lokal - Peningkatan
partisipasi masyarakat lokal
- Keberlanjutan sistem sosial masyarakat
- Keberlanjutan nilai budaya lokal yang berbasis konservasi
sumberdaya - Peningkatan kualitas hidup
masyarakat pendidikan, kesehatan, dan perumahan
- Pendidikan keagamaan dan sosial budaya. - Penyelenggaraan event budaya yang
kontinyu saat ini “Festival Togean”. - Mendirikan sanggar seni dan budaya.
- Pelatihan manajemen wisata bagi tenaga kerja lokal dan peningkatan jumlah
penggunaan tenaga kerja lokal. - Bantuan biaya pendidikan, kesehatan dan
perumahan bagi rumahtangga yang tidak mampu miskin.
- Masyarakat lokal - Pemda dan TNKT
- LSM - Usaha wisata
- Perguruan Tinggi
4. Kelembagaan - Efektivitas fee
konservasi sumberdaya
- Ketersediaan infrastruktur
pendukung - Meningkatkan peran
lembaga masyarakat dan kelembagaan
taman nasional - Mengurangi konflik
antar pengguna sumberdaya
- Keberlanjutan sumberdaya PPK bagi kegiatan ekowisata pesisir
dan kegiatan terkait lainnya - Keamanan dan kenyamanan
masyarakat lokal dalam berusaha
- Keamanan dan kenyamanan wisman dalam aktivitas
ekowisata pesisir - Optimasi penggunaan fee konservasi untuk
rehabilitasi mangrove dan terumbu karang. - Fee konservasi digunakan untuk membiayai
pengawasan penggunaan sumberdaya PPK oleh masyarakat lokal PAM SWAKARSA.
- Penyusunan peraturan tentang pembatasan pengaturan jumlah kunjungan wisman pada
musim puncak. - Koordinasi dan komunikasi aktif antara
masyarakat lokal dan pemerintah tentang keberadaan TNKT.
- Perbaikan infrastruktur penunjang seperti jalan desa, pelabuhan, jadwal transportasi,
penambahan prasarana komunikasi, penyediaan air bersih, prasarana kesehatan
poliklinikpuskesmas, WC umum dan rumahtangga, dan pengolah limbah.
- Intensitas promosi wisata Togean ditingkatkan.
- Penindakan tegas bagi pelanggar aturan formal dan nonformal.
- Masyarakat lokal - Pemda, pemerintah
pusat termasuk TNKT
- LSM - Usaha wisata
- Perguruan Tinggi
173 Keberlanjutan optimasi pengelolaan ekowisata pesisir yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah ketercapaian tujuan pengelolaan sumberdaya PPK kelestarian sumberdaya alam, budaya dan peningkatan kualitas hidup masyarakat dan daerah.
Hasil analisis dinamik menunjukkan bahwa jika atribut upaya konservasi diefektifkan, diversifikasi kegiatan ekowisata dan harga produk ekowisata
ditingkatkan, partisipasi masyarakat lokal ditingkatkan dan infrastruktur penunjang diperbaikiditambah akan melestarikan sumberdaya terumbu karang dan kualitas
hidup kesejahteraan masyarakat lokal. Nilai-nilai stok yang diperoleh dari hasil kombinasi seluruh atribut tersebut lebih tinggi jika dibandingkan nilai stok yang
diperoleh jika skenario optimis dilakukan secara parsial per atribut. Terkait kondisi tersebut, ada beberapa pertimbangan dalam penyusunan kebijakan
pengelolaan ekowisata pesisir yang optimal yakni: 1. Jika pengelolaan ekowisata pesisir mengutamakan pencapaian tujuan dan
besaran kuantitas output akhir keempat dimensi pengelolaan ekowisata pesisir di kawasan konservasi, maka diperlukan penggabungan atribut-atribut penting
terutama terkait dengan upaya konservasi optimasi pengelolaan fee konservasi dan bentuk lain program konservasi, diversifikasi dan peningkatan harga
produk ekowisata, partisipasi masyarakat lokal dan perbaikan infrastruktur. Konsekuensinya, diperlukan koordinasi dan kerjasama yang baik untuk seluruh
pemangku kepentingan stakeholder dalam menjalankan seluruh program dan dibutuhkan pembiayaan yang lebih besar dan waktu yang relatif lama.
Peningkatan biaya konservasi dapat diminimalisir iuran fee wisman bagi program konservasi sumberdaya. Fee yang dikenakan harus memenuhi prinsip:
pengguna dan poluter yang membayar user and polluter pay, biaya bersama cost sharing, perasaan, pemilikan dan mengurus bersama, sistim adaptif dan
pendekatan ekosistem Greiner et al. 2000. 2. Jika pengelolaan ekowisata pesisir dihadapkan pada kendala minimnya biaya
konservasi sumberdaya, maka penggabungan atribut yang terkait dengan aspek sosial budaya dapat diandalkan untuk dapat mengoptimalkan pengelolaan
ekowisata pesisir. Atribut-atribut tersebut yakni efektivitas nilai budaya lokal yang berbasis konservasi melalui atraksi wisata budaya PPK memancing,
“balobe”, pusat kerajinan anyaman nipahpandan, upacara adat tradisional dan
174 kesenian tradisional, peningkatan keterlibatan dan peran masyarakat lokal
dalam kegiatan ekowisata guide, transport lokal, dan homestay, penegakan aturan formal yang ada, dan meningkatkan kepercayaan wisman akan
kenyamanan dan keamanan dalam negeri Indonesia terutama dalam wilayah Kabupaten Tojo Una-Una dan khususnya kawasan obyek wisata gugus Pulau
Togean. Kekurangannya, pencapaian peningkatan luasan terumbu karang dan mangrove diketahui dalam jangka panjang. Kelebihannya, peningkatan wisman
setiap tahun dapat meningkatkan ekonomi masyarakat lokal dan penyerapan tenaga kerja.
3. Peningkatan kualitas hidup masyarakat lokal dan mengurangi konflik antar pengguna sumberdaya PPK dapat dilakukan dengan pemberian bantuan
prasarana dan sarana kesehatan, pendidikan, dan transportasi laut dan darat. 4. Bantuan dana untuk tujuan konservasi terumbu karang dan mangrove
diperkirakan mampu mempertahankan luas kawasan 1 ha per tahun yang diperoleh dari fee konservasi minimal Rp100 juta pertahun.
5. Harga produk ekowisata pesisir dapat ditingkatkan sampai Rp3 juta per wisman per kunjungan yang selanjutnya dapat meningkatkan dana fee konservasi dan
ekonomi lokal. 6. Jenis kegiatan ekowisata berbasis budaya lokal dengan penggunaan modal yang
relatif kecil dikelola masyarakat lokal yakni ekowisata pesisir kategori wisata mangrove, rekreasi pantai, snorkeling, kerajinan anyaman nipah, “balobe”,
kesenian tradisional, dan wisata dayung kayak dan perahu layar tradisional. Keseluruh pertimbangan tersebut dapat dilakukan secara terintegrasi dan
melibatkan seluruh pemangku kepentingan dalam kegiatan ekowisata PPK yakni masyarakat lokal pelaku utama, pengusaha wisata, perguruan tinggi, LSM,
pemerintah daerah dan pusat, dan kelembagaan pendukung terutama pemodal.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka hal-hal yang dijadikan sebagai kesimpulan dalam penelitian ini adalah:
1. Pengelolaan ekowisata pesisir di gugus Pulau Togean berdasarkan kondisi saat ini analisis statis berada dalam kategori cukup efektif 62.50. Secara
parsial, dimensi yang sangat efektif pengelolaannya saat ini adalah dimensi ekologi, dimensi sosial cukup efektif, dimensi ekonomi dan kelembagaan
pengelolaannya kurang efektif. Berdasarkan kondisi saat ini, akibat peningkatan kunjungan wisman dalam jangka panjang diperkirakan pada tahun ke-15 luas
kawasan ekowisata pesisir mengalami penurunan. Atribut penting untuk dioptimalkan dalam meningkatkan keefektifan pengelolaan ekowisata pesisir di
gugus Pulau Togean yakni kesesuaian ekowisata selam dan ekowisata mangrove, daya dukung ekologi dan sosial dipertahankan, harga dan
diversifikasi produkkegiatan ekowisata, perubahan kualitas hidup masyarakat dan kenyamanan beraktivitas, penyediaan infrastruktur penunjang dan
efektivitas pengelolaan dana fee konservasi bagi obyek ekowisata pesisir. 2. Optimasi pengelolaan ekowisata pesisir dapat dilakukan melalui integrasi
atribut-atribut dari keempat dimensi pembangunan hasil simulasi, yakni: a Mengoptimalkan penggunaan fee konservasi bagi kelestarian terumbu
karang, mangrove dan nilai budaya lokal, mengoptimalkan potensi obyek ekowisata saat ini ekowisata selam, dan mangrove dan ekowisata
alternatif melalui diversifikasi kegiatan ekowisata berbasis budaya lokal, peningkatan harga produk ekowisata, peningkatan partisipasi masyarakat
lokal dalam kegiatan ekowisata dan kenyamanan di lokasi ekowisata, dan didukung oleh ketersediaan infrastruktur penunjang.
b Integrasi atribut tersebut dapat meningkatkan luas kawasan ekowisata pesisir dari 70.39 ha menjadi 1 094.80 ha, peningkatan ekonomi masyarakat
lokal dan daerah dari Rp 359.56 juta menjadi Rp 5.42 milyar, penyerapan tenaga kerja dari 47 orang menjadi 974 orang dan peningkatan kunjungan
wisman dari 2 050 menjadi 20 000 orang.