41 dan yang memoderasi, kemudian membuat variabel laten interaksi
dengan cara mengalikan nilai standar indikator yang dimoderasi dengan yang memoderasi. Dalam penelitian ini tidak menggunakan
variabel moderator, tetapi menggunakan variabel intervening. f. Evaluasi goodness-of-fit
Evaluasi ini dibagi dua, yaitu outer model dan inner model. Outer
model reflektif terdiri dari: 1 Convergent validity
Pengujian validitas untuk indikator reflektif menggunakan korelasi antara skor item dengan skor konstruknya. Indikator dinyatakan
valid jika nilai loading factor di atas 0.5 terhadap konstruk yang dituju. Jika indikator dari variabel laten berkisar antara 3 sampai 7,
nilai 0.5 sampai 0.6 dianggap sudah cukup. 2 Discriminant validity
Metode yang digunakan untuk mengukur nilai discriminant validity adalah dengan melihat nilai square root of Average Variance
Extracted AVE. Nilai AVE yang direkomendasikan adalah lebih besar dari 0.50. Rumus yang dipakai adalah sebagai berikut:
3 Composite realibility Uji reliabilitas dilakukan dengan melihat nilai composite realibility
reliabilitas komposit dari blok indikator yang mengukur konstruk. Nilai batas yang diterima untuk tingkat
reliabilitas komposit ρc adalah ≥ 0.6, walaupun bukan merupakan standar absolut. Rumus
ρc adalah sebagai berikut:
Setelah model yang diestimasi memenuhi kriteria outer model, berikutnya dilakukan pengujian goodness of fit untuk inner model
...................... 1
................. 2
42 yang diukur menggunakan Q-Square predictive relevance. Rumus
Q-Square sebagai berikut:
Dimana R
1 2
, R
2 2
, …R
p 2
adalah R-square variabel endogen dalam model Interpretasi Q
2
sama dengan koefisien determinasi total pada analisis jalur mirip dengan R
2
pada regresi. g. Pengujian Hipotesis Resampling Bootstraping
Setelah keenam langkah dilakukan, langkah selanjutnya adalah menguji hipotesis yang telah ditentukan. Pengujian hipotesis dilakukan sebagai
berikut : 1 Hipotesis statistik untuk outer model:
H0 : λi = 0 lawan
H1 : λi ≠ 0
2 Hipotesis statistik untuk inner model: variabel laten eksogen terhadap endogen
Q
2
= 1-1-R
1 2
1-R
2 2
…1-R
p 2
........................ 3
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum dan Sejarah Perusahaan
Kalbe Farma didirikan pada tanggal 10 September 1966 yang diketuai oleh DR. Noenjamin Setiawan dan F. Bing Aryanto serta didukung oleh
keempat saudara lainnya. Pada awalnya perusahaan ini didirikan di sebuah garasi daerah Jakarta Utara dan akhirnya memiliki pabrik di Pulomas,
Jakarta Timur pada tahun 1971. Daerah aktifitasnya mulai berkembang, dari sebelumnya hanya di Jakarta; kini mulai merambah daerah-daerah lain di
Indonesia. Secara bertahap pertumbuhan cabang-cabang ini cukup pesat, terbukti dalam 10 tahun semenjak berdiri Kalbe telah mencakup wilayah
seluruh Indonesia.
Kalbe Farma memiliki visi, yaitu: menjadi perusahaan produk
kesehatan Indonesia terbaik yang didukung oleh inovasi, merek yang kuat, dan manajemen yang prima. Selain itu, misi dari Kalbe Farma ialah
meningkatkan kesehatan untuk kehidupan yang lebih baik. Nilai-nilai yang dibangun Kalbe Farma dalam menjalankan visi dan misinya, yaitu:
saling percaya sebagai pengikat diantara keluarga besar perusahaan, kesadaran penuh sebagai dasar setiap tindakan, inovasi sebagai kunci
keberhasilan, bertekad untuk menjadi yang terbaik, dan saling keterkaitan sebagai panduan hidup.
Periode berikutnya, di tahun 1976 1985 adalah era dimana
perkembangan fisik masih terus berlangsung dan dilanjutkan dengan diversifikasi usaha. Pada tahun 1977, Kalbe sudah menjadi salah satu
kekuatan utama pada kategori obat-obatan ethical dan mampu bersaing engan perusahaan-perusahaan multinasional. Langkah berikutnya adalah
memperkuat diri dibidang OTC Over The Counter. Untuk itu, pada tahun 1977 didirikan PT. Dankos Laboratories yang lebih memfokuskan diri
dibidang OTC. Pada tahun 1985, Kalbe mengakuisisi PT. Bintang Toedjoe yang juga kokoh di OTC serta PT. Hexpharm Jaya yang sebagian besar
produknya merupakan pemegang lisensi dari Jepang.
44 Selain diversifikasi dibidang farmasi, Kalbe Farma juga mulai
merambah bidang pengemasan dan makanan kesehatan. Sementara itu, sesuai dengan regulasi pemerintah pada tahun 1981; bisnis distribusi Kalbe
Farma dialihkan kepada PT. Enseval. Memasuki periode berikutnya tahun 1986 hingga Indonesia mengalami krisis keuangan di tahun 1997, Kalbe
Farma kembali ke bisnis inti core business. Meski pada awalnya masih agresif melakukan ekspansi dalam diversifikasi, namun Kalbe Farma
melakukan langkah-langkah konsolidasi dalam rangka kembali ke bisnis inti. Sayangnya, langkah tersebut belum cukup cepat sehingga Kalbe Farma juga
sempat merasakan imbas krisis keuangan pada tahun 1997. Manajemen Kalbe Farma memutuskan untuk fokus pada bidang-
bidang yang dipercaya menjadi lokomotif pertumbuhan di era berikutnya, seperti susu dan nutrisi bayi. Konsekuensinya adalah bisnis-bisnis yang
tidak relevan dijual atau dimitrakan oleh pihak asing, misalnya penjualan PT. Bukit Manikam Sakti yang bergerak dibidang makanan Arnotts. Bisnis
nutrisi makanan kemudian dikonsolidasi kedalam PT. Sanghiang Perkasa. Dipihak lain, Kalbe Farma mulai memasuki bisnis menuman energi pada
tahun 1993, dengan produknya Extra Joss. Pada periode ini juga tercatat beberapa keputusan penting para pendiri
Kalbe Farma untuk masuk menjadi perusahaan profesional. Tujuannya agar Kalbe Farma tetap berdiri secara kokoh dan terpercaya. Salah satu caranya
adalah dengan menjadi perusahaan publik. Langkah tersebut dimulai ketika pada awal tahun 1989 PT. Igar Jaya dan PT. Dankos Labrotaries melakukan
penawaran publik IPO initial public offering. Langkah tersebut kemudian dilanjutkan oleh penawaran publik untuk saham Kalbe sendiri pada tahun
1991 dan Enseval Putera Mega Trading EPMT pada tahun 1994. Puncak dari konsolidasi adalah penggabungan usaha antara Kalbe
Farma dengan Dankos serta Enseval menjadi satu perusahaan pada tanggal 16 Desember 2005 lalu. Tujuannya adalah menjadikan Kalbe Farma sebagai
perusahaan farmasi regional terbesar dikawasan Asia Tenggara sehingga peluang untuk meningkatkan efisiensi dan efektiftas kedepan menjadi
terbuka lebih lebar. Sementara itu Kalbe Farma juga mengambil ancang-