Metode Analisis Deskriptif Metode Analisis Data
38 dapat digunakan pada model yang sama, ukuran sampel tidak harus besar
seperti halnya SEM berbasis covariance yang diwakili oleh software AMOS dan LISREL. Atas keunggulan-keunggulan dari PLS tersebut, maka PLS
disebut sebagai metoda analisis yang powerfull dan sering disebut juga sebagai soft modeling karena meniadakan asumsi-asumsi OLS Ordinary
Least Squares regresi dan tidak adanya problem multikolonieritas antar variabel eksogen. PLS bukan saja dapat digunakan untuk mengkonfirmasi
teori, tetapi dapat juga digunakan untuk menjelaskan ada atau tidaknya hubungan prediktif antara variabel laten.
Menurut Jogiyanto 2011, metode PLS ini lebih unggul karena dapat mengatasi masalah indeterminancy, yaitu skor faktor yang berbeda dihitung
dari model faktor tunggal yang dihasilkan dan admissible data, yaitu ambiguitas data karena adanya varian unik dan varian error. PLS sebagai
model prediksi tidak mengasumsikan distribusi tertentu untuk mengestimasi parameter dan memprediksi hubungan kausalitas. Karena itu, teknik
parametrik untuk menguji signifikansi parameter tidak diperlukan. Langkah-langkah analisis menggunakan PLS adalah sebagai berikut
ini : a. Merancang model Struktural inner model
Menggambarkan hubungan prediktif antar variabel laten berdasarkan
pada substantif teori. Pada SEM perancangan model adalah berbasis
teori, akan tetapi pada PLS bisa berupa teori, hasil penelitian empiris, analogi, hubungan antar variabel pada bidang ilmu yang lain, normatif
misal peraturan pemerintah, undang-undang, dan lain sebagainya, dan rasional.
b. Merancang model pengukuran Mendefinisikan hubungan prediktif antar variabel laten dengan variabel
manifesnya indikatornya atau dapat dikatakan bahwa outer model mendefinisikan bagaimana setiap indikator berhubungan dengan
variabel latennya. Pada SEM berbasis covariance semua bersifat refleksif, model pengukuran tidak penting. Pada PLS perancangan outer
model sangat penting: refleksif atau formatif, dasarnya dapat berupa