Media Pembelajaran Keterampilan Mencuci Pakaian

113 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode yang digunakan berdasarkan wawancara dengan guru yaitu ada metode ceramah, demonstrasi, simulasi, latihan, tanya jawab, dan pemberian tugas. Namun, berdasarkan observasi dapat dilihat bahwa guru juga menggunakan prompts bantuan ketika siswa mengalami kesulitan, tetapi prompt juga dihilangkan secara bertahap ketika siswa sudah mampu yang dapat disebut dengan fading penghilangan bantuan secara bertahap. Selain itu guru juga menggunakan strategi shaping memberikan pujian bagi siswa yang selesai dengan benar pada setiap langkah mencuci dengan pemberian reinforcement positif penguatan positif. Setiap pertemuan pasti ada metode-metode tersebut, hanya saja metode tanya jawab kadang dilakukan di awal pembelajaran, kadang juga di akhir pembelajaran dan guru juga dapat melakukannya di setiap kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, hanya waktu pemberiannya saja yang berbeda.

f. Media Pembelajaran Keterampilan Mencuci Pakaian

Berdasarkan hasil pengumpulan data dengan wawancara pada guru kelas VA, observasi dan dokumentasi saat proses pembelajaran diperoleh informasi bahwa media yang digunakan adalah benda asli atau benda nyata yang berupa alat dan bahan yang diperlukan untuk mencuci pakaian. Alat tersebut antara lain ada ember, baskom plastik, sikat baju, jepitan baju, hanger dan pakaian yang kotor. Bahan mencuci pakaian yaitu ada air, dan sabun cucidetergen. Sedangkan tempat mencuci 114 pakaian langsung di tempat untuk mencuci pakaian sehingga siswa bisa langsung merasakan kegiatan mencuci pakaian dan tempat menjemurnya dilakukan di asrama. Dengan media yang nyata tersebut siswa dapat merasakan secara langsung kegiatan mencuci pakaian sehingga lebih mudah untuk memahami pembelajaran, mengingat mereka sulit untuk berfikir abstrak. Namun, di pertemuan pertama menjemur pakaiannya masih di tangga yang dekat kelas VA sehingga belum menggunakan tali jemuran. Pada pertemuan kedua dan selanjutnya tempat menjemurnya sudah dilakukan di asrama. Dari media yang digunakan sudah sesuai dengan karakteristik siswa tunagrahita karena telah menggunakan benda yang asli atau nyata. Guru juga menggunakan papan tulis ketika membuat pembelajaran mencuci pakaian menjadi tema dengan pembelajaran lainnya. Misalnya ketika menghitung jumlah gambar pakaian yang dijemur maka guru akan menggambar di papan tulis pakaian yang dijemur. Selain itu, untuk tematik juga menggunakan media cetak berupa kertas gambar yang telah ada gambar langkah-langkah mencuci pakaian yang kemudian siswa diminta mewarnai gambar tersebut. Beberapa hal tersebut, diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kelas VA pada tanggal 21 Februari 2015, yaitu: “Kalau untuk pembelajaran mencuci pakaian ini, medianya ya menggunakan alat dan bahan yang nyata seperti alat mencuci pakaian ada ember, sikat baju, jepitan baju dan hanger. Bahannya juga ada sabun cuci dan pakaian yang kotor. Nanti siswa dapat memperagakan langkah-langkah mencuci pakaian di kelas sehingga medianya benda yang nyata. Namun, juga menggunakan media cetak 115 yang berupa gambar langkah-langkah mencuci pakaian. Media tersebut ditentukan dengan melihat materi yang akan diberikan apa, kemampuan dan kondisi siswa yang lebih baik menggunakan benda konkrit, media yang mudah digunakan oleh siswa, serta tidak berbahaya bagi siswa itu sendiri. ” RA dan FA lebih dapat memahami dengan benda yang nyata karena mereka memang sulit untuk berfikir yang abstrak. Siswa juga sudah ada beberapa yang mengetahui tentang alat dan bahan mencuci pakaian, hanya beberapa yang belum mengetahui nama alatnya seperti jepitan baju dan hanger. Dengan adanya alat dan bahan yang asli, siswa akan dapat melihat, memegang dan menggunakannya secara nyata. Sedangkan untuk media cetak, siswa justru senang dengan mewarnai gambar mencuci pakaian. Selain untuk melatih motorik halusnya dalam menggerakan pensil warna juga dapat membantu siswa mengetahui langkah-langkah mencuci pakaian dengan melihat gambarnya.

g. Keberhasilan Pembelajaran Keterampilan Mencuci Pakaian

Dokumen yang terkait

Peran perpustakaan SLB dalam menumbuhkan kemampuan literasi informasi bagi anak tunanetra : studi kasus perpustakaan SlB-A Pembina Tingkat Nasioanl Jakarta

22 112 102

KEAKTIFAN BELAJAR SISWA TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS V B DALAM PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN PEMBERIAN REWARD DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA.

0 1 263

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN KRIYA KAYU PADA ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI RINGAN DI SEKOLAH LUAR BIASA YAPENAS SLEMAN.

7 37 134

KEEFEKTIFAN PENDEKATAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPAKAIAN PADA ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS IV DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA.

1 1 252

PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR TULISAN LABEL BUNGKUS MAKANAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA FUNGSIONAL PADA ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS VI SD DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA.

1 29 225

PEMBELAJARAN MOTORIK HALUS PADA ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS III DI SLB NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA.

0 9 186

EFEKTIVITAS PERMAINAN BUBUR KERTAS TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS SISWA TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS III DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA.

0 0 144

KEBIJAKAN PROGRAM KETERAMPILAN DENGAN SISTEM ROMBONGAN BELAJAR BAGI TUNAGRAHITA DI SEKOLAH LUAR BIASA PEMBINA YOGYAKARTA.

0 0 199

AKHIR Sekolah Luar Biasa (SLB) C Negeri Pembina

0 0 8

Efektivitas model pembelajaran “rombel” terhadap kompetensi keterampilan vokasional siswa tunagrahita di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Yogyaka

0 0 6