Aspek yang Dievaluasi dan Cara Penilaian

118 dapat dijadikan sebagai panduan dan adanya tempat menjemur pakaian yang dilakukan di asrama. Selain itu, juga adanya alat dan bahan mencuci pakaian meskipun masih kurang tetapi masih dapat digunakan untuk belajar mencuci pakaian.

5. Deskripsi Evaluasi Pembelajaran Keterampilan Mencuci Pakaian

Berdasarkan hasil pengumpulan data dengan wawancara pada guru kelas VA, observasi dan dokumentasi diperoleh informasi tentang hal-hal yang dievaluasi, cara penilaian, alat evaluasi, jenis evaluasi, dan hasil pembelajaran keterampilan mencuci pakaian. Berikut ini akan dideskripsikan tentang beberapa hal tersebut, yaitu:

a. Aspek yang Dievaluasi dan Cara Penilaian

Berdasarkan hasil pengumpulan data dengan wawancara pada guru kelas VA dan observasi diperoleh informasi bahwa aspek yang dievaluasi dalam pembelajaran mencuci pakaian meliputi mengetahui alat dan bahan yang digunakan saat melakukan kegiatan mencuci pakaian dan membedakan pakaian yang terkena noda serta yang tidak bernoda. Selain itu, juga dalam melakukan kegiatan mencuci pakaian sesuai langkah- langkahnya atau secara urut, gerakan dan posisi tangan saat melakukan kegiatan mencuci dan pakaian yang dicuci sudah bersih atau belum. Namun, guru lebih mengutamakan saat proses melakukan kegiatan mencuci pakaian dibanding hasil cucian yang bersih atau belum tersebut. Beberapa hal tersebut, diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kelas VA pada tanggal 23 Februari 2015, yakni: 119 “Aspek yang dievaluasi yaitu saat siswa mengenali bahan dan alat yang digunakan saat melakukan kegiatan mencuci pakaian, kemampuannya melakukan kegiatan mencuci pakaian sesuai langkah-langkahnya, gerakan dan posisi tangan saat melakukan kegiatan mencuci pakaian, saat mengikuti proses pembelajaran dan pakaian yang dicuci sudah bersih atau belum.” Dengan demikian, pelaksanaan evaluasi dilakukan dengan melihat saat proses melakukan kegiatan mencuci pakaian dan hasil cuciannya. Saat proses pembelajaan berlangsung, guru melakukan evaluasi ketika siswa masih belum benar melakukan langkah-langkah mencuci pakaian yaitu baik gerakannya, posisi tangan maupun urutan mencuci pakaian. Guru juga mereview kegiatan pembelajaran dan siswa diminta memperagakan lagi langkah-langkah mencuci pakaian di kelas. Hasil dari pembelajaran keterampilan mencuci pakaian ini dapat diamati secara langung yaitu pakaian yang dicuci sudah bersih atau belum. Namun, tidak semua siswa dilihat dari hasil cuciannya, tetapi yang terpenting adalah kemajuannya dalam melakukan kegiatan mencuci pakaian. RA dan FA dapat mencuci dengan bersih jika nodanya tidak banyak atau nodanya yang belum lama terkena di pakaian sehingga mudah untuk hilang. Namun, jika mencuci kain lap, masih ada beberapa yang bagian yang belum bersih karena menyikatnya belum kuat, apalagi FA yang motorik halusnya mengalami keterlambatan. Oleh karena itu, untuk FA ini guru melihat dari kemajuan gerakan atau posisi tangannya ketika melakukan setiap tahap mencuci pakaian. Jika RA dilihat dari kemampuannya melakukan kegiatan mencuci pakaian secara urut dan 120 benar gerakannya, jika sudah mampu beberapa kegiatan tersebut barulah dapat dilihat dari hasil cuciannya. Berdasarkan pengumpulan data dengan observasi dan wawancara pada guru kelas VA, bahwa penilaian tidak dilakukan secara tertulis, sehingga tidak ada catatan penilaian. Guru hanya perlu mengetahui siswa mampu, kurang mampu ataupun belum mampu dalam mencuci pakaian. Penilaian tersebut langsung dicatat di raport siswa terkait kemampuannya dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Pencatatan dilakukan pada bagian atau kolom raport tentang program khusus. Jadi, cara penilaiannya dilakukan sesuai aspek-aspek yang diamati dan dikategorikan mampu, kurang mampu dan belum mampu. Jika siswa kurang ataupun belum mampu dalam melakukan kegiatan mencuci pakaian maka kegiatan tersebut akan diulang-ulang oleh guru. Siswa mampu jika dapat melakukan kegiatan mencuci pakaian sendiri tanpa banyak bantuan. Siswa dikatakan kurang mampu jika dalam melakukan kegiatan mencuci pakaian membutuhkan banyak bantuan dan dikatakan belum mampu jika siswa belum bisa melakukannya. Namun, jika siswa melakukan kegiatan mencuci pakaian secara berulang-ulang, siswa akan mampu. Beberapa hal tersebut, diperkuat dengan hasil wawancara pada tanggal 23 Februari 2015, yaitu: “Kalau penilaiannya dilakukan secara bertahap sesuai urutan langkah-langkah mencuci pakaian, diamati peningkatan kemampuan siswa. Untuk mengetahui peningkatannya dilakukan perbandingan antara kemampuan pada pertemuan sebelumnya dengan pertemuan saat itu sampai pertemuan yang terakhir. Namun, penilaiannya tidak dilakukan secara tertulis, sehingga tidak ada catatan penilaian. Saya 121 hanya langsung menulisnya di raport bagian kolom yang progam khusus”

b. Jenis dan Alat Evaluasi

Dokumen yang terkait

Peran perpustakaan SLB dalam menumbuhkan kemampuan literasi informasi bagi anak tunanetra : studi kasus perpustakaan SlB-A Pembina Tingkat Nasioanl Jakarta

22 112 102

KEAKTIFAN BELAJAR SISWA TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS V B DALAM PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN PEMBERIAN REWARD DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA.

0 1 263

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN KRIYA KAYU PADA ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI RINGAN DI SEKOLAH LUAR BIASA YAPENAS SLEMAN.

7 37 134

KEEFEKTIFAN PENDEKATAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPAKAIAN PADA ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS IV DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA.

1 1 252

PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR TULISAN LABEL BUNGKUS MAKANAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA FUNGSIONAL PADA ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS VI SD DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA.

1 29 225

PEMBELAJARAN MOTORIK HALUS PADA ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS III DI SLB NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA.

0 9 186

EFEKTIVITAS PERMAINAN BUBUR KERTAS TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS SISWA TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS III DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA.

0 0 144

KEBIJAKAN PROGRAM KETERAMPILAN DENGAN SISTEM ROMBONGAN BELAJAR BAGI TUNAGRAHITA DI SEKOLAH LUAR BIASA PEMBINA YOGYAKARTA.

0 0 199

AKHIR Sekolah Luar Biasa (SLB) C Negeri Pembina

0 0 8

Efektivitas model pembelajaran “rombel” terhadap kompetensi keterampilan vokasional siswa tunagrahita di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Yogyaka

0 0 6