Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

megalami tahapan penurunan kepekaan dan peningkatan keinginan untuk melihat pornografi dan seterusnya akan timbul dorongan untuk meniru apa yang pernah dilihatnya. Dampak pornografi ini tentu juga mempengaruhi psikososialnya. Perkembangan psikososial adalah serangkaian tugas perkembangan atau tahapan perkembangan, termasuk di dalamnya perubahan dalam berpikir, berperasaan, bertingkah laku, menilai dan berinteraksi dengan orang lain dan diri sendiri. 9 Dari situlah remaja yang tercandu pornografi akan berpengaruh lebih luas atau kompleks. Konsentrasi dalam belajar juga akan terpecah karena di dalam otaknya sudah terdapat pornografi. Bahkan pornografi pada remaja bisa menyebabkan penyimpangan seksual dan tindakan kriminalitas jika remaja tidak bisa menyalurkan hawa nafsunya. Hal ini dapat dibuktikan seperti kasus pornografi yang dilakukan oleh 14 pemuda di daerah Bengkulu. Pada hari Senin, 4 April 2016 polisi menemukan mayat perempuan bernama Yuyun, dalam kodisi telanjang, tertutup daun pakis. Posisi badan menelungkup dan tangan terikat tali dari atas hingga ke bawah paha. Saat ditemukan, terdapat lebam bekas pukulan pada muka dan tanda kekerasan pada kemaluan korban. 10 Ahli Neuropsikologi Psikologi Saraf Ihsan Gumilaf memprediksi, kasus kejahatan seksual seperti yang dialami siswi SMP di Bengkulu, Yuyun, bakal terulang dalam waktu dekat. Kejahatan seksual seperti itu, 90 persen pelakunya 9 Amy Elizabeth Dupre Casanova, The Relationship Between Creativity and Psychosocial Development Among College Honor Students And Non-Honors Students, Disertasi Universitas Texas AM University,2008, h.14 10 Yuliardi Hardjo Putro, “Kronologi Kasus Kematian Yuyun di Tangan 14 ABG Bengkulu”, diakses pada 20 Mei 2016 dari http:regional.liputan6.comread2499720kronologi- kasus-kematian-yuyun-di-tangan-14-abg-bengkulu adalah remaja dan pemuda. Penyebabnya, karena pergaulan tak terkontrol, seperti orang dewasa memperkenalkan pornografi kepada anak kecil. Banyak pihak keliru menganggap tuak penyebab utama 14 pelaku kejahatan seksual kepada Yuyun. Minuman keras itu hanya pemicu. Penyebab utamanya, karena para tersangka rutin mengonsumsi tayangan pornografi, baik video maupun gambar. 11 Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawangsa pun menganalogikan bahaya pornografi seperti fenomena gunung es. Menteri Khofifah menegaskan bahwa sejak Februari 2015 lalu, Indonesia sudah menyatakan perang dan darurat pornografi. 12 Itu artinya tampak di bagian permukaan sedikit tetapi faktanya sangat banyak terjadi. Jumlah kasus kejahatan seksual oleh anak di bawah umur sebenarnya jauh lebih banyak lagi. Sebab tidak semuanya diliput situs berita di televisi maupun online. Serta perubahan zaman yang menyebabkan banyak remaja Indonesia melakukan seks bebas. Mayoritas remaja dapat dipastikan pernah menonton film dan melakukan pornografi. Tetapi menurut prinsip pekerja sosial yaitu tidak menghakimi, hal ini berarti pekerja sosial menerima klien dengan apa adanya disertai prasangka atau penilaian. Pekerja sosial tidak boleh meyatakan klien itu salah ataupun benar. Dalam menangani kasus pornografi remaja, peneliti sebagai pekerja sosial tidak boleh memberi penilaian atas sikap dan ucapan klien. Ini adalah salah satu alasan peneliti meneliti tentang dampak dari film pornografi ini. Karena jika nanti 11 Audrey Santoso, “Psikolog: Kasus Seperti Yuyun Terjadi karena Kecanduan Pornografi ”, diakses pada 20 Mei 2016 dari http:news.liputan6.comread2501381psikolog- kasus-seperti-yuyun-terjadi-karena-kecanduan-pornografi 12 Karta Raharja Ucu , “Mensos: Indonesia Darurat Pornografi” diakses pada 18 Febuari 2017 dari http:nasional.republika.co.idberitanasionalumum150916nurwi4282-mensos- indonesia-darurat-pornografi pekerja sosial berhadapan dengan kasus pornografi, pekerja sosial akan lebih mudah dalam memahami klien dan mendapatkan solusi yang tepat. Berdasarkan hasil wawancara dengan remaja, mereka beranggapan bahwa menonton film pornografi adalah hal yang wajar dan ketika sudah menjadi korban masyarakat baru menyadari akan hal itu. Dengan penelitian ini diharapkan masyarakat menyadari akan bahayanya kecanduan pornografi dan pihak-pihak tertentu bisa lebih peka untuk meminimalisir pornografi. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, maka peneliti ingin membuat judul sebagai berikut “Dampak Film Pornografi Terhadap Psikososial di Kalan gan Remaja Studi Kasus pada Remaja yang Berpacaran”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Karena permasalahan pornografi sangat kompleks maka peneliti membatasi fokus permasalahan yang akan dijadikan bahan penelitian. Yaitu yang akan menjadi pembatas masalah pada penelitian ini adalah dampak film pornografi terhadap psikososial remaja dan dampak pornografi terhadap remaja yang berpacaran.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan penelitian di atas, masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah Dampak pornografi terhadap psikososial remaja yang berpacaran. Dari permasalahan utama ini, peneliti selanjutnya merumuskan beberapa sub permasalahan, yaitu: a Bagaimana dampak psikososial pada remaja yang kecanduan film pornografi? b Bagaimana dampak film pornografi terhadap remaja yang berpacaran?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan penelitian tersebut, maka yang menjadi tujuan peneliti adalah: a Untuk mengetahui apa dampak psikososial pada remaja yang kecanduan film pornografi. b Untuk mengetahui apa dampak film pornografi terhadap remaja yang berpacaran.

2. Manfaat Penelitian

a Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mahasiswa khususnya jurusan Kesejahteraan Sosial yang nantinya akan berhadapan dengan kasus pornografi. Karena permasalahan pornografi pada remaja masih terus berkembang dan belum menemukan solusi yang tepat, sehingga diharapkan penelitian dapat menemukan solusi yang tepat untuk menangani kasus permasalahan pornografi pada remaja. b Manfaat Praktis Karena peneliti nantinya akan menjadi pekerja sosial yang mungkin saja akan menangani kasus pornografi maka dari itu hal ini mampu mempermudah peneliti dalam mencari solusi. c Manfaat Sosial Penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat luas terutama kepada orang tua agar tetap mewasapadai dan mengawasi anak mereka dari bahaya pornografi. Dan para orang tua, masyarakat, pelajar sadar akan dampak yang terjadi akibat pornografi yang dipengaruhi karena berbagai faktor.

D. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan metode penelitian kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang berlandaskan filsafat post positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, sebagai lawannya adalah eksperimen dimana peneliti adalah sebagai intrumen kunci, tekhnik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi gabungan, analisis data bersifat induktifkualitatif, dan hasil penelitian kualiatatif lebih menekan makna dari pada generalisasi. 13 Pengertian kualitatif menurut Strauss dan Corbin seperti yang dikutip oleh Lexy J. Moleong, penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai diperoleh dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi pengukuran. Penelitian kualitatif secara umum dapat digunakan untuk penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi organisasi, aktivitas sosial, dan lain-lain. Salah satu alasan menggunakan pendekatan kualitatif adalah 13 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan RD Bandung :CV Alfabeta Tahun 2013 cet-19 hal 9 pengalaman para peneliti dimana metode ini dapat digunakan untuk menemukan dan memahami apa yang tersembunyi dibalik fenomena yang kadangkala merupakan sesuatu yang sulit untuk dipahami secara memuaskan. 14 Istilah penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller seperti yang dikutip oleh Lexy J. Moleong, pada mulanya bersumber pada pengamatan kuantitatif yang dipertentangkan dengan pengamatan kualitatif. Pengamatan kualitatif melibatkan pengukuran tingkatan perhitungan atau angka suatu ciri tertentu. Di pihak lain kualitas menunjuk pada segi alamiah yang dipertentangkan dengan jumlah tersebut. Atas dasar petimbangan itulah maka kemudian penelitian kualitatif tampaknya diartikan sebagai penelitian yang tidak mengadakan perhitungan. 15 Sedangkan dalam penelitian sosial, dikenal adanya dua metodologi proses, prinsip dan prosedur yang ditempuh seorang peneliti dalam mendekati permasalahan dan mencari jawabannya yang dikenal dengan istilah kualitatif dan kuantitatif. 16 Menurut Bogdan dan Taylor seperti yang dikutip oleh Lexi J. Moleong, mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Sedangkan menurut Kirk dan Miller seperti yang dikutip oleh Lexy J. Moleong, mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental 14 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1993, Cetakan Ke-10, h. 3. 15 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001, h. 9. 16 Monasse Mallo, Metode Penelitian Sosial Jakarta: Penerbit Karunika, 1998, h. 31.