Teknik Penelitian Metodologi Penelitian

B. PORNOGRAFI

1. Pengertian Pornografi

Menurut “Ensiklopedia Hukum Islam”, pornografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu porne yang artinya perempuan jalang, sedangkan graphein artinya tulisan atau gambaran. Pornografi adalah bahan yang dirancang dengan sengaja dan semata-mata untuk membangkitkan nafsu birahi seksual atau syahwat. 2 Dalam buku Konsep Agama Islam Menanggulangi HIVAIDS, Prof Dadang Hawari menjelaskan lebih luas lagi tentang pornografi : Pornografi mengandung arti : a. Penggambaran tingkah laku secara erotis dengan perbuatan atau usaha untuk membangkitkan nafsu birahi seksual, misalkan dengan pakaian merangsang. b. Perbuatan atau sikap merangsang atau dengan melakukan perbuatan seksual cabul. Pornografi dapat dilakukan secara langsung seperti hubungan seksual, ataupun melalui media cetak dan elektronik, seperti gambar atau bacaan porno yang dengan sengaja dan dirancang untuk membangkitkan nafsu birahi. 3 Sedangkan dalam Undang-Undang tentang pornografi nomor 44 tahun 2008 dalam bab 1 pasal 1 yang dima ksud dengan “Pornografi” adalah “Materi Seksualitas yang dibuat oleh manusia dalam bentuk gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi danatau 2 Dadang Hawari. Konsep Agama Islam Menanggulangi HIVAIDS Jakarta : Dana Bhakti Prima Yasa, 2002, h.24 3 Ibid., h.24 pertunjukan dimuka umum yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma k esusilaan dalam masyarakat.” Menurut beberapa penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pornografi adalah segala bentuk materi baik audio, visual, dan audiovisual yang berada dalam konteks seksual berupa tulisan, gambar, tayangan yang berfokus pada alat kelamin dan perilaku seksual untuk keperluan kepuasan atau kesenangan seksual.

2. Macam- macam Pornografi

Menurut Dadang Hawari dalam bukunya yang berjudul “Konsep Agama Islam Menanggulangi HIVAIDS”, menyebutkan beberapa hal yang terkait dengan kategori pornografi anatara lain; a. Pakaian merangsang, misalnya pakaian mini yang menampakan tubuh bagaian atas dada dan payudara dan tubuh bagian bawah paha dan bokong, pakaian yang tipis menembus pandangan transparan, atau pakaian yang ketat melekat pada lekuk-lekuk tubuh sehingga membangkitkan nafsu birahi bagi yang memandangnya. b. Perbuatan atau sikap merangsang, misalnya pose “menantang” disertai ekspose bagian-bagian tubuh yang sensual payudara, paha, dan bokong, begitu pula sorotan mata dan ekspresi bibir. Termasuk dalam kategori ini gerak-gerik atau tarian erotis. c. Perbuaan seksual, termasuk perbuatan yang mendekatkan ke arah perbuatan perzinaan. Misalnya gambar baik di media cetak maupun