e. Faktor BLAST
Menurut Dra. Perwitasari, hal yang membuat seseorang mudah kecanduan pornografi adalah kondisi BLAST Bored, Lonely, Afraid,
Stress, Tired. Kondisi BLAST akan menuntut otak untuk melakukan sesuatu yang menstimulisasi keluarnya dopamin pada otak. Sehingga
menimbulkan rasa ketagihan, dan keinginan untuk mengulanginya kembali. Sedangkan menurut Elly Risman,Psi kondisi BLAST ini dapat
terjadi karena faktor pengasuhan orangtua yang terlalu sibuk dengan aktivitasnya sendiri dan cenderung kurang perhatian terhadap anak, serta
kurikulum di sekolah yang terlalu padat. Kondisi BLAST menyebabkan anak mudah diserang oleh pornografi.
4. Hukum Pornografi
a. Hukum Pornografi dalam Islam
Di dalam Islam masalah aurat sangat penting. Aisyah ra meriwayatkan bahwa Asma binti Abu Bakar saudaranya pernah masuk ke dalam rumah
Rasulullah s.a.w dengan berpakaian tipis sehingga nampak kulitnya. Rasulullah saw pun bersabda :
“ H
a H
a i
Asma, sesungguhnya seorang wanita apabila sudah balig mengalami haid, tidak patut diperlihatkan tubuhnya itu, melainkan ini dan ini
seraya menunjuk muka dan kedua telapak tangan.” HR Abu Dawud
Dalam agama Islam, sebenarnya sudah memperingatkan untuk tidak terjerumus ke dalam dunia pornografi dan pornoaksi. Terbukti dalam surah
Al-Isra ayat 32:
“Dan janganlah kalian mendekati zina: zina itu sungguh perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.”
b. Hukum Pornografi dalam UU No. 44 Tahun 2008
Dalam pasal 4 ayat 1 berbunyi “Setiap orang dilarang memproduksi, membuat, memperbanyak, menggandakan, menyebarluaskan, menyiarkan,
mengimpor, mengekspor, menawarkan, memperjual belikan, menyewakan atau menyediakan pornografi yang secara eksplisit memuat :
a Persenggamaan, termasuk persenggamaan yang menyimpang;
b Kekerasan seksual;
c Masturbasi atau onani;
d Ketelanjangan
atau tampilan
yang mengesankan
ketelanjangan; e
Alat kelamin; atau f
Pornografi anak A
yat 2 pasal 4 “Setiap orang dilarang menyediakan jasa pornografi yang:
a Menyajikan secara eksplisit ketelanjangan atau tampilan yang
mengesankan ketelanjangan;