Perbedaan pencapaian kompetensi siswa pada ranah kognitif,
78 berada pada interval 75-79 dan 80-845. Nilai afektif kelas kontrol
menunjukkan nilai rerata 80,89 dengan frekuensi terbesar nilai afektif kelas kontrol adalah 22,6 7 siswa berada pada interval 70-74 dan 80-
84. Frekuensi terkecil adalah 6,5 2 siswa berada pada interval 95-99. Perbandingan nilai afektif kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat
pada Gambar 15.
Gambar 15. Diagram Batang Perbandingan Rerata Nilai Afektif Hasil dari uji t hipotesis ini dilakukan dengan menguji hasil nilai
afektif antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Uji t menghasilkan nilai t
hitung
sebesar 2,565 dengan nilai df 60, sehingga t
tabel
untuk signifikansi 0,05 adalah 2,000. Data tersebut menunjukkan bahwa
t
hitung
t
tabel
maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hasil tersebut menyatakan bahwa terdapat perbedaan pencapaian afektif siswa yang menggunakan
model pembelajaran Project Based Learning berbantuan software Multisim dengan model pembelajaran konvensional.
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
eksperimen Kontrol
R e
ra ta
Kelas
79 Pencapaian
kompetensi dengan
menggunakan model
pembelajaran Project Based Learning berbantuan software Multisim
pada ranah afektif lebih tinggi dari konvensional dikarenakan model pembelajaran Project Based Learning menuntut siswa untuk aktif dalam
pembelajaran sehingga siswa tidak hanya terpaku oleh materi berupa teori yang disampaikan oleh guru akan tetapi siswa lebih cenderung
mengaplikasikan materi ke proyek yang dibuat. Selain itu siswa dapat berinteraksi dengan siswa yang lain dalam satu kelompok ataupun
kelompok yang lain untuk berdiskusi dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi. Oleh karena itu proses pembelajaran menjadi lebih
menarik dan tidak mudah membuat siswa bosan seperti halnya jika hanya memperhatikan materi yang dijelaskan oleh guru.
Pencapaian kompetensi
dengan menggunakan
model pembelajaran Project Based Learning pada ranah psikomotorik dilihat
dari nilai psikomotorik kelas kontrol dan kelas eksperimen. Nilai psikomotorik kelas eksperimen menunjukkan nilai rerata 78,63 dengan
frekuensi terbesar nilai psikomotorik kelas eksperimen adalah 38,7 12 siswa berada pada interval 79-85. Frekuensi terkecil adalah 9,7 3
siswa berada pada interval 65-71. Nilai psikomotorik kelas kontrol menunjukkan nilai rerata 72,71 dengan menunjukkan bahwa frekuensi
terbesar nilai psikomotorik kelas kontrol adalah 58 18 siswa berada pada interval 67-71. Frekuensi terkecil adalah 3,2 1 siswa berada
pada interval 62-66. Perbandingan nilai psikomotorik kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada Gambar 16.
80 Gambar 16. Diagram Batang Perbandingan Rerata Nilai Psikomotorik
Hasil dari uji t hipotesis ini dilakukan dengan menguji hasil nilai psikomotorik
antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Uji t menghasilkan nilai t
hitung
sebesar 2,823 dengan nilai df 60, sehingga t
tabel
untuk signifikansi 0,05 adalah 2.000. Data tersebut menunjukkan bahwa t
hitung
t
tabel
maka H
O
ditolak dan H
a
diterima. Hasil tersebut menyatakan bahwa
terdapat perbedaan pencapaian
psikomotorik siswa yang
menggunakan model pembelajaran Project Based Learning berbantuan software Multisim dengan model pembelajaran konvensional.
Pencapaian kompetensi
dengan menggunakan
model pembelajaran Project Based Learning berbantuan software Multisim pada
ranah psikomotorik lebih tinggi dari konvensional dikarenakan model pembelajaran Project Based Learning menggunakan penugasan berupa
proyek yang dikerjakan oleh siswa. Proyek yang dibuat dikaitkan dengan pengaplikasian materi kedalam dunia nyata. Proyek yang diberikan pada
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
eksperimen Kontrol
R e
ra ta
Kelas
81 penelitian ini yaitu berupa penerapan gerbang logika pada kendali lampu
ruangan. Model pembelajaran Project Based Learning ini memiliki beberapa
langkah dalam pelaksanaanya, namun secara garis besar dibagi dalam tiga tahapan yaitu perencanaan proyek, pembuatan proyek
dan pembuatan laporan. Tahap perancanaan proyek berguna untuk melatih
siswa agar memiliki sikap mandiri, bertanggung jawab dan dapat memecahkan suatu masalah dalam pembelajaran. Tahap selanjutnya
yaitu pembuatan proyek, tahap ini bertujuan untuk melatih siswa agar lebih aktif dan terampil dalam penguasaan materi pelajaran dengan
dengan memanfaatkan pembuatan proyek. Pembuatan proyek dilakukan dengan menggunakan software untuk merancang rangkaian digital yang
dapat langsung disimulasikan oleh siswa, sehingga siswa akan lebih mudah memahami prinsip kerja sebuah rangkaian digital, dengan
demikian jika dilakukan praktek pemasangan menggunakan komponen siswa akan mengetahui prinsip dasar dari rangkaian yang mereka buat
sehingga mengurangi resiko kesalahan pemasangan komponen. Tahap terakhir adalah pembuatan laporan hasil kerja siswa yang digunakan guru
dalam melakukan penilaian.
82