Siklus II Pelaksanaan Tindakan Kelas
130
yang berhasil dibentuk, setiap kelompoknya terdiri dari 6 sampai 7 orang anggota.
Peneliti menjelaskan bahwa kelompok yang sudah dibentuk tidak dapat diganti lagi. Kelompok yang ada
sudah dipertimbangkan kemaslahatannya, sehingga akan seimbang dan dapat berkompetisi dengan sehat.
2 Mengajukan pertanyaan Setelah kelompok sudah berhasil dibentuk, guru
mengajukan soalpertanyaan tentang materi yang sudah diberikan pada siswa yang sudah dibagi dalam kelompok
sesuai dengan nomor, pertanyaan tersebut dikerjakan secara individu, kemudian jawaban yang diperoleh didiskusikan
dengan anggota kelompoknya untuk menemukan jawaban yang benar.
3 Berfikir bersama Pada tahap ini siswa mulai berdiskusi untuk
memperoleh jawaban yang benar dari soalpertanyaan yang diajukan. Dalam berdiskusi siswa dituntut untuk aktif dan
berpartisipasi mengeluarkan ide-ide atau gagasan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan. Hasil
diskusi kelompok ini ditulis dalam buku masing-masing anggota kelompok untuk dipresentasikan dengan tidak
mengubah jawaban yang telah dikerjakan. Hal ini dilakukan
131
agar siswa dapat mengerti dan membedakan antara pekerjaan pribadinya dengan hasil belajar dengan
kelompoknya. 4 Menjawab pertanyaan
Pada tahap ini guru mengajukan pertanyaan yang sudah diberikan dan memanggil peserta didik yang
memiliki nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok, kemudian siswa mengajukan jawaban-jawaban dan
mempresentasikannya di depan kelas, kemudian ditanggapi oleh kelompok lain.
5 Guru meminta siswa mengerjakan praktek membuat hiasan pada busana embroidery khususnya membuat variasi
bordir sasak. c Penutup
Setelah kegiatan belajar mengajar selesai guru bersama siswa mereflesikan pengetahuan yang telah didapat oleh siswa
dan guru mengevaluasi sebagian dari hasil pekerjaan siswa bersama-sama sebagai hasil kesimpulan dari materi yang telah
di ajarkan.
3 Pengamatan
Pada siklus kedua ini pengamatan dilakukan untuk mengetahui kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa, keaktifan
siswa, dan minat belajar siswa dalam membuat hiasan pada busana
132
embroidery melalui model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together NHT. Pada siklus kedua ini telah
melalui perbaikan pada siklus pertama, ini terlihat guru sudah terbiasa pada penerapan pembelajaran kooperatif tipe numbered
head together NHT, guru lebih aktif dalam memantau siswa dalam berdiskusi pada masing-masing kelompok. Suasana dan
situasi di dalam kelas pada siklus kedua ini terlihat banyak siswa yang sudah ikut berpartisipasi ini ditunjukan dengan siswa aktif
bertanya dan mampu bekerja sama pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Hal ini berdampak pada hasil penilaian sikap
siswa di kelas selama pembelajaran berlangsung. Dalam penelitian tindakan kelas ini, digunakan lembar
observasi untuk mengetahui proses belajar siswa, dan lembar angket untuk mengetahui minat belajar siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Pengamatan melalui lembar observasi terhadap kegiatan belajar yang dilakukan meliputi kegiatan
pendahuluan terdiri dari 6 aspek yang diamati, kegiatan inti terdiri dari 6 aspek, dan kegiatan menutup pelajaran terdiri dari 3 aspek
yang diamati. Dari hasil pengamatan diperoleh ada 4.25 siswa yang mengamati pada kegiatan pendahuluan dalam melakukan
kegiatan belajar membuat hiasan pada busana embroidery, 4.13 siswa yang mengamati pada kegiatan inti dalam melakukan
kegiatan belajar membuat hiasan pada busana embroidery, dan
133
2.19 siswa yang mengamati pada kegiatan menutup pelajaran dalam kegiatan belajar membuat hiasan pada busana embroidery.
Dari hasi pengamatan diperoleh nilai rata-rata mean 10.56, dengan nilai tengah median 11, dan nilai yang sering muncul
mode adalah 12. Penjelasan data diatas merupakan data deskriptif yang
diperoleh melalui lembar observasi dan catatan lapangan. Lembar angket minat belajar siswa diberikan ketika pembelajaran siklus
pertama untuk mengetahui peningkatan minat belajar siswa kelas XI busana di SMK Karya Rini YHT Kowani Yogyakarta dalam
membuat hiasan pada busana embroidery. Pada siklus kedua pencapaian skor meningkat, Berdasarkan
nilai rata-rata minat siswa dari 32 siswa mengalami peningkatan 23.39 dengan nilai rata-rata Mean yang dicapai adalah 91.66 ,
dengan nilai tengah Median yaitu 92, dan nilai yang sering muncul Mode adalah 90 dapat dilihat pada lampiran. Mean
terletak pada kategori tinggi yaitu pada kelas interval antara 82 ≤
s ≤ 100. Berdasarkan nilai yang disajikan, hasil minat belajar siswa
pada pra siklus dari 32 siswa dapat dikategorikan pada tabel kategori skor minat belajar siswa berikut ini:
134
Table 13. Kategori minat belajar siswa siklus II No. Interval Nilai
Kategori Frekuensi Persentase
1. 82
≤ s ≤ 100 Sangat Tinggi 32
100 2.
63 ≤ s ≤ 81
Tinggi 3.
44 ≤ s ≤ 62
Cukup 4.
25 ≤ s ≤ 43
Rendah Jumlah
32 100
Berdasarkan data tabel kategori skor minat belajar siswa pada siklus II, siswa yang mengikuti pembelajaran membuat hiasan pada
busana embroidery menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan minat belajar siswa dimana siswa
yang berjumlah 32 orang atau 100 telah mencapai kategori sangat tinggi dan minat belajar siswa mengalami peningkatan yang
sangat baik. Hal ini ditunjukkan juga dengan nilai rata-rata kelas yang meningkat sebesar 23.39, dimana pada siklus pertama nilai
rata-rata yang diperoleh 74.28 dan siklus kedua meningkat menjadi 91.66. ini berarti model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat
menarik perhatian siswa, dan siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan perasaan senang, penuh perhatian, dan harapan serta
memahami bahan belajar membordir sangat mendukung kebutuhan akan penampilan berbusana yang indah dan memiliki bekal
ketrampilan dalam membuat hiasan pada busana embroidery.
4 Refleksi
Refleksi dilakukan berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada siklus I sampai siklus II terlihat bahwa proses
135
belajar mengajar membuat hiasan pada busana embroidery dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
numbered head together NHT dapat meningkatkan minat belajar siswa dalam membuat hiasan pada busana embroidery khususnya
dalam membuat bordir sasak. Hasil yang didapat pada siklus II sangat memuaskan sesuai
dengan harapan, karena dari hasil pengamatan terlihat guru sudah terbiasa pada penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT, guru
lebih aktif dalam memantau siswa dalam berdiskusi pada masing- masing kelompok. Suasana dan situasi di dalam kelas pada siklus
kedua ini terlihat banyak siswa berpartisipasi pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Hal ini berdampak pada hasil
penilaian sikap siswa di kelas selama pembelajaran berlangsung. Berdasarkan refleksi tersebut maka, peneliti yang
berkolaborasi dengan guru dan teman sejawat menyimpulkan bahwa pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe
numbered head together NHT dalam membuat hiasan pada busana embroidery khususnya bordir sasak dapat meningkatkan
minat belajar siswa. Dengan adanya peningkatan minat belajar siswa pada siklus
kedua, sesuai dengan kriteria keberhasilan tindakan yang ingin dicapai yaitu, perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku siswa
setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya. Dengan minat
136
belajar yang lebih baik dari yang sebelumnya dan ditunjukkan pada kategori skor minat bahwa 100 siswa sudah mendapatkan
skor diatas rata-rata maka penelitian tindakan kelas ini tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya, dan penelitian ini telah
dianggap berhasil.