Suhu 3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Reaksi

201 Gambar 10. 7 Campuran 2 f ase dan 1 f ase Kit a mungkin bert anya mengapa f ase berbeda dengan ist ilah keadaan f i si k padat , cair dan gas. Fase j uga meliput i padat , cair dan gas, t et api lebih sedikit luas. Fase j uga dapat dit erapkan dalam dua zat cair sebagai cont oh, minyak dan air dimana keduanya t idak saling melarut kan. Kit a dapat meli hat bat as diant ara kedua zat cair t ersebut . Gambar 10. 8 Campuran 2 f ase Jika Anda lebih cermat , sebenarnya diagram diat as menggambarkan lebih dari f ase yang dit erakan. Masing-masing, sebagai cont oh, beaker kaca merupakan f ase zat padat . Sebagian besar gas yang berada diat as zat cair j uga merupakan salah sat u f ase lainnya. Kit a t idak perlu memperhit ungkan f ase-f ase t ambahan ini karena mereka t idak mengambil bagian dalam proses reaksi. F. Katalis Homogen Bagian ini meliput i penggunaan kat alis dalam f ase berbeda dari reakt an. Cont oh-cont oh meliput i kat alis padat dengan reakt an- reakt an dalam f ase cai r maupun gas. 202

10. 4 Teori Tumbukan

Teori t ent ang t umbukan didasarkan at as t eori kinet ik gas yang mengamat i t ent ang bagaimana suat u reaksi kimia dapat t erj adi. Menurut t eori t ersebut kecepat an reaksi ant ara dua j enis molekul A dan B sama dengan j umlah t umbukan yang t erj adi per sat uan wakt u ant ara kedua j enis molekul t ersebut . Jumlah t umbukan yang t erj adi persat uan wakt u sebanding dengan konsent rasi A dan konsent rasi B. Jadi makin besar konsent rasi A dan konsent rasi B akan semakin besar pula j umlah t umbukan yang t erj adi. Gambar 10. 9 Tumbukan Molekul Teori tumbukan ini ternyata memiliki beberapa kelemahan, antara lain : x Tidak semua t umbukan menghasilkan reaksi sebab ada energi t ert ent u yang harus dilewat i disebut energi akt ivasi = energi pengakt if an unt ak dapat menghasilkan reaksi. Reaksi hanya akan t erj adi bila energi t umbukannya lebih besar at au sama dengan energi pengakt if an Ea. x Molekul yang lebih rumit st rukt ur ruangnya akan menghasilkan t umbukan yang t idak sama j umlahnya j ika dibandingkan dengan molekul yang sederhana st rukt ur ruangnya. Teori t umbukan di at as diperbaiki oleh t eori keadaan t ransisi at au t eori laj u reaksi absolut . Dalam t eori ini diandaikan bahwa ada suat u keadaan yang harus dilewat i oleh molekul-molekul yang bereaksi dalam t uj uannya menuj u ke keadaan akhir produk. Keadaan t ersebut dinamakan keadaan t ransisi. Mekanisme reaksi keadaan t ransisi dapat dit ulis sebagai berikut : Dimana: - A dan B adalah molekul-molekul pereaksi - T adalah molekul dalam keadaan t ransisi -C dan D adalah molekul-molekul hasil reaksi. 203 Secara diagram keadaan t ransisi ini dapat dinyat akan sesuai kurva berikut : Gambar 10. 10 Kurva Hubungan Energi Reaksi Dengan Koordinat Reaksi Dari diagram t erlibat bahwa energi pengakt if an Ea merupakan energi keadaan awal sampai dengan energi keadaan t ransisi. Hal it u berart i bahwa molekul-molekul pereaksi harus memiliki energi paling sedikit sebesar energi pengakt if an Ea agar dapat mencapai keadaan t ransisi T dan kemudian menj adi hasil reaksi C + D. Cat at an : Energi pengakt if an = energi akt ivasi adalah j umlah energi minimum yang dibut uhkan oleh molekul-molekul pereaksi agar dapat melangsungkan reaksi. Dalam suat u reaksi kimia berlangsungnya suat u reaksi dari keadaan semula awal sampai keadaan akhir diperkirakan melalui beberapa t ahap reaksi. Cont oh : g Br 2 Og H 2 g O HBrg 4 2 2 2 o D C T B A o o 204 Nilai dari k bergant ung pada reaksi part icular yang diket ahui sebagai t emperat ure pada saat reaksi t erj adi Dari persamaan reaksi di at as t erlihat bahwa t iap 1 molekul O 2 bereaksi dengan 4 molekul HBr. Suat u reaksi baru dapat berlangsung apabila ada t umbukan yang berhasil ant ara molekul-molekul yang bereaksi. Tumbukan sekaligus ant ara 4 molekul HBr dengan 1 molekul O 2 kecil sekali kemungkinannya unt uk berhasil. Tumbukan yang mungkin berhasil adalah t umbukan ant ara 2 molekul yait u 1 molekul HBr dengan 1 molekul O 2 . Hal ini berart i reaksi di at as harus berlangsung dalam beberapa t ahap dan diperkirakan t ahap-t ahapnya adalah : Tahap 1: lambat HOOBr 2 O HBr o Tahap 2: cepat 2HOBr HOOBr HBr o Tahap 3: cepat 2 x Br O H HOBr HBr 2 2 o 2 2 2 Br 2 O 2H - - O HBr 4 Dari cont oh di at as t ernyat a secara eksperimen kecepat an berlangsungnya reaksi t ersebut dit ent ukan oleh kecepat an reaksi pembent ukan HOOBr yait u reaksi yang berlangsung paling lambat . Rangkaian t ahap-t ahap reaksi dalam suat u reaksi disebut mekanisme reaksi dan kecepat an berlangsungnya reaksi keseluruhan dit ent ukan oleh reaksi yang paling lambat dalam mekanisme reaksi. Oleh karena it u, t ahap ini disebut t ahap penent u kecepat an reaksi. 10. 5 Orde Reaksi Orde suat u reaksi ialah j umlah semua eksponen dari konsent rasi dalam persamaan laj u. Orde reaksi j uga menyat akan besarnya pengaruh konsent rasi reakt an pereaksi t erhadap laj u reaksi Jika laj u suat u reaksi berbanding lurus dengan pangkat sat u konsent rasi dari hanya sat u pereaksi Laj u = k [ A] Maka reaksi it u dikat akan sebagai reaksi or de per t ama. Penguraian N 2 O 5 merupakan suat u cont oh reaksi orde pert ama. Jika laj u reaksi it u berbanding lurus dengan pangkat dua suat u pereaksi, Laj u = k[ A] 2 At au berbanding lurus dengan pangkat sat u konsent rasi dari dua pereaksi, Laj u = k [ A] [ B] Maka reaksi it u disebut reaksi or de kedua. Dapat j uga disebut orde t erhadap masing-masing pereaksi. Misalnya dalam persamaan t erakhir it u adalah orde pert ama dalam A dan orde dalam B, at au orde kedua secara keseluruhan. Suat u reaksi dapat berorde ket iga at au mungkin lebih t inggi lagi, t et api hal-hal semacam it u sangat j arang. Dalam reaksi yang rumit , laj u it u mungkin berorde pecahan, 205 Sat uan konst ant a laj u umumnya adalah mol L -1 s -1 . misalnya orde pert ama dalam A dan orde 0, 5 dalam B at au berorde 1, 5 secara keseluruhan. Suat u reaksi dapat t ak t ergant ung pada konsent rasi suat u pereaksi. Perhat ikan reaksi umum , yang t ernyat a berorde pert ama dalam A. Jika kenaikan konsent rasi B t idak menaikkan laj u reaksi, maka reaksi it u disebut orde nol t erhadap B. Ini bisa diungkapkan sebagai : Laj u = k[ A] [ B] = k[ A] Orde suat u reaksi t ak dapat diperoleh dari koef isien pereaksi dalam persamaan berimbangnya. Dalam penguraian N 2 O 5 dan NO 2 , koef isien unt uk pereaksi dalam masing-masing persamaan berimbang adalah 2 t et api reaksi pert ama bersif at orde pert ama dalam N 2 O 5 dan yang kedua berorde kedua dalam NO 2 . Sepert i dilukiskan oleh cont oh. Cont oh: Perhat ikan reaksi umum AB 2 B 2A 2 o dan dat a eksperimen berikut : Tabel 10. 1 Dat a hasil eksperimen Eksperimen [ A] [ B] Laj u ml. L -1 s -1 1 0, 50 0, 50 1, 6x10 -4 2 0, 50 1, 00 3, 2x10 -4 3 1, 00 1, 00 3, 2x10 -4 Tulislah persamaan laj u yang paling mungkin unt uk reaksi ini: Jawaban : Dengan membandingkan dat a dalam eksperimen 2 dengan dat a eksperimen 1, orang akan melihat bahwa bila konsent rasi B 2 diduakalikan, maka laj u diduakalikan. Jadi reaksi it u berorde pert ama dalam B 2 . Dengan membandingkan dat a dalam eksperimen 3 dengan dat a eksperimen 2, orang akan melihat bahwa bila konsent rasi A diduakalikan, laj u t idak berubah. Jadi reaksi it u berorde nol dalam A. Maka persamaan laj u yang paling mungkin adalah 2 B A k Laju at au 2 B k Laju Suat u pereaksi malahan dapat t idak muncul dalam persamaan laj u suat u reaksi. Orde suat u reaksi diberikan hanya at as dasar penet apan eksperiment al dan sekedar memberi inf ormasi mengenai cara laj u it u bergant ung pada konsent rasi pereaksi-pereaksi t ert ent u. Ramalan t eorit is mengenai orde-orde dari reaksi-reaksi yang kurang dikenal j arang berhasil. Misalnya menget ahui bahwa reaksi ant ara H 2