3. Berpikir bersama
Dalam  fase  ini  setelah  siswa  mendapat  lember  kerja,  siswa  diminta untuk  menyelesaikan  soal  yang  ada  dengan  berdiskusi  dan
mengeluarkan seluruh ide-ide yang mereka miliki. 4.
Menjawab Dalam  fase  ini  guru  memanggil  satu  nomor,  kemudian  siswa  yang
memiliki  nomor  tersebut  dari  masing-masing  kelompok  maju mewakili  kelompoknya  untuk  menjawab  pertanyaan  yang  telah  di
diskusikan sebelumnya.
3. Kemapuan Berpikir Kritis
a. Pengertian Berpikir
Arti  k ata  dasar  “pikir”  dalam  Kamus  Besar  Bahasa  Indonesia
adalah  akal  budi,  ingatan,  angan-angan . “Berpikir” artinya menggunakan
akal  budi  untuk  mempertimbangkan  dan  memutuskan  sesuatu, menimbang-nimbang dalam ingatan.
23
Menjalani kehidupan sehari-hari kita seringkali dihadapkan dengan permasalahan  yang perlu dipikirkan dan dipecahkan. Untuk memecahkan
suatu  permasalahan  kita  dituntut  untuk  membuat  sebuah  keputusan  yang tepat. Namun dalam menentukan sebuah keputusan bukan sebuah hal yang
mudah,  dalam  proses  pembuatan  keputusan  memerlukan  pemikiran  yang mendalam dan kritis tentang permasalah tersebut.
Berpikir  merupakan  suatu  hal  yang  diberikan  oleh  Tuhan  kepada manusia,  sehingga  manusia  menjadi  makhluk  yang  dimuliakan.  Menurut
Gilmer,  “berpikir  merupakan  suatu  pemecahan  masalah  dan  proses penggunaan  gagasan  atau  lambang-lambang  pengganti  suatu  aktivitas
23
Wowo S. Kuswana, Taksonomi Berpikir, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011, h.1
yang  tampak  secara  fisik.
24
Dilihat  dari  perspektif  psikologi,  berpikir merupakan cikal bakal ilmu yang sangat kompleks.
Secara  umum,  berpikir  didefinisiskan  sebagai  suatu  kegiatan mental
untuk memperoleh
pengetahuan. Dalam
pembelajaran, kemampuan
berpikir dapat
dikembangkan dengan
memperkaya pengalaman  yang  bermakna  melaui  persoalan  pemecahan  masalah.
25
Kemampuan yang diajarkan kepada siswa terdiri dari kemampuan berpikir tingkat rendah dan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Mengembangkan  kemampuan  berpikir  siswa  menjadi  fokus  para pendidik  dalam  kelas.  Berpikir  adalah  memanipulasi  atau  mengelola  dan
mentranformasikan  informasi  dalam  memori.  Ini  sering  dilakukan  untuk membentuk  konsep,  bernalar  dan  berpikir  secara  kritis  dalam  membuat
keputusan,  dan  memecahkan  masalah.  Aktivitas  berpikir  dalam matematika  adalah  aktivitas  untuk  dapat  merumuskan  pengertian,
mensintesis, dan menarik kesimpulan. Keterampilan berpikir sejalan dengan wacana meningkatkan mutu
pendidikan  adalah  melalui  proses  pembelajaran  sesuai  dengan  tuntutan tujuan atau hasil belajar. Salah satu ciri utama yang menjadi keberhasilan
dalam  pembelajaran  dapat  terlihat  pada    kemampuan  pengetahuan, keterampilan,  dan  cara  bersikap.
26
Dengan  adanya  tuntutan  dalam  hasil belajar  maka  pembelajaran  keterampilan  berpikir  merupakan  aspek
strategis  dalam  meningkatkan  kualitas  pembelajaran  yang  berorientasi pada pencapaian hasil yang terstandar.
Proses  berpikir  merupakan  peristiwa  mencampur,  mencocokan, menggabungkan,
menukar, dan
mengurutkan konsep-konsep,
24
Ibid., h.2
25
Dina Mayadiana, S., Suatu Alternatf Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika, Jakarta: Cakrawala Maha Karya, 2009, h. 3
26
Wowo, op. cit., h.23
persepsi-persepsi,  dan  pengalaman  sebelumnya.
27
Sebagaimana  kita ketahui,  bahwa  berpikir  tidak  dapat  dibatasi  oleh  ruang  dan  waktu.
Seseorang  dapat  memikirkan  masalah-masalah  yang  muncul  dari  situasi dan kondisi masa kini, masa lampau, ataupun masalah-masalah yang akan
muncul dimasa yang akan datang. Beberapa  keterampilan  berpikir  yang  dapat  meningkatkan
kecerdasan  memproses  adalah  keterampilan  berpikir  kritis,  keterampilan kreatif,  keterampilan  mengorganisir  otak,  dan  keterampilan  analisis.
Kurikulum  2006  yang  dikenal  Kurikulum  Tingkat  Satuan  Pendidikan KTSP  memasukan  keterampilan-keterampilan  berpikir  harus  dikuasai
anak disamping materi isi yang merupakan pemahaman kosep.
28
Menurut  Sabandar,  belajar  matematika  berkaitan  erat  dengan aktifitas  dan  proses  belajar  serta  berpikir,  karakteristik  matematika
merupakan  suatu  ilmu  dalam  pola  berpikir,  pola  mengorganisasikan pembuktian logis, dengan menggunakan bahasa yang didefinisikan dengan
cermat,  jelas,  dan  akurat.
29
Pola  berpikir  pada  aktivitas  matematika  ini terbagi  dua  yaitu  berpikir  tingkat  rendah  low-order  mathematical
thinking  dan  berpikir  tingkat  tinggi  high-order  mathematical  thinking. Berpikir  kritis  merupakan  salah  satu  kemampuan  dalam  berpikir  tingkat
tinggi high-order mathematical thinking.
b. Pengertian Berpikir Kritis
Menurut  John  Dewey,  “berpikir  kritis  adalah  pertimbangan  yang aktif,  terus  menerus  dan  teliti  mengenai  sebuah  keyakinan  atau  bentuk
pengetahuan  yang  diterima  dengan  menyertakan  alasan-alasan  yang
27
Ibid., h. 3
28
Dina Mayadiana S, op. cit., h.2
29
Budi Manfaat dan Zara Zahra A., Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa dengan Menggunakan Graded Response Models. Prosiding Seminar Nasional Jurusan Pendidikan
Matematika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta, 2013, h. MP-119.
mendukung  dan  kesimpulan-kesimpulan  rasional ”.
30
Secara  khusus pemikiran  kritis  berarti  mempertimbangkan  secara  cermat  masalah,
pertanyaan, atau situasi demi memperoleh solusi terbaik. Menurut Richard Paul berpikir kritis adalah berpikir mengenai hal,
substansi atau masalah apa saja dimana si pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya  dengan  menangani  secara  terampil  struktur-struktur  yang
melekat  dalam  pemikiran  dan  menerapkan  standar-standar  intelektual padanya.
31
Sedangkan  menurut    Ennis  Berpikir  kritis  adalah  pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang
mesti  dipercaya  atau  dilakukan.
32
Dalam  berpikir  kritis  seseorang  mesti berpikir  secara  jernih  dan  rasional,  ini  melibatkan  berpikir  tepat,
sistematis, dan mengikuti aturan logika, serta penalaran ilmiah. Secara  epistimologi  berpikir  kritis  matematika  berbeda  dengan
berpikir  kritis  pada  bidang  lainnya.  Hal  ini  senada  dengan  pendapat McPack  mengenai  beragamnya  berpikir  kritis  dari  bidang  kebidang
dikarenakan  adanya  situasi  dan  sifat  yang  berbeda.  Menurut  Pascarella dan  Terenzini  berpikir  kritis  matematika  berimplikasi  terhadap  penalaran
statistik  karena  menyatakan  berpikir  kritis  sebagai  kemampuan  siswa untuk  menginterpretasikan,  mengevaluasi,  dan  menyusun  pertimbangan
informasi mengenai kecukupan argumen, data dan kesimpulan.
33
Gerhand  mendefinisikan  berpikir  kritis  sebagai  proses  kompleks yang melibatkan penerimaan dan penggunaan data, analisis serta evaluasi
data  yang  mempertimbangkan  aspek  kualitatif  dan  kuantitatif  untuk membuat keputusan berdasarkan hasil evaluasi.
34
Aktifitas berfikir terjadi
30
Kasdin Sihotang, dkk, Critical Thinking: Membangun Pemikiran Logis, Jakarta:PT Pustaka Sinar Harapan, 2012, h.3
31
Alec Fisher., Berpikir Kritis:Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga, 2009. h. 4
32
Ibid.
33
Dina Mayadiana, S, op. cit., h.2
34
Ibid., h. 11