Kemampuan berpikir kritis sangat penting untuk segala macam karir di mana kita harus mengkomunikasikan ide-ide, membuat keputusan,
menganalisis dan memecahkan masalah. Seorang pemikir kritis adalah seseorang yang mampu melakukan hal berikut:
39
1Memahami hubungan logis antara ide-ide, 2 Merumuskan ide secara singkat dan tepat, 3
Mengidentifikasi, membangun, dan mengevaluasi argument, 4 Mengevaluasi pro dan kontra dari keputusan, 5 Mengevaluasi bukti
terhadap hipotesis, 6 Mendeteksi inkonsistensi dan kesalahan umum dalam penalaran, 7 Analisis masalah secara sistematis, 8
Mengidentifikasi relevansi dan pentingnya ide-ide, 9 Menyamakan persepsi dan nilai-nilai seeorang, 10 Mengevaluasi kemampuan berpikir
seseorang. Berdasarkan definisi tentang kemampuan berpikir kritis maka
dapat dirumuskan bahwa berpikir kritis merupakan kemampuan dalam menginterpretasikan permasalahan, menganalisis, dan membuktikan nilai
kebenaran atau mengevaluasi sebuah informasi berdasarkan pengetahuan atau pengalaman yang telah diperoleh.
Kemampuan seseorang dalam berpikir kritis dapat dikenali dari tingkah laku yang diperlihatkan selama proses berpikir. Dalam berpikir
kritis menurut Facione diartikan sebagai proses berpikir yang menunjukan kemampuan seseorang dalam:
40
1 Interpretasi, yaitu kemampuan memahami, menjelaskan dan
memberi makna data atau informasi.
39
Joe Y.F. Lau, An Introduction To Critical Thinking and Creativity: Think More, Think Better, New Jersey: John Wiley Sons, 2011 , h. 2
40
Peter A. Facione., Critical Thinking: What It Is and Why It Counts, Measured reasons and The California Academic Press, 2011, h. 5-7.
2 Analisis, yaitu kemampuan untuk megidentifikasi hubungan dari
informasi-informasi yang dipergunakan untuk mengespresikan pemikiran atau pendapat.
3 Evaluasi, yaitu kemampuan untuk menguji kebenaran dari
informasi yang digunakan dalam mengespresikan pemikiran atau pendapat.
4 Inferensi, yaitu kemampuan untuk mengidentifikasi dan
memperoleh unsur-unsur yang diperlukan untuk membuat suatu kesimpulan yang masuk akal.
5 Eksplansi, yaitu kemampuan untuk menjelaskan atau menyatakan
hasil pemikiran berdasarkan bukti, metodologi dan konteks. 6
Regulasi diri, yaitu kemampuan seseorang untuk mengatur cara berpikirnya.
c. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Matematik
Kemampuan berpikir kritis matematik merupakan keterampilan yang diperlukan seseorang dalam menyelesaikan permasalahan yang
terdapat pada pembahasan matematika. Adapun indikator kemampuan berpikir kritis untuk pembahasan matematika yang digunakan dalam
penelitian ini adalah: 1.
Menginterpretasikan, yaitu memberikan penafsiran dan menjelaskan makna data yang terdapat dalam permasalahan.
2. Menganalisis,
yaitu menghubungkan
data-data untuk
menyelesaikan permasalahan. 3.
Mengevaluasi, yaitu menyelidiki kebenaran dari suatu informasi berdasarkan konsep yang digunakan.
Indikator-indikator yang diuraikan di atas, diharapkan dapat tercapai melalui pembelajaran pemecahan masalah
IDEAL dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together NHT.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian ini didukung oleh beberapa hasil penelitian sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Siswanto, Budi W, Wardano yang berjudul
“Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Melalui Pembelajaran IDEAL Problem Solving-Konstruktivisme
Berorientasi Pendidikan Karakter”, menunjukan bahwa kemempuan pemecahan masalah peserta didik kelas
eksperimen mencapai ketuntasan 81,68 melampaui 71 sebagai KKM dan dengan proporsi 93,75 lebih dari 80. Rata-rata nilai kelas eksperimen
lebih baik dari pada kelas kontrol.
41
Penelitian Desti Haryani yang berjudul, “Pembelajaran Matematika
dengan Pemecahan Masalah Untuk Menumbuh Kembangkan Kemampuan Berpikir Kritis
”, menunjukan bahwa pembelajaran matematika dengan pemecahan masalah dapat melatih dan menumbuhkembangkan kemampuan
siswa dalam berpikir kritis karena setiap tahapan dalam pemecahan masalah memerlukan kemampuan berpikir kritis dari siswa.
42
Penelitian Ali Syahbana yang berjudul, “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Contextual
Teaching and Learning ”, menunjukan bahwa terdapat perbedaan signifikan
dalam peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa antara yang
41
B. Siswanto, Budi Waluya, Wardano., Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Melalui Pembelajaran IDEAL Problem Solving-Konstruktivisme Berorientasi Pendidikan Karakter.
Unnesa Journal of Mathematics Education Research, h.95-100
42
Desti Haryani., Pembelajaran Matematika dengan Pemecahan Masalah Untuk Menumbuh Kembangkan Kemampuan Berpikir Kritis. Prosiding Seminar Nasional FMIPA UNY, Mei 2011
pembelajarannya mengunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning dan menggunakan pendekatan konvensional.
43
C. Kerangka Berpikir
Sangat perlu dicari model serta strategi yang sesuai untuk mengajarkan dan melatih kemampuan berpikir kritis siswa khususnya dalam
pelajaran matematika. Nampaknya strategi IDEAL Problem Solving tepat untuk melatih kemampuan berpikir kritis siswa, karena dalam setiap langkah-
langkah strategi IDEAL Problem solving dalam memecahkan masalah memerlukan kemampuan berpkir kritis siswa yaitu berupa kemampuan
interpretasi, analisis, dan evaluasi. Tahapan pertama Identify problem, pada tahap ini siswa membaca
seluruh soal yang telah diberikan untuk dapat memahami aspek-aspek permasalahan, dan mengkaji hubungan antar data. Sehingga pada tahapan ini
indikator berpikir kritis yang digunakan peneliti adalah kemampuan menganalisis, yang diharapkan dapat berkembang.
Tahap kedua Define goal and the problem, pada tahap ini siswa diminta melihat data yang sudah diketahui dan yang belum diketahui untuk
selanjutnya merumuskan dan menjelaskan makna dari permasalahan. Sehingga indikator kemampuan berpikir kritis yang digunakan dalam tahap
ini adalah analisis. Tahap ketiga Explore possible strategy, pada tahap ini siswa mencari
berbagai solusi yang diketahui siswa serta dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, untuk selanjutnya memilih satu alternatif yang tepat untuk
diterapkan. Dalam tahapan ini indikator berpikir kritis yang digunakan adalah evaluasi.
43
Syahbana, Ali. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Smp Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning. Jurnal Edumatika Vol. 02 No. 01 Universitas
Muhamadiyah Bengkulu, April 2012
Tahap keempat Act on strategy, pada tahap ini siswa mencari solusi dengan melakukan langkah-langkah penyelesaian yang telah dipilih untuk
dibuktikan kebenarannya serta membuat kesimpulan dari hasil yang telah dibuktikan, sehingga dalam tahapan ini indikator berpikir kritis yang
diperlukan adalah analisis. Tahap kelima Looking back and learn, siswa mengoreksi kembali
cara-cara penyelesaian masalah yang telah dijalankan dan hasil yang telah didapat untuk dijadikan sebuah pembelajaran. Dalam tahap ini indikator
berpikir kritis yang diperlukan adalah evaluasi. Strategi pemecahan masalah IDEAL membuat siswa dituntut untuk
menyelesaikan masalah mulai dari awal sesuai dengan langkah-langkah pemecahan masalah IDEAL. Dengan menggunakan langkah-langkah dalam
pemecahan masalah IDEAL yang di setiap langkah penyelesaiannya memerlukan kemampuan berpikir kritis, diharapakan kemampuan siswa
dalam berpikir kritispun dapat meningkat. Dengan strategi pemecahan masalah IDEAL ini siswa dituntun untuk menyelesaikan masalah secara
sistematis. Selain strategi pemecahan masalah IDEAL perlu ditambahkan model
pembelajaran lain yang dapat mempengaruhi interaksi antar siswa serta mendukung kemampuan berpikir kritis dalam hal mengkomunikasikan hasil
pemikiran yang telah didapatkan dalam kelas. Untuk itu nampaknya pembelajaran kooperatif perlu ditambahkan dalam proses pembelajaran.
Dengan pembelajaran kooperatif yang mengelompokan siswa kedalam kelompok-kelompok kecil akan memberi peluang bagi mereka untuk
mendiskusikan masalah yang dihadapi, saling tukar ide antar siswa, dan memperdebatkan alternatif pemecahan masalah yang dapat digunakan.
44
44
Erman Suherman, dkk, op. cit., h. 91