melalui ginjal. Pirazinamid adalah obat anti tuberkulosis lini pertama yang dikonjugasikan bersama isoniasid dan rifampisin dalam pengobatan jangka
pendek umumnya 6 bulan sebagai regimen sterilizing agent melawan organisme intraseluler yang dapat menyebabkan kekambuhan. Basil
tuberkulosis dapat menjadi resisten terhadap pirazinamid, tetapi tidak ditemukan resistensi silang terhadap isoniasid atau obat antituberkulosis
lainya.
27
- Efek samping :
Efek yang umum terjadi pada penggunaan pirazinamid adalah mual, muntah, deman karena obat, hiperurisemia dan hepatotoksisitas 1-5 pasien.
Efek samping lain yang muncul pada dasarnya bukan menjadi alasan untuk menghentikan pengobatan. Hiperurisemia dapat memicu arthritis gout akut.
27
- Dosis :
Konsentrasi serum sebanyak 30-50 ppm selama 1-2 jam setelah pemberian oral diperoleh pada dosis 25 mgkgBBhari. Pirazinamid harus
diberikan 25-35 mgkgBB tiga kali seminggu bukan harian pada pasien dengan hemodialisa dan bagi orang-orang yang memiliki kreatinin klirens
kurang dari 30 mlmenit. Pada pasien dengan fungsi ginjal normal, dosis pirazinamid yang digunakan adalah 40-50 mgkgBB tiga kali setiap
minggunya.
27
Dosis pirazinamid yang digunakan untuk pengujian resistensi tuberkulosis secara in vitro berkisar pada 6,25-50 ppm.
7
2.7.4. Isoniasid - Rumus struktur
:
- Rumus molekul : C
3
H
7
N
3
O.
26
- Nama kimia : Pyridine-4-carbohydrazide.
26
- Berat molekul : 137,1.
26
- Pemerian : Serbuk kristal atau kristal tak berwarna, putih atau
hampir putih.
26
- Kelarutan : Mudah larut dalam air, larut sebagian dalam alkohol.
26
- pH sediaan : 6,0-8,0.
26
26
- Farmakologi :
Isoniasid INH adalah obat yang paling aktif digunakan dalam pengobatan tuberkulosis yang disebabkan strain tuberkulosis yang rentan.
Secara in vitro, isoniasid menghambat pertumbuhan basil pada konsentrasi 0,2 ppm atau lebih rendah dari itu. Isoniasid aktif melawan basil tuberkulosis yang
sedang tumbuh. Isoniasid kurang efektif melawan spesies mikobakterium atipikal. Isoniasid mempenetrasi ke dalam makrofag dan aktif melawan baik
organisme intraseluler dan ekstraseluler. Isoniasid menghambat sintesis asam mikolat, di mana merupakan
komponen esensial dari dinding sel mikobakterium. Isoniasid adalah prodrug yang diaktifkan oleh KatG, yaitu suatu mikobakterial katalase-peroksidase.
Bentuk aktif dari isoniasid merupakan kompleks kovalen dengan suatu asil pembawa protein AcpM dan KasA, suatu beta-ketoasil pembawa protein
sintetase, yang memblok sintesis asam mikolat dan membunuh sel. Isoniasid dapat secara langsung diabsorpsi ke dalam saluran
gastrointestinal. Isoniasid berdifusi dengan bebas ke seluruh cairan tubuh dan jaringan. Konsentrasi di dalam sistem saraf pusat dan cairan serebrospinal
berkisar antara 20 dan 100 pada konsentrasi serum secara simultan. Metabolisme isoniasid terjadi terutama pada proses asetilasi di dalam hati
oleh N-asetiltransferase. Konsentrasi plasma rata-rata dari isoniasid pada asetilator cepat yaitu sekitar 13 sampai 12 pada asetilator lambat. Waktu
paruh rata-rata isoniasid kurang dari satu jam dan tiga jam, berturut-turut. Klirens yang lebih cepat terhadap isoniasid yang disebabkan oleh asetilator
cepat umumnya tidak memiliki konsekuensi terapetik ketika dosis yang sesuai telah diberikan setiap harinya, tetapi konsentrasi subterapi dapat muncul bila
obat diberikan sekali seminggu atau jika terjadi malabsorbsi. Metabolit isoniasid dan sebagian kecil dari obat yang tidak berubah
dieksresikan terutama melalui urin. Dosis isoniasid tidak perlu disesuaikan untuk pasien dengan gagal ginjal. Pengaturan dosis untuk pasien dengan
gangguan hati
belum dapat
ditentukan dengan
pasti isoniasid
dikontraindikasikan untuk pasien hepatitis.
27
27
- Efek samping :
Demam dan ruam kulit adalah hal yang sering terjadi. Efek merugikan yang dapat diakibatkan oleh penggunaan isoniasid adalah lupus eritema,
hepatotoksisitas, dan gangguan saraf. Efek lain yang dapat terjadi antara lain hilangnya nafsu makan, mual, muntah, penyakit kuning dan bahkan kematian
apabila obat tidak digunakan dengan benar.
27
- Dosis :
300 mg dosis oral 5 mgkgBB pada anak-anak akan mencapai konsentrasi plasma puncak pada 3-5 ppm dalam 1-2 jam. Dosis isoniasid yang
umum digunakan adalah 5 mgkgBBhari; dosis dewasa biasanya diberikan sebanyak 300 mg setiap hari. Sampai 10 mgkgBBhari dapat diberikan pada
infeksi yang serius atau jika terjadi masalah malabsorbsi. Dosis 15 mgkgBB atau 900 mg dapat digunakan dua kali seminggu dengan kombinasi
antituberkulosis lainnya misalnya rifampisin 600 mg. Piridoksin, 25-50 mghari direkomendasikan pada orang-orang yang cenderung mengalami
neuropathy, yaitu efek yang tidak diinginkan dari penggunaan isoniasid. Isoniasid biasanya diberikan secara oral tapi dapat juga diberikan secara
parenteral dengan dosis yang sama. Isoniasid sebagai pengobatan tunggal juga diindikasikan pada tuberkulosis laten. Dosis yang digunakan adalah 300
mghari 5 mgkgBBhari atau 900 mg dua kali per minggu selama 9 bulan.
27
Dosis isoniasid yang digunakan untuk pengujian resistensi tubekulosis secara in vitro berkisar pada 0,02-0,2 ppm.
7
2.7.5. Etambutol - Rumus struktur
:
- Rumus molekul : C
10
H
26
Cl
2
N
2
O
2
.
26
- Nama kimia : 2S,2
’S - 2,2’- ethylenediiminodibutan -1- ol dihydrochloride.
26
- Berat molekul : 277,2.
26
- Pemerian : Serbuk kristal, putih atau hampir putih, higroskopis.
26
- Kelarutan : Mudah larut air, larut dalam etanol 96.
26
28