Deskripsi Hasil Penelitian Hasil penelitian

siswa dari 30 jumlah siswa seluruhnya yang termasuk ke dalam kriteria minimal cukup kritis atau dengan persentase 53,33 sangat tidak kritis. Kriteria keseluruhan indikator dapat dilihat pada tabel 3.19

2. Deskripsi Hasil Penelitian

a. Pelaksanaan Siklus 1 Pelaksanaan tindakan pada siklus I dimulai tanggal 6 Oktober 2015 di kelas V SDN Jamus 2 tahun pelajaran 20152016. Pelaksanaan siklus I dilakukan sebanyak dua kali pertemuan, dengan alokasi waktu di setiap pertemuaanya 2x35 menit. 1 Perencanaan Tahap perencanaan yang dilakukan peneliti meliputi permintaan ijin kepada kepala sekolah SD Negeri Jamus 2 untuk melakukan penelitian di kelas V. Setelah kepala sekolah memberikan ijin, peneliti menentukan waktu untuk melakukan observasi dan wawancara kepada wali kelas V untuk mendapatkan data awal mengenai permasalahan yang terjadi di kelasnya. Setelah peneliti mengetahui permasalahan yang terjadi, peneliti mengkaji Kompetensi Dasar, indikator, dan materi pokok penelitian terlebih dahulu. Peneliti melanjutkan menyusun silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP, Lembar Kerja Siswa LKS, lembar soal evalusi, rubrik penilaian, dan media pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa dalam belajar. Selain itu peneliti juga menyusun rubrik pengamatan kemampuan berpikir kritis siswa selama pelaksanaan proses pembelajaran. 2 Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan, kegiatan pembelajaran dilakukan sebanyak dua kali pertemuan dengan alokasi waktu setiap pertemuannya 2x35 menit atau 2 jam pelajaran menyesuaikan jam pelajaran di SDN Jamus 2 bahwa tiap jamnya beralokasikan 35 menit. Pertemuan I Pertemuan pertama pada siklus I dilaksanakan pada hari selasa, 6 oktober 2015 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit 2 jp. Pertemuan pertama membahas tentang cara mengubah satuan jarak dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning CTL. Guru membuka pembelajaran dengan berdoa, salam, dan melakukan absensi kehadiran. kemudian guru membuat kontrak belajar dengan para siswa agar siswa dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik. Sebelum memasuki kegiatan inti, guru mengajak siswa untuk bernyanyi “tangga satuan”. Setelah selesai bernyanyi, guru bertanya kepada siswa “berapa jarak rumah kalian menuju sekolah” untuk menggali pemahaman siswa mengenai materi yang akan dipelajari Contructivism, Eksplorasi. Kegiatan tersebut termasuk ke dalam komponen contructivism. Kegiatan contructivism dapat melatih kemampuan berpikir kritis siswa ketika mereka berusaha untuk memecahkan masalah indikator berpikir kritis. Kemudian pada kegiatan inti guru mulai menjelaskan materi satuan jarak beserta cara mengkonversikannya dengan menggunakan gambar tangga satuan jarak “setiap turun sekali dikali 10 dan naik di bagi 10”. Setelah guru selesai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI menjelaskan materi, guru memberikan waktu kepada para siswa untuk menanyakan materi yang belum dipahami Questioning, Eksplorasi, Elaborasi. Kegiatan bertanya ini bertujuan untuk memancing siswa agar dapat menemukan sendiri konsep dari materi dan apabila siswa belum puas dengan sebuah jawaban, maka siswa tersebut akan bertanya sampai mendapatkan jawaban yang membuat siswa paham. Setelah siswa paham cara mengubah satuan jarak, guru membagi siswa menjadi 5 kelompok masing-masing kelompok terdiri dari 5-6 siswa, kemudian setiap siswa bersama kelompok memperhatikan media yang telah disediakan guru Community Learning. Setelah kelompok selesai memperhatikan media beserta cara penggunaannya, kemudian guru menunjuk salah satu kelompok untuk maju kedepan kelas memperagakan cara mengukur panjang meja dan papan tulis menggunakan media meteran yang telah di sediakan guru Modelling dan kelompok lain memperhatikan kelompok yang sedang memperagakan cara mengukur panjang meja dan papan tulis. Setelah siswa melihat kelompok yang memperagakan cara mengukur panjang meja dan papan tulis menggunakan media, siswa kemudian berdiskusi bersama kelompoknya untuk mengerjakan soal cerita yang tersedia di LKS Inquiry, Community Learning, Elaborasi. Melalui kegiatan inkuiri tersebut, siswa berlatih untuk berpikir kritis yaitu menganalisis argumen, memecahkan masalah, membuat kesimpulan, dan keterampilan mengevaluasi dan menilai hasil dari pengamatan. Siswa dapat menganalisis argumen ketika siswa mendiskusikan pendapat yang berbeda dari teman kelompok agar mendapatkan jawaban yang tepat. Siswa dapat memecahkan masalah ketika mereka menyelesaikan operasi hitung campuran dengan menggunakan berbagai cara sampai mendapatkan jawaban yang benar . Siswa juga dapat menarik sebuah kesimpulan dari materi yang telah dipelajari dengan tepat. Siswa juga mengevaluasi pekerjaannya, dengan menghitung kembali kesesuaian jawaban dengan data yang diperoleh. Setelah siswa selesai mengerjakan LKS guru menunjuk salah satu kelompok secara bergantian untuk mempresentasikan hasil diskusi dan membahasnya secara bersama-sama.Konfirmasi Guru dan siswa melakukan tanya jawab tentang materi yang belum dipahami Questioning, Konfirmasi. Guru meluruskan pemahaman siswa yang kurang tepat dengan cara memberikan penguatan kepada siswa Konfirmasi. Diakhir kegiatan, siswa bersama-sama dengan bimbingan guru menyimpulkan materi yang telah di pelajari hari ini dan kemudian siswa melakukan refleksi hal-hal yang telah dipelajari, kesulitan dan kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran apa saja Reflection. Pertemuan II Pertemuan kedua pada siklus I dilaksanakan pada hari rabu, 7 oktober 2015 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit 2 jp. Pertemuan kedua membahas tentang cara melakukan operasi hitung satuan jarak dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning. Pada awal kegiatan, guru pertama-tama membuka pembelajaran dengan cara mengucapkan salam, berdoa, dan mengecek kehadiran siswa. kemudian guru membuat kontrak belajar dengan para siswa agar para siswa dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik. Kemudian siswa diminta untuk kembali kedalam kelompok seperti pertemuan sebelumnya. Sebelum memasuki kegiatan inti guru mengingatkan kembali kepada para siswa tentang materi satuan jarak yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Pada kegiatan inti, siswa mendengarkan penjelasan guru tentang cara melakukan operasi hitung satuan jarak, kemudian guru secara perlahan-lahan membantu siswa untuk memahami konsep menyelesaikan soal satuan jarak yang menggunakan operasi hitung dalam contoh soal cerita Contructivism, Eksplorasi. Kegiatan tersebut termasuk ke dalam komponen konstruktivisme. Kegiatan konstruktivisme dapat melatih kemampuan berpikir kritis siswa ketika mereka berusaha untuk memecahkan masalah indikator berpikir kritis. Setelah siswa mengerti cara melakukan operasi hitung satauan jarak, guru membagikan media meteran kepada para siswa yang tergabung dalam kelompok kecil. Setelah itu, guru meminta siswa bersama kelompoknya untuk mencari selisih dari panjang papan tulis dan meja belajar serta melakukan penjumlahan Inquiry, Community Learnining, Elaborasi. Melalui kegiatan inquiri tersebut, siswa dilatih untuk menemukan sendiri bagaimana cara menyelesaikan atau memecahkan masalah. Kemudian, guru menunjuk salah satu kelompok untuk maju ke depan kelas untuk mempraktikan cara mencari selisih dari panjang meja dan papan tulis belajar serta melakukan penjumlahan dengan menggunakan media meteran yang di sediakan guru Modelling, Elaborasi. Setelah itu guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk memberikan tanggapan kepada kelompok yang telah memperagakan serta melakukan penjumlahan dengan menggunakan media pembelajaran Quistioning. Kemudian siswa bersama kelompoknya mengerjakan soal cerita tentang satuan jarak yang menggunakan operasi hitung di LKS Inquiry, Community Learning. Guru dan siswa melakukan tanya jawab tentang materi yang belum dipahami Questioning, Konfirmasi. Guru meluruskan pemahaman siswa yang kurang tepat dengan cara memberikan penguatan kepada siswa Konfirmasi. Di akhir kegiatan, siswa bersama-sama dengan bimbingan guru menyimpulkan materi dan merefleksikan pembelajaran hari ini Reflection. Kemudian siswa mengerjakan soal evaluasi siklus I secara individu. 3 Pengamatan Selain melakukan pembelajaran, peneliti juga menggunakan pengamatan. Kegiatan mengamati proses pembelajaran dilakukan untuk memperoleh gambaran secara langsung mengenai kemampuan berpikir kritis siswa. Pengamatan ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dapat dilihat melalui nilai evaluasi yang pertama. Sedangkan pengamatan untuk melihat kemampuan berpikir kritis dilihat melalui data pada hasil lembar observasi. Observasi terhadap siswa berpedoman pada lembar pengamatan kemampuan berpikir kritis. Lembar observasi berguna untuk melihat kemampuan berpikir kritis siswa ketika mengikuti proses pembelajaran. 4 Hasil Belajar Hasil belajar siswa didapatkan dari nilai evaluasi yang dilakukan di akhir siklus I dengan Kriteria Ketuntasan Minimal KKM 65. Data hasil belajar siswa pada evaluasi siklus 1 dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini: Tabel 4. 10 Hasil Nilai Evaluasi Siklus I Jumlah Siswa 30 Jumlah Nilai 2085 Rata-rata 69,5 Nilai Tertinggi 90 Nilai Terendah 37 Persentase Siswa Tuntas 66,67 20 siswa Persentase Siswa Tidak Tuntas 33,33 10 siswa Berdasarkan tabel 4.10 jumlah keseluruhan sebanyak 30 siswa. Kemudian, didapatkan jumlah nilai 2085 dengan nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas V pada materi satuan jarak dan kecepatan adalah 69,5. Dari 30 siswa ada 20 siswa 66,67 yang mendapatkan nilai di atas KKM dan 10 siswa dari 30 siswa 33,33 yang mendapatkan nilai di bawah KKM. Data hasil nilai evaluasi siklus I secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 7. 5 Kemampuan Berpikir Kritis Kemampuan berpikir kritis siswa dilihat ketika siswa mengikuti pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan lembar observasi. Peneliti dibantu oleh teman sejawat dalam melakukan observasi. Tabel 4.11 merupakan hasil perhitungan pengamatan kemampuan berpikir kritis siswa ketika proses pembelajaran. Tabel 4. 11 Data Hasil Pengamatan Kemampuan Berpikir Kritis Siklus I Indikator Pertemuan Rata- rata Kategori 1 2 Skor Kriteria Skor Kriteria 1. Menganalisis argumen 52 Tidak Kritis 65 Cukup Kritis 58,5 Cukup Kritis 2. Mampu bertanya 53 Tidak Kritis 58 Tidak Kritis 55,5 Tidak Kritis 3. Mampu menjawab pertanyaan 55 Tidak Kritis 63 Cukup Kritis 59 Cukup Kritis 4. Memecahkan masalah 55 Tidak Kritis 67 Cukup Kritis 61 Cukup kritis 5. Membuat kesimpulan 61 Cukup Kritis 68 Cukup Kritis 64,5 Cukup kritis 6. Keterampilan mengevaluasi dan menilai hasil dari pengamatan 55 Tidak Kritis 67 Cukup Kritis 61 Cukup kritis Berdasarkan tabel 4.11 terdapat rata-rata yang diperoleh dari hasil pertemuan 1 dan pertemuan 2 di setiap indikatornya. Indikator pertema pertemuan 1 diperoleh skor 52 tidak kritis dan pada pertemuan 2 diperoleh skor 65 cukup kritis. Rata-rata untuk indikator pertama diperoleh skor 58,5 dengan kategori cukup kritis. Indikator kedua pertemuan 1 diperoleh skor 53 tidak kritis dan pada pertemuan 2 diperoleh skor 58 tidak kritis. Rata-rata untuk indikator kedua diperoleh hasil 59 dengan kategori cukup kritis. Indikator ketiga pertemuan 1 diperoleh skor 55 tidak kritis dan pada pertemuan 2 diperoleh skor 63 cukup kritis. Rata-rata untuk indikator ketiga diperoleh skor 59 dengan kategori cukup kritis. Indikator keempat pertemuan 1 diperoleh skor 55 tidak kritis dan pada pertemuan 2 diperoleh skor 67 cukup kritis. Rata-rata untuk indikator keempat diperoleh skor 61 dengan kategori cukup kritis. Indikator kelima pertemuan 1 diperoleh skor 61 cukup kritis dan pada pertemuan 2 diperoleh skor 68 cukup PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kritis. Rata-rata untuk indikator kelima diperoleh skor 64,5 dengan kategori cukup kritis. Indikator keenam pertemuan 1 diperoleh skor 55 tidak kritis dan pada pertemuan 2 diperoleh skor 67 cukup kritis. Rata-rata untuk indikator pertama diperoleh skor 61 dengan kategori cukup kritis. Data hasil pengamatan kemampuan berpikir kritis siklus 1 lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 22. 6 Refleksi Peneliti melakukan refleksi terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan. Refleksi ini berguna untuk memperbaiki kendala atau kekurangan yang terjadi di siklus 1. Refleksi yang dilakukan peneliti mencakup dua aspek yaitu refleksi proses pembelajaran dan refleksi hasil belajar. a Proses Pembelajaran Siklus I dilaksanakan selama dua pertemuan yaitu tanggal 6 dan 7 oktober 2015. Siklus I pertemuan pertama dilakukan pada hari selasa selama 2x35 menit 2 jam pelajaran menyesuaikan alokasi di SDN Jamus 2. Pertemuan pertama membahas tentang mengubah satuan jarak. Kegiatan pembelajaran diawali dengan menyanyikan lagu “satuan jarak”. Pada saat menyanyikan lagu siswa sangat antusias walaupun ada beberapa siswa yang canggung dalam menyanyikannya. Setelah bernyanyi, para siswa sangat bersemangat dan termotivasi untuk belajar mengubah satuan jarak. Kegiatan pembelajaran secara keseluruhan sudah sesuai dengan apa yang ada di dalam RPP. Kendala pada saat pelaksanaan pembelajaran terjadi ketika peneliti membagi siswa ke dalam beberapa kelompok. Para siswa menginginkan anggota PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kelompok yang dipilihnya sendiri, namun setelah peneliti memberikan pengertian akhirnya para siswa mau dibagi ke dalam kelompok yang anggotanya dipilih secara acak. Pada saat setiap kelompok bekerja dengan menggunakan media, terlihat ketika guru meminta salah satu kelompok maju kedepan kelas untuk mempraktekan cara mengukur panjang papan tulis dengan dengan menggunakan media meteran. Banyak siswa yang mengobrol dengan temannya dan tidak memperhatikan kelompok yang sedang mempraktikan cara mengukur panjang papan tulis yang mengakibatkan kondisi kelas menjadi ramai dan tidak kondusif. Kekurangan pembelajaran dalam pertemuan pertama adalah siswa yang masih malu-malu atau cenderung pasif ketika diminta untuk mempresentasikan hasil pekerjannya. Siklus 1 pertemuan kedua dilaksanakan hari rabu dengan alokasi waktu 2x35 menit 2 jp. Pada pertemuan kedua materi yang dibahas tentang operasi hitung satuan jarak dan masih bekerjasama dalam kelompok. Secara umum proses pembelajaran berlangsung dengan cukup baik. Pada pertemuan ini siswa belajar dengan menggunakan media meteran beserta soal cerita Kendala pada pertemuan kedua adalah alokasi waktu yang kurang karena dalam pertemuan kedua ini berjalan selama 70 menit ditambah lagi siswa mengerjakan evaluasi soal siklus 1. Kondisi siswa pada pertemuan kedua sudah mulai mudah diatur sehingga walaupun waktunya kurang, semua kegiatan yang ada di dalam RPP dapat tercapai. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI b Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Hasil belajar pada siklus 1 terdapat peningkatan dari kondisi awal sebelum penelitian hasil yang didapatkan setelah siklus 1 . Selain perolehan rata-rata hasil belajar dan persentase ketuntasan yang meningkat berdasarkan hasil yang didapatkan pada siklus I masih perlu dilakukan perbaikan pembelajaran baik itu dalam proses pembelajaran ataupun hasil yang didapatkan. Kekurangan- kekurangan yang masih perlu diperbaiki, diharapkan dapat lebih meningkat di siklus 2. Peneliti juga ingin meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan nilai pada materi satuan jarak dan kecepatan. Oleh karena itu perbaikan dilanjutkan di siklus 2 supaya target dari aspek hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa dapat lebih maksimal. b. Pelaksanaan Siklus 2 Pelaksanaan tindakan pada siklus II dimulai tanggal 13 dan 14 oktober 2015 di kelas V SDN Jamus 2 tahun ajaran 20152016. Pelaksanaan siklus II dilakukan sebanyak dua kali pertemuan, dengan alokasi waktu di setiap pertemuannya 2x35menit 2 jam pelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang sudah di terapkan di tempat penelitian. 1 Perencanaan Perencanaan pada siklus 2 sama seperti apa yang dipersiapkan pada siklus 2. Peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang digunakan dan dibutuhkan dalam penelitian. Peneliti mengkaji Kompetensi Dasar, indikator, dan materi pokok penelitian terlebih dahulu. Peneliti melanjutkan menyusun silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP, Lembar Kerja Siswa LKS, lembar soal evalusi, rubrik penilaian, dan media pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa dalam belajar. 2 Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan, kegiatan pembelajaran dilakukan sebanyak dua kali pertemuan dengan alokasi waktu setiap pertemuannya 2x35 menit atau 2 jam pelajaran menyesuaikan jam pelajaran di SDN Jamus 2 bahwa setiap jamnya beralokasikan 35 menit. Pertemuan I Pertemuan pertama pada siklus I dilaksanakan pada hari Selasa 13 oktober 2015 dengan alokasi waktu 2x35 menit atau 2 jam pelajaran. Pertemuan pertama membahas tentang hubungan satuan jarak dan kecepatan dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning CTL. Pada kegiatan awal, guru pertama-tama membuka pembelajaran dengan cara mengucapkan salam, berdoa, dan mengecek kehadiran siswa. Setelah itu guru meminta siswa untuk kembali kedalam kelompok seperti di siklus I. Sebelum memasuki kegiatan inti guru melakukan tanya jawab terlebih dahulu untuk menggali pengetahun siswa tentang kecepatan Questioning, Contructivism, Eksplorasi. Kegiatan tersebut termasuk ke dalam komponen konstruktivisme. Kegiatan konstruktivisme dapat melatih kemampuan berpikir kritis siswa ketika mereka berusaha untuk memecahkan masalah indikator berpikir kritis. Pada kegiatan inti, guru mulai menjelaskan pemahaman konsep hubungan satuan jarak dan kecepatan beserta cara mencari jarak dan kecepatan dengan men ggunakan rumus “segitiga ajaib” Kontructivism, Elaborasi. Untuk memperkuat pemahan siswa guru memberikan waktu kepada para siswa untuk menanyakan materi yang belum dipahami Questioning. Kegiatan bertanya ini bertujuan untuk memancing siswa agar dapat menemukan sendiri dari materi dan apabila siswa belum puas dengan sebuah jawaban, maka siswa tersebut akan bertanya sampai mendapatkan jawaban yang membuat siswa paham. Selanjutnya guru meminta setiap kelompok untuk menghitung kecepatan guru yang berjalan kaki sejauh 10 meter selama 5 detik dengan menggunakan media yang telah disediakan guru Modelling, Community Learning, Elaborasi. Tahap selanjutnya guru menunjuk salah satu kelompok untuk maju kedepan kelas mempresentasikan hasil pekerjaannya dan setelah itu setiap bersama kelompok mengerjakan soal di LKS yang berkaitan dengan materi hubungan satuan jarak dan kecepatan Community Learning, Inquiry, Elaborasi. Setelah selesai mengerjakan LKS kemudian siswa bersama kelompok mengumpulkan hasil pekerjaannya kepada guru yang nantinya akan dinilai dengan menggunakan rubrik penilaian yang telah ditentukan guru Authentic Assesment. Guru dan siswa melakukan tanya jawab tentang materi yang belum dipahami Questioning, Konfirmasi. Guru meluruskan pemahaman siswa yang kurang tepat dengan cara memberikan penguatan kepada siswa Konfirmasi. Diakhir kegiatan, siswa bersama-sama dengan bimbingan guru menyimpulkan materi yang telah di pelajari hari ini dan kemudian siswa melakukan refleksi hal-hal yang telah dipelajari, kesulitan dan kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran apa saja Reflection. Pertemuan II Pertemuan kedua pada siklus II dilaksanakan pada hari Rabu, 14 oktober 2015 dengan alokasi waktu 2x35 menit atau 2 jam pelajaran. Pertemuan kedua membahas tentang waktu keberangkatan dan waktu tiba dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning. Pada kegiatan awal, guru pertama-tama membuka pembelajaran dengan cara mengucapkan salam, berdoa, dan mengecek kehadiran siswa. kemudian guru membuat kontrak belajar dengan para siswa agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Kemudian siswa diminta untuk kembali kedalam kelompok seperti pertemuan sebelumnya. Sebelum memasuki kegiatan inti guru melakukan tanya jawab dengan siswa untuk mengingatkan kembali materi pada pertemuan sebelumnya Questioning, Eksplorasi. Kegiatan bertanya ini bertujuan untuk memancing siswa agar dapat menemukan sendiri konsep dari materi dan apabila siswa belum puas dengan sebuah jawaban, maka siswa tersebut akan bertanya sampai mendapatkan jawaban yang membuat siswa paham. Pada kegiatan inti, guru memberikan pemahaman kepada siswa mengenai materi waktu keberangkatan dan waktu tiba Contructivism, Elaborasi. Kegiatan tersebut termasuk ke dalam komponen konstruktivisme. Kegiatan konstruktivisme dapat melatih kemampuan berpikir kritis siswa ketika mereka berusaha untuk memecahkan masalah indikator berpikir kritis. Setelah selesai menjelaskan materi guru memberi waktu kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami Questioning, Ekspolorasi, Elaborasi. Setelah siswa megerti tentang cara menentukan waktu keberangkatan dan waktu tiba, kemudian salah satu kelompok diminta untuk maju kedepan kelas mengerjakan soal yang diberikan guru dengan menggunakan media pembelajaran Modelling, Inquiry. Kegiatan selanjutnya siswa bersama kelompoknya mengerjakan soal cerita tentang waktu keberangkatan dan waktu tiba di LKS Inquiry, Community Learning. Setelah selesai mengerjakan LKS kemudian siswa bersama kelompok mengumpulkan hasil pekerjaannya kepada guru yang nantinya akan dinilai dengan menggunakan rubrik penilaian yang telah ditentukan guru Authentic Assesment. Setelah siswa selesai mengerjakan LKS, Guru meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya kemudian membahas hasil pekerjaan siswa secara bersama-sama Konfirmasi. Guru dan siswa melakukan tanya jawab tentang materi yang belum dipahami Questioning, Konfirmasi. Guru meluruskan pemahaman siswa yang kurang tepat dengan cara memberikan penguatan kepada siswa Konfirmasi. Di akhir kegiatan, siswa bersama-sama dengan bimbingan guru menyimpulkan materi dan merefleksikan pembelajaran hari ini Reflection. Kemudian siswa mengerjakan soal evaluasi siklus II secara individu. Setelah selesai kemudian siswa mengumpulkan hasil evaluasi siklus II kepada guru yang nantinya akan dinilai dengan menggunakan rubrik penilaian Authentic Assesment. 3 Pengamatan Selain melakukan kegiatan pembelajaran, peneliti juga melakukan pengamatan. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara langsung mengenai kemampuan berpikir kritis siswa seperti pada siklus 1. Pengamatan juga digunakan untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran, hal tersebut dapat dilihat melalui nilai evaluasi yang pertama. Pengamatan hasil belajar siswa dilihat dari hasil evaluasi 2 dan hasil dari evaluasi akhir yaitu gabungan evaluasi 1 dan evaluasi 2. Sedangkan pengamatan untuk melihat kemampuan berpikir kritis dilihat melalui data pada hasil lembar observasi kemampuan berpikir kritis. Peneliti dibantu oleh teman sejawat dalam melakukan pengamatan agar lebih efisien. Observasi terhadap siswa berpedoman pada lembar pengamatan kemampuan berpikir kritis. Lembar observasi digunakan untuk melihat kemampuan berpikir kritis siswa ketika mengikuti proses pembelajaran. Selain itu, di akhir siklus 2 peneliti menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada siswa. Kuesioner digunakan untuk memperkuat data peneliti untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa. 4 Hasil Belajar Hasil belajar siswa didapatkan dari nilai evaluasi yang dilakukan di akhir siklus II dan evaluasi gabungan siklus I dan silus II dengan Kriteria Ketuntasan Minimal KKM 70 di Evaluasi Siklus 2 dan KKM 75 di Evaluasi Akhir. Data hasil belajar siswa pada evaluasi siklus 2 dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut ini: Tabel 4. 12 Hasil Nilai Evaluasi Siklus II Jumlah Siswa 30 Jumlah Nilai 2250 Rata-rata 75 Nilai Tertinggi 100 Nilai Terendah 58 Persentase Siswa Tuntas 76,67 23 siswa Persentase Siswa Tidak Tuntas 23,33 7 siswa Berdasarkan tabel 4.12 jumlah keseluruhan siswa sebanyak 30 siswa didapatkan jumlah nilai 2250 dengan nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas V pada materi satuan jarak dan kecepatan adalah sebesar 75. Ada 23 dari 30 siswa 76,67 yang mendapatkan nilai di atas KKM. Namun, masih terdapat siswa yang belum tuntas sebanyak 7 dari 30 siswa 23,33. Data hasil nilai evaluasi siklus II secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 10. Hasil evalusi akhir yaitu evaluasi gabungan siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut: Tabel 4. 13 Hasil Nilai Evaluasi Akhir Jumlah Siswa 30 Jumlah Nilai 2415 Rata-rata 80,5 Nilai Tertinggi 96 Nilai Terendah 64 Persentase Siswa Tuntas 80 24 siswa Persentase Siswa Tidak Tuntas 20 6 siswa Berdasarkan tabel 4.13 jumlah keseluruhan siswa sebanyak 30 siswa didapatkan jumlah nilai 2415 dengan nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas V pada materi Satuan jarak dan kecepatan adalah sebesar 80,5. Ada 24 dari 30 siswa 80 yang mendapatkan nilai di atas KKM dan 6 siswa 20 yang belum mencapai KKM. Data hasil nilai evaluasi akhir secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 13. 5 Kemampuan Berpikir Kritis Kemampuan berpikir kritis siswa ketika mengikuti pembelajaran dilakukan dengan menggunakan lembar observasi oleh peneliti. Dalam melakukan observasi dibantu oleh teman sejawat. Tabel 4.14 merupakan hasil perhitungan pengamatan kemampuan berpikir kritis siswa ketika proses pembelajaran. Tabel 4. 14 Data Hasil Pengamatan Kemampuan Berpikir Kritis Siklus II Indikator Pertemuan Rata- rata Kategori 1 2 Skor Kategori Skor Kriteria 1. Menganalisis argumen 75 kritis 82 Sangat Kritis 78,5 Kritis 2. Mampu bertanya 60 Cukup kritis 68 Cukup kritis 64 Cukup kritis 3. Mampu menjawab pertanyaan 67 Cukup kritis 68 Cukup kritis 67,5 Cukup kritis 4. Memecahkan masalah 78 Kritis 77 Kritis 77,5 Kritis 5. Membuat kesimpulan 68 Cukup kritis 73 Kritis 70,5 Cukup kritis 6. Keterampilan mengevaluasi dan menilai hasil dari pengamatan 72 Kritis 76 Kritis 74 Kritis Berdasarkan tabel 4.14 terdapat rata-rata yang diperoleh dari hasil pertemuan 1 dan pertemuan 2 disetiap indikatornya. Indikator pertema pertemuan 1 diperoleh skor 75 Kritis dan pada pertemuan 2 diperoleh skor 82 Sangat Kritis. Rata-rata untuk indikator pertama diperoleh skor 78,5 dengan kategori Kritis. Indikator kedua pertemuan 1 diperoleh skor 60 Cukup kritis dan pada pertemuan 2 diperoleh skor 68 Cukup kritis. Rata-rata untuk indikator kedua diperoleh skor 64 dengan kategori cukup kritis. Indikator ketiga pertemuan 1 diperoleh skor 67 Cukup kritis dan pada pertemuan 2 diperoleh skor 68 cukup kritis. Rata-rata untuk indikator ketiga diperoleh skor 67,5 dengan kategori cukup kritis. Indikator keempat pertemuan 1 diperoleh skor 78 kritis dan pada pertemuan 2 diperoleh skor 77 kritis. Rata-rata untuk indikator keempat diperoleh skor 77,5 dengan kategori kritis. Indikator kelima pertemuan 1 didapatkan skor 68 cukup kritis dan pada pertemuan 2 diperoleh skor 73 kritis. Rata-rata untuk indikator kelima diperoleh skor 70,5 dengan kategori cukup kritis. Indikator keenam pertemuan 1 diperoleh skor 72 Kritis dan pada pertemuan 2 diperoleh skor 76 kritis. Rata- rata untuk indikator keenam diperoleh skor 74 dengan kategori kritis. Data hasil pengamatan kemampuan berpikir kritis siklus 2 dapat dilihat pada lampiran 22. Peneliti juga menggunakan kuesioner untuk melihat kemampuan berpikir kritis siswa yang diberikan di akhir siklus II. Kuesioner diberikan kepada siswa dimaksudkan untuk memperkuat data observasi yang dilihat dari pengamatan peneliti. Hasil kuesioner kemampuan berpikir kritis siswa pada masing-masing indiaktor dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut: Tabel 4. 15 Hasil Kuesioner Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Setiap Indikator di Kondisi Akhir No. Indikator Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Rata- Rata Persentase Jumlah Siswa yang Cukup Kritis Nilai Rata-rata Σ Siswa Persentase 1. Menganalisis argumen 80,5 Kritis 16,1 26 86,67 2. Mampu bertanya 77 Cukup kritis 7,7 25 83,33 3. Mampu menjawab pertanyaan 79 Cukup kritis 7,9 26 86,67 4. Memecahkan masalah 81 Kritis 24,3 25 83,33 5. Membuat kesimpulan 80 Kritis 8 25 83,33 6. Keterampilan mengevaluasi dan menilai hasil dari pengamatan. 80,5 Kritis 16,1 25 83,33 7. Keseluruhan 80,1 Kritis 80,1 25 83,33 Berdasarkan tabel 4.15 terdapat 6 indikator beserta jumlah nilai siswa yang mampu berpikir kritis dan persentasenya yang dimasukkan ke dalam suatu kategori. Tabel tersebut juga berisikan skor rata-rata yang diperoleh dari hasil kuesioner kondisi akhir. Indikator pertama terdapat nilai sebesar 80,5 kritis. Indikator kedua didapatkan nilai sebesar 77 cukup kritis. Indikator ke tiga dengan nilai 79 cukup kritis. Selanjutnya dalam kategori kritis pada indikator keempat dengan nilai sebesar 81 kritis. Indikator kelima didapatkan nilai sebesar 80 kritis, sedangkan indikator keenam didapatkan niai sebesar 80,5 kritis. Pada keseluruhan didapatkan nilai sebesar 80,1 kritis. Berdasarkan kategori dari skor rata-rata dapat disimpulkan bahwa dari keenam indikator tersebut, dikatakan kritis. Pada kondisi akhir siklus Indikator pertama terdapat 86,67 sangat kritis. Indikator kedua terdapat 83,33 kritis. Indikator ketiga terdapat 86,67 sangat kritis. Indikator keempat dengan persentase 83,33 kritis. Indikator kelima terdapat 83,33 kritis. Indikator keenam sebanyak 83,33 kritis. Keselurhan terdapat 83,33 kritis. Data kondisi akhir kemampuan berpikir kritis lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 20. Berdasarkan kategori dari skor rata-rata dapat disimpulkan bahwa dari keenam indikator tersebut, dikatakan kritis. Pada masing-masing indikator di kondisi akhir peneliti menyajikan data hasil kuesioner setiap siswa sebagai berikut: 1 Indikator 1 Kondisi akhir kemampuan berpikir kritis siswa pada indikator yang pertama adalah menganalisis argumen. Terdapat dua jenis aitem pernyataan yaitu Favorabel dan Unfavorabel. Pernyataan Favorabel terdapat pada nomer 8 dan 9. Sedangkan peryataan Unfavorabel terdapat pada nomer 14 dan 17. Pernyataan tersebut dapat dilihat pada tabel 3.3 kisi-kisi kemampuan berpikir kritis. Berikut ini adalah tabel 4.16 indikator 1 kemampuan berpikir kritis siswa pada kondisi akhir. Tabel 4. 16 Skor Indikator 1 Kondisi Akhir Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Berdasarkan tabel 4.16 terdapat jumlah skor kelas sebesar 483 dari skor maksimal 600. Rata-rata kelas sebesar 16,1 dari rata-rata maksimal 20 dan terdapat skor 80,5 dari nilai rata-rata kelas. Kemudian terdapat 26 siswa dari 30 jumlah siswa seluruhnya yang termasuk ke dalam kriteria minimal cukup kritis No Nama Item Skor Kriteria 8 9 14 17 1 AM 5 4 5 4 18 Sangat Kritis 2 DA 5 4 5 5 19 Sangat Kritis 3 MGAG 5 4 4 4 17 Kritis 4 ANP 3 2 4 4 13 Cukup Kritis 5 ALK 4 4 4 5 17 Kritis 6 AAF 3 4 2 3 12 Tidak Kritis 7 AMJ 5 4 5 4 18 Sangat Kritis 8 AR 4 3 3 2 12 Tidak ritis 9 ASC 4 4 4 5 17 Kritis 10 AS 4 3 3 4 14 Cukup Kritis 11 BSN 4 2 2 4 12 Tidak kritis 12 DK 4 5 4 4 17 Kritis 13 DW 4 4 5 4 17 Kritis 14 GDJN 4 5 4 5 18 Sangat Kritis 15 HNI 5 5 5 4 19 Sangat kritis 16 IDF 4 5 5 5 19 Sangat kritis 17 IRF 4 3 3 3 13 Cukup Kritis 18 JFA 4 4 5 4 17 Kritis 19 LKS 2 3 2 2 9 Sangat tidak kritis 20 MZM 4 4 3 2 13 Cukup krtis 21 NAS 4 4 4 4 16 Kritis 22 NTR 5 5 4 4 18 Sangat kritis 23 NM 4 4 4 3 15 Cukup Kritis 24 PI 5 5 5 4 18 Sangat kritis 25 SUH 4 4 5 4 17 Kritis 26 YR 4 5 5 5 19 Sangat Kritis 27 RTS 4 5 4 5 18 Sangat Kritis 28 DSR 4 5 4 4 17 Kritis 29 DOKY 5 4 4 5 18 Sangat kritis 30 HR 4 4 4 4 16 Kritis Jumlah skor kelas 483 Rata-rata kelas 16,1 Kritis Nilai rata-rata kelas 80,5 Kritis Jumlah siswa yang minimal cukup kritis 26 Presentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis 86,67 atau dengan persentase 86,67 kritis. Kriteria indikator 1 dapat dilihat pada tabel 3.13 2 Indikator 2 Kondisi akhir kemampuan berpikir kritis siswa pada indikator yang pertama adalah mampu bertanya. Terdapat dua jenis aitem pernyataan yaitu Favorabel dan Unfavorabel. Pernyataan Favorabel terdapat pada nomer 4. Sedangkan peryataan Unfavorabel terdapat pada nomer 6. Pernyataan tersebut dapat dilihat pada tabel 3.3 kisi-kisi kemampuan berpikir kritis. Berikut ini adalah tabel 4.17 indikator 2 kemampuan berpikir kritis siswa pada kondisi akhir. Tabel 4. 17 Skor Indikator 2 Kondisi Akhir Kemampuan Berpikir Kritis Siswa No Nama Item Skor Kriteria 4 6 1 AM 4 3 7 Cukup kritis 2 DA 5 4 9 Sangat Kritis 3 MGAG 4 4 8 Kritis 4 ANP 3 4 7 Cukup kritis 5 ALK 4 4 8 Kritis 6 AAF 4 4 8 Kritis 7 AMJ 4 5 9 Sangat Kritis 8 AR 3 3 6 Tidak kritis 9 ASC 5 4 9 Sangat Kritis 10 AS 2 3 5 Sangat tidak kritis 11 BSN 4 3 7 Cukup kritis 12 DK 5 3 8 Kritis 13 DW 4 2 6 Tidak kritis 14 GDJN 4 4 8 Kritis 15 HNI 4 5 9 Sangat kritis 16 IDF 4 5 9 Sangat kritis 17 IRF 4 3 7 Cukup kritis 18 JFA 4 4 8 Kritis 19 LKS 4 3 7 Cukup kritis 20 MZM 4 4 8 Kritis 21 NAS 5 4 9 Sangat kritis 22 NTR 4 5 9 Sangat kritis 23 NM 4 4 8 Kritis 24 PI 5 4 9 Sangat kritis 25 SUH 4 4 8 Kritis 26 YR 4 4 8 Kritis 27 RTS 4 2 6 Tidak Kritis Berdasarkan tabel 4.17 terdapat jumlah skor kelas sebesar 231 dari skor maksimal 300. Rata-rata kelas sebesar 7,7 dari rata-rata maksimal 10 dan terdapat skor 77 dari nilai rata-rata kelas. Kemudian terdapat 25 siswa dari 30 jumlah siswa seluruhnya yang termasuk ke dalam kriteria minimal cukup kritis atau dengan persentase 83,33 Kritis. Kriteria indikator 2 dapat dilihat pada tabel 3.14 3 Indikator 3 Kondisi akhir kemampuan berpikir kritis siswa pada indikator yang pertama adalah menganalisis argumen. Terdapat dua jenis aitem pernyataan yaitu Favorabel dan Unfavorabel. Pernyataan Favorabel terdapat pada nomer 7. Sedangkan peryataan Unfavorabel terdapat pada nomer 11. Pernyataan tersebut dapat dilihat pada tabel 3.3 kisi-kisi kemampuan berpikir kritis. Berikut ini adalah tabel 4.18 indikator 3 kemampuan berpikir kritis siswa pada kondisi akhir. 28 DSR 4 4 8 Kritis 29 DOKY 4 4 8 Kritis 30 HR 2 3 5 Sangat tidak kritis Jumlah skor kelas 231 Rata-rata kelas 7,7 Cukup Kritis Nilai rata-rata kelas 77 Cukup Kritis Jumlah siswa yang minimal cukup kritis 25 Presentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis 83,33 Tabel 4. 18 Skor Indikator 3 Kondisi Akhir Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Berdasarkan tabel 4.18 terdapat jumlah skor kelas sebesar 237 dari skor maksimal 300. Rata-rata kelas sebesar 7,9 dari rata-rata maksimal 10 dan terdapat skor 79 dari nilai rata-rata kelas. Kemudian terdapat 26 siswa dari 30 jumlah siswa seluruhnya yang termasuk ke dalam kriteria minimal cukup kritis atau No Nama Item Skor Kriteria 7 11 1 AM 4 4 8 Kritis 2 DA 4 5 9 Sangat kritis 3 MGAG 4 4 8 Kritis 4 ANP 3 2 5 Sangat tidak kritis 5 ALK 4 4 8 Kritis 6 AAF 4 4 8 Kritis 7 AMJ 4 4 8 Kritis 8 AR 3 4 7 Cukup kritis 9 ASC 5 4 9 Sangat Kritis 10 AS 3 4 7 Cukup kritis 11 BSN 3 3 6 Tidak kritis 12 DK 4 4 8 Kritis 13 DW 3 3 6 Tidak kritis 14 GDJN 4 3 7 Cukup kritis 15 HNI 5 4 9 Sangat kritis 16 IDF 5 4 9 Sangat kritis 17 IRF 4 3 7 Cukup kritis 18 JFA 5 4 9 Sangat kritis 19 LKS 4 4 8 Kritis 20 MZM 3 5 8 Kritis 21 NAS 5 4 9 Sangat kritis 22 NTR 5 4 9 Sangat kritis 23 NM 5 3 8 Kritis 24 PI 4 5 9 Sangat kritis 25 SUH 5 4 9 Sangat Kritis 26 YR 4 4 8 Kritis 27 RTS 4 5 9 Sangat Kritis 28 DSR 5 3 8 Kritis 29 DOKY 3 3 6 Tidak kritis 30 HR 4 4 8 Kritis Jumlah skor kelas 237 Rata-rata kelas 7,9 Cukup Kritis Nilai rata-rata kelas 79 Cukup Kritis Jumlah siswa yang minimal cukup kritis 26 Presentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis 86,67 dengan persentase 86,67 Kritis. Kriteria indikator 3 dapat dilihat pada tabel 3.15 4 Indikator 4 Kondisi akhir kemampuan berpikir kritis siswa pada indikator yang pertama adalah mampu menjawab pertanyaan. Terdapat dua jenis aitem pernyataan yaitu Favorabel dan Unfavorabel. Pernyataan Favorabel terdapat pada nomer 5, 10, dan 20. Sedangkan peryataan Unfavorabel terdapat pada nomer 13, 18 dan 12. Pernyataan tersebut dapat dilihat pada tabel 3.3 kisi-kisi kemampuan berpikir kritis. Berikut ini adalah tabel 4.19 indikator 4 kemampuan berpikir kritis siswa pada kondisi akhir. Tabel 4. 19 Skor Indikator 4 Kondisi Akhir Kemampuan Berpikir Kritis Siswa No Nama Item Skor Kriteria 5 10 20 13 18 12 1 AM 5 4 5 5 5 4 28 Sangat Kritis 2 DA 5 4 4 4 4 4 25 Kritis 3 MGAG 4 5 4 4 5 4 26 Kritis 4 ANP 4 4 3 2 3 3 19 Tidak Kritis 5 ALK 5 5 4 4 4 4 26 Kritis 6 AAF 4 5 5 4 5 5 28 Sangat Kritis 7 AMJ 5 4 5 4 4 4 26 Kritis 8 AR 4 4 4 3 4 4 23 Cukup Kritis 9 ASC 4 5 5 4 5 3 26 Sangat Kritis 10 AS 2 3 2 3 3 3 16 Samgat tidak Kritis 11 BSN 4 4 4 5 4 4 25 Kritis 12 DK 4 5 4 5 5 5 28 Sangat Kritis 13 DW 5 4 5 3 4 4 25 Kritis 14 GDJN 4 4 5 4 5 5 27 Kritis 15 HNI 5 4 4 4 4 5 26 Kritis 16 IDF 4 5 5 5 4 4 27 Sangat Kritis 17 IRF 2 4 3 3 4 3 19 Tidak Kritis 18 JFA 4 4 4 5 3 4 24 Kritis 19 LKS 2 3 3 3 3 2 16 Sangat tidak kritis 20 MZM 4 2 3 2 2 3 16 Sangat tidak kritis 21 NAS 5 4 4 4 5 5 27 Sangat Kritis 22 NTR 5 5 5 5 4 4 28 Sangat Kritis 23 NM 4 5 4 4 5 4 26 Kritis 24 PI 3 4 4 4 5 3 23 Cukup Kritis Berdasarkan tabel 4.19 terdapat jumlah skor kelas sebesar 729 dari skor maksimal 900. Rata-rata kelas sebesar 24,3 dari rata-rata maksimal 30 dan terdapat skor 81 dari nilai rata-rata kelas. Kemudian terdapat 25 siswa dari 30 jumlah siswa seluruhnya yang termasuk ke dalam kriteria minimal cukup kritis atau dengan persentase 83,33 Kritis. Kriteria indikator 4 dapat dilihat pada tabel 3.16 5 Indikator 5 Kondisi akhir kemampuan berpikir kritis siswa pada indikator yang pertama adalah membuat kesimpulan. Terdapat dua jenis aitem pernyataan yaitu Favorabel dan Unfavorabel. Pernyataan Favorabel terdapat pada nomer 15. Sedangkan peryataan Unfavorabel terdapat pada nomer 16. Pernyataan tersebut dapat dilihat pada tabel 3.3 kisi-kisi kemampuan berpikir kritis. Berikut ini adalah tabel 4.20 indikator 5 kemampuan berpikir kritis siswa pada kondisi akhir. Tabel 4. 20 Skor Indikator 5 Kondisi Akhir Kemampuan Berpikir Kritis Siswa 25 SUH 4 4 4 5 4 4 25 Kritis 26 YR 4 5 5 4 5 5 28 Sangat Kritis 27 RTS 5 4 4 4 4 4 25 Cukup Kritis 28 DSR 4 4 4 4 4 3 23 Cukup Kritis 29 DOKY 4 4 5 4 4 4 25 Kritis 30 HR 4 4 4 4 4 3 23 Cukup Kritis Jumlah skor kelas 729 Rata-rata kelas 24,3 Kritis Nilai rata-rata kelas 81 Kritis Jumlah siswa yang minimal cukup kritis 25 Presentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis 83,33 No Nama Item Skor Kriteria 15 16 1 AM 3 3 6 Tidak Kritis 2 DA 4 4 8 Kritis 3 MGAG 4 5 9 Sangat Kritis 4 ANP 3 4 7 Cukup kritis 5 ALK 3 3 6 Tidak Kritis 6 AAF 5 4 9 Kritis Berdasarkan tabel 4.20 terdapat jumlah skor kelas sebesar 240 dari skor maksimal 300. Rata-rata kelas sebesar 8 dari rata-rata maksimal 10 dan terdapat skor 80 dari nilai rata-rata kelas. Kemudian terdapat 25 siswa dari 30 jumlah siswa seluruhnya yang termasuk ke dalam kriteria minimal cukup kritis atau dengan persentase 83,33 kritis. Kriteria indikator 5 dapat dilihat pada tabel 3.17 7 AMJ 5 4 9 Sangat Kritis 8 AR 4 4 8 Kritis 9 ASC 4 5 9 Sangat kritis 10 AS 3 4 7 Cukup kritis 11 BSN 5 4 9 Sangat kritis 12 DK 5 4 9 Sangat kritis 13 DW 4 5 9 Sangat Kritis 14 GDJN 3 3 6 Tidak Kritis 15 HNI 5 4 9 Sangat kritis 16 IDF 5 5 10 Sangat kritis 17 IRF 4 3 7 Cukup kritis 18 JFA 2 3 5 Tidak Kritis 19 LKS 4 3 7 Cukup kritis 20 MZM 3 4 7 Cukup kritis 21 NAS 5 4 9 Sangat kritis 22 NTR 4 5 9 Sangat kritis 23 NM 4 4 8 Kritis 24 PI 4 5 9 Sangat kritis 25 SUH 4 5 9 Sangat kritis 26 YR 4 4 8 Kritis 27 RTS 5 4 9 Sangat kritis 28 DSR 4 4 8 Kritis 29 DOKY 4 5 9 Sangat Kritis 30 HR 3 3 6 Tidak Kritis Jumlah skor kelas 240 Rata-rata kelas 8 Kritis Nilai rata-rata kelas 80 Kritis Jumlah siswa yang minimal cukup kritis 25 Presentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis 83,33 6 Indikator 6 Kondisi awal kemampuan berpikir kritis siswa pada indikator yang pertama adalah keterampilan mengevaluasi dan menilai hasil dari pengamatan. Terdapat dua jenis aitem pernyataan yaitu Favorabel dan Unfavorabel. Pernyataan Favorabel terdapat pada nomer 2 dan 1. Sedangkan peryataan Unfavorabel terdapat pada nomer 19 dan 3. Pernyataan tersebut dapat dilihat pada tabel 3.3 kisi-kisi kemampuan berpikir kritis. Berikut ini adalah tabel 4.21 indikator 6 kemampuan berpikir kritis siswa pada kondisi akhir. Tabel 4. 21 Skor Indikator 6 Kondisi Akhir Kemampuan Berpikir Kritis Siswa No Nama Item Skor Kriteria 2 1 19 3 1 AM 4 5 4 5 18 Sangat kritis 2 DA 4 4 4 3 15 Cukup Kritis 3 MGAG 5 5 4 5 19 Sangat Kritis 4 ANP 3 4 3 2 12 Tidak Kritis 5 ALK 5 4 5 4 18 Sangat kritis 6 AAF 5 4 5 4 18 Sangat Kritis 7 AMJ 4 4 4 5 17 Kritis 8 AR 3 4 3 3 13 Cukup kritis 9 ASC 4 5 5 4 18 Sangat Kritis 10 AS 3 2 3 3 11 Tidak kritis 11 BSN 4 4 5 4 17 Kritis 12 DK 5 4 4 5 18 Sangat Kritis 13 DW 5 4 5 3 17 Kritis 14 GDJN 5 4 5 5 19 Sangat Kritis 15 HNI 4 4 5 4 17 Kritis 16 IDF 5 4 5 4 18 Sangat kritis 17 IRF 2 2 3 3 10 Sangat tidak kritis 18 JFA 3 2 3 2 10 Sangat tidak kritis 19 LKS 4 4 4 5 17 Kritis 20 MZM 3 3 2 3 11 Tidak Kritis 21 NAS 5 5 4 5 19 Sangat Kritis 22 NTR 4 4 5 4 17 Kritis 23 NM 3 4 4 4 15 Cukup kritis 24 PI 4 5 4 4 17 Kritis 25 SUH 5 4 5 4 18 Sangat kritis 26 YR 4 4 5 4 16 Kritis 27 RTS 4 4 5 4 17 Kritis 28 DSR 5 4 4 5 18 Sangat Kritis 29 DOKY 4 4 4 4 16 Kritis Berdasarkan tabel 4.21 terdapat jumlah skor kelas sebesar 483 dari skor maksimal 600. Rata-rata kelas sebesar 16,1 dari rata-rata maksimal 20 dan terdapat skor 80,5 dari nilai rata-rata kelas. Kemudian terdapat 25 siswa dari 30 jumlah siswa seluruhnya yang termasuk ke dalam kriteria minimal cukup kritis atau dengan persentase 83,33 kritis. Kriteria indikator 6 dapat dilihat pada tabel 3.18 Kemampuan berpikir kritis siswa pada kondisi akhir dapat disimpulkan bahwa rata-rata skor seluruh siswa didapatkan hasil 4,01 dengan kriteria kritis. Persentase jumlah siswa yang kritis secara keselurahan adalah sebesar 83,33 25 dari 30 siswa dengan kriteria kritis. Skor yang diperoleh untuk keseluruhan indikator pada kondisi akhir sebagai berikut: Tabel 4. 22 Skor Keseluruhan Indikator Kondisi Akhir 30 HR 5 4 4 4 17 Kritis Jumlah skor kelas 483 Rata-rata kelas 16,1 Kritis Nilai rata-rata kelas 80 Kritis Jumlah siswa yang minimal cukup kritis 25 Presentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis 83,33 No Nama Item Skor Kriteria 1 2 3 4 5 6 1 AM 18 7 8 28 6 18 85 Kritis 2 DA 19 9 9 25 8 15 85 Kritis 3 MGAG 17 8 8 26 9 19 87 Kritis 4 ANP 13 7 5 19 7 12 63 Tidak Kritis 5 ALK 17 8 8 26 6 18 83 Kritis 6 AAF 12 8 8 28 9 18 83 Kritis 7 AMJ 18 9 8 26 9 17 87 Kritis 8 AR 12 6 7 23 8 13 69 Cukup Kritis 9 ASC 17 9 9 26 9 18 88 Kritis 10 AS 14 5 7 16 7 11 60 Tidak Kritis 11 BSN 12 7 6 25 9 17 76 Cukup Kritis 12 DK 17 8 8 28 9 18 88 Kritis Berdasarkan tabel 4.22 terdapat jumlah skor kelas sebesar 2403 dari skor maksimal 3000. Rata-rata kelas sebesar 80,1 dari rata-rata maksimal 100 dan terdapat skor 80,1 Kritis dari nilai rata-rata kelas. Kemudian terdapat 25 siswa dari 30 jumlah siswa seluruhnya yang termasuk ke dalam kriteria minimal cukup kritis atau dengan persentase 83,33 sangat tidak kritis. Kriteria keseluruhan indikator dapat dilihat pada tabel 3.19 6 Refleksi Setelah melaksanakan pembelajaran siklus II, peneliti kembali melakukan refleksi terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan. Refleksi ini masih sama seperti siklus I yaitu berguna untuk memperbaiki kendala atau kekurangan yang terjadi pada siklus II. Dari kendala maupun kekurangan yang terjadi dalam 13 DW 17 6 6 25 9 17 80 Kritis 14 GDJN 18 8 7 27 6 19 85 Kritis 15 HNI 19 9 9 26 9 17 89 Kritis 16 IDF 19 9 9 27 10 18 92 Sangat Kritis 17 IRF 13 7 7 19 7 10 63 Tidak Kritis 18 JFA 17 8 9 24 5 10 73 Cukup Kritis 19 LKS 9 7 8 16 7 17 64 Tidak Kritis 20 MZM 13 8 8 16 7 11 63 Tidak Kritis 21 NAS 16 9 9 27 9 19 89 Kritis 22 NTR 18 9 9 28 9 17 90 Sangat Kritis 23 NM 15 8 8 26 8 15 80 Kritis 24 PI 18 9 9 23 9 17 85 Kritis 25 SUH 17 8 9 25 9 18 86 Kritis 26 YR 19 8 8 28 8 16 87 Kritis 27 RTS 18 6 9 25 9 17 84 Kritis 28 DSR 17 8 8 23 8 18 82 Kritis 29 DOKY 18 8 6 25 9 16 82 Kritis 30 HR 16 5 8 23 6 17 75 Cukup Kritis Jumlah skor kelas 2403 Rata-rata kelas 80,1 Kritis Nilai rata-rata kelas 80,1 Kritis Jumlah siswa yang minimal cukup kritis 25 Presentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis 83,33 pembelajaran siklus II diharapkan guru dapat mengambil manfaat dari hal tersebut. Refleksi yang dilakukan peneliti mencakup dua aspek yaitu refleksi proses pembelajaran dan refleksi hasil belajar. a Proses pembelajaran Siklus II dilaksanakan selama dua pertemuan yaitu tanggal 13 dan 14 Oktober 2015 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit 2 jp menyesuaikan alokasi di SD N Jamus 2. Pada pertemuan pertama membahas tentang hubungan satauan jarak dan kecepatan. Kegiatan pembelajaran pada siklus II pertemuan I ini secara keseluruhan sudah sesuai dengan RPP dan berjalan dengan baik dibandingkan pada siklus I. Namun pada pertemuan I ini masih terdapat kendala yaitu masih ada beberapa siswa yang malu untuk bertanya kepada guru, sehingga guru harus memancing siswa untuk bertanya dengan cara memberikan reward kepada siswa yang berani mengajukan pertanyaan. Pada siklus II pertemuan kedua ini semua siswa sudah terlihat lebih antusias untuk mengikuti pembelajaran. setiap siswa sudah bisa bekerjama dengan baik bersama kelompoknya dan kegiatan pembelajaran pada pertemuan kedua ini sudah sesuai dengan RPP yang telah disusun guru. Materi pada pertemuan kedua ini juga sudah tercapai dengan baik sesuai dengan indikator yang ditetapkan guru. b Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Hasil belajar pada siklus 2 terdapat peningkatan di bandingkan hasil belajar pada siklus 1. Selain perolehan rata-rata hasil belajar dan persentase ketuntasan yang meningkat berdasarkan hasil yang didapatkan pada siklus 2 masih perlu dilakukan perbaikan pembelajaran baik itu dalam proses pembelajaran ataupun PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI hasil yang didapatkan. Keterbatasan dalam penelitian ini hanya terbatas pada dua siklus.

3. Grafik Penelitian Hasil Belajar

Dokumen yang terkait

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri Sarikarya pada materi satuan jarak dan kecepatan melalui model pembelajaran kontekstual.

5 32 344

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VB pada materi KPK dan FPB melalui model pembelajaran kontekstual SD Kanisius Ganjuran.

0 7 291

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri Tidar 1 dalam mata pelajaran Matematika melalui model pembelajaran kontekstual.

1 3 286

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika siswa kelas VB pada materi pengukuran waktu melalui pembelajaran kontekstual SDN Perumnas Condongcatur.

0 1 356

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas IIIB pada materi operasi hitung campuran melalui model pembelajaran kontekstual SDN Perumnas Condongcatur.

0 4 421

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri Karangmloko 1 pada materi KPK dan FPB melalui pendekatan pembelajaran kontekstual.

2 13 277

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV pada materi KPK dan FPB melalui model pembelajaran kontekstual SD Kanisius Ganjuran.

0 15 303

Pengembangan tes hasil belajar Matematika materi mengenal satuan jarak dan kecepatan untuk siswa kelas V SD.

0 8 189

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas IV pada materi KPK dan FPB melalui pembelajaran kontekstual SD Kanisius Klepu.

3 61 297

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika siswa kelas III pada materi operasi hitung campuran melalui model pembelajaran kontekstual SD Negeri Plaosan 1.

0 5 393