Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis

mengalami peningkatan dari siklus I sebanyak 10. Evaluasi akhir yang merupakan evaluasi gabungan siklus I dan siklus II diperoleh persentase ketuntasan sebanyak 80 dari target 75 atau meningkat sebanyak 3,33 dari siklus II. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini behasil.

3. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis

Peningkatan kemampuan berpikir kritis diperoleh dari hasil kuesioner yang diisi oleh siswa dan diperkuat dengan pengamatan langsung oleh peneliti. Penerapan pembelajaran kontekstual Contectual theacing and learning dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa sesuai dengan pendapat Johnson 2007: 183 berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah. Penelitian ini mempunyai relevansi dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur 2015, karena memiliki variable yang sama yaitu berpikir kritis. Setelah dipaparkan hasil peningkatan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar menggunakan diagram,agar dapat mengetahui pencapaian dalam penelitian ini, peneliti menjabarkannya dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 4. 24 Perbandingan Target dan Pencapaian Berpikir Kritis dengan Menggunakan Kuesioner Indikator Berpikir Kritis Indikator Kondisi Awal Target Kondisi Akhir 1 Rata-rata nilai berpikir kritis 63,65 Tidak kritis 70 80,5 Kritis 2 61,3 Tidak kritis 70 77 Cukup Kritis 3 61,7 Tidak kritis 70 79 Cukup Kritis 4 63,67 Tidak kritis 70 81 Kritis 5 64 Tidak kritis 70 80 Kritis 6 62,85 Tidak kritis 70 80,5 Kritis 7. Keseluruhan 63,1 Tidak Kritis 70 80,1 Kritis Indikator Berpikir Kritis Indikator Kondisi Awal Target Kondisi Akhir 1 Persentase jumlah siswa yang kritis 46,67 70 86,67 2 43,33 70 83,33 3 43,33 70 86,67 4 43,33 70 83,33 5 50 75 83,33 6 50 75 83,33 7 Keseluruhan 53,33 Sangat tidak ktitis 75 83,33 Kritis Berdasarkan tabel 4.24 pada indikator pertama terjadi peningkatan sebanyak 16,85 dari nilai kondisi awal yaitu 63,65 tidak kritis menjadi 80,5 kritis pada kondisi akhir dengan target 70. Indikator kedua terjadi peningkatan sebanyak 15,7 dari nilai rata-rata kondisi awal yaitu 61,3 tidak kritis menjadi 77 cukup kritis pada kondisi akhir dengan target 70. Selanjutnya pada indikator ketiga juga mengalami peningkatan sebanyak 17,3 dari nilai rata-rata kondisi awal yaitu 61,7 tidak kritis menjadi 79 cukup kritis pada kondisi akhir dengan target 70. Indikator keempat juga terjadi peningkatan dari nilai rata-rata kondisi awal yaitu 63,67 tidak kritis menjadi 81 kritis pada kondisi akhir dengan target 70 atau terjadi peningkatan sebanyak 17,33. Indikator kelima juga masih terlihat peningkatan sebanyak 16 dari kondisi awal 64 tidak kritis menjadi 80 kritis pada kondisi akhir dengan target 70. Indikator keenam juga terdapat peningkatan dari nilai rata-rata kondisi awal sebesar 62,85 tidak kritis menjadi 80,1 kritis pada kondisi akhir dengan target 70 atau terjadi peningkatan sebesar 17,25. Keseluruhan terdapat peningkatan dari 63,1 tidak kritis meningkat menjadi 80,1 kritis pada kondisi akhir dengan target 70 atau terjadi peningkatan sebesar. Selain dilihat dari nilai rata-rata, peningkatan kemampuan berpikir kritis juga dapat dilihat dari persentase jumlah siswa yang kritis. Indikator pertama terdapat peningkatan dari persentase kondisi awal sebesar 46,67 sangat tidak kritis menjadi 86,67 kritis pada kondisi akhir dengan target 70 atau terjadi peningkatan sebesar 40. Indikator kedua terdapat peningkatan dari persentase kondisi awal sebesar 43,33 sangat tidak kritis menjadi 83,33 kritis pada kondisi akhir dengan targer 70 atau terjadi peningkatan sebesar 40. Indikator ketiga juga terdapat peningkatan dari persentase kondisi awal sebesar 43,33 sangat tidak kritis menjadi 86,67 kritis pada kondisi akhir dengan target 70 atau terjadi peningkatan sebesar 43,34. Indikator keempat terdapat peningkatan dari persentase kondisi awal sebesar 43,33 sangat tidak kritis menjadi 83,33 kritis pada kondisi akhir dengan target 70 atau terjadi peningkatan sebesar 40. Indikator kelima juga masih terdapat peningkatan dari persentase kondisi awal sebesar 50 tidak kritis menjadi 83,33 kritis pada kondisi akhir dengan target 75 atau terjadi peningkatan sebesar 33,33. Indikator keenam juga terdapat peningkatan dari persentase kondisi awal sebesar 50 sangat tidak kritis menjadi 83,33 kritis pada kondisi akhir dengan target 75 atau terjadi peningkatan sebesar 33,33. Keseluruhan terdapat peningkatan dari persentase kondisi awal sebesar 53,33 sangat tidak kritis menjadi 83,33 kritis pada kondisi akhir. Peneliti juga melakukan pengamatan untuk memperkuat data peningkatan berpikir kritis dari hasil kuesioner. Pengamatan dilakukan di setiap pertemuan selama 2 siklus yang dibantu oleh teman sejawat. Hasil pengamatan oleh peneliti terdapat pada tabel 4.25 agar dapat dilihat peningkatannya sebagai berikut: Tabel 4. 25 Peningkatan dan Hasil Pengamatan Berpikir Kritis Indikator Kondisi Awal Kondisi Akhir Peningkatan 1 58,5 Cukup kritis 78,5 Kritis 20 2 55,5 Tidak kritis 64 Cukup kritis 8,5 3 59,5 Cukup kritis 67,5 Cukup kritis 8,5 4 61 Cukup kritis 77,5 Kritis 16,5 5 64,5 Cukup kritis 70,5 Cukup kritis 6 6 61 Cukup kritis 74 Kritis 13 7 60 Cukup kritis 72 Cukup Kritis 12 Berdasarkan tabel 4.25 terdapat 6 indikator yang menjadi fokus penelitian dengan hasil pada kondisi awal dan kondisi akhir. Indikator pertama terjadi peningkatan dari kondisi awal sebesar 58,5 Cukup kritis menjadi 78,5 kritis pada kondisi akhir atau terjadi peningkatan sebesar 20. Indikator kedua terjadi peningkatan dari kondisi awal sebesar 55,5 Tidak kritis menjadi 64 cukup kritis pada kondisi akhir atau terjadi peningkatan sebesar 8,5.Indikator ketiga juga terjadi peningkatan dari kondisi awal sebesar 59 Cukup kritis menjadi 67,5 Cukup kritis pada kondisi akhir atau terjadi peningkatan sebesar 8,5. Indikator keempat juga masih terjadi peningkatan dari kondisi awal sebesar 61 cukup kritis menjadi 77,5 kritis pada kondisi akhir atau terjadi peningkatan sebesar 16,5. Indikator kelima terjadi peningkatan sebesar 6 dari kondisi awal yaitu 64,5 cukup kritis ke kondisi akhir yaitu 70,5 Cukup kritis. Indikator yang terakhir yaitu indikator keenam terjadi peningkatan sebesar 13 dari kondisi awal yaitu 61 cukup kritis ke kondisi akhir yaitu 74 Kritis. 144

BAB V PENUTUP

Dalam bab V ini akan membahas mengenai kesimpulan, keterbatasan penelitian dan saran

A. Kesimpulan

Penelitian Tindakan Kelas PTK ini berlangsung dalam dua siklus. penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui hasil yang sudah dilaksanakan di SD Negeri Jamus 2 menggunakan model pembelajaran kontekstual atau CTL contextual teaching and learning maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Penerapan model pembelajaran kontekstual atau CTL contextual teaching and learning dalam peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika pada materi satuan jarak dan kecepatan. Standar Kompetensi 2 Menggunakan pengukuran waktu, sudut, jarak dan kecepatan dalam pemecahan masalah, dengan Kompetensi Dasar 2.4 Mengenal satuan jarak dan kecepatan kelas V SD Negeri Jamus 2 tahun ajaran 20152016 telah dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: Menyampaikan tujuan pembelajaran, menyampaikan materi dengan cara memberikan contoh, membentuk kelompok, menjelaskan dan mendemonstrasikan penggunaan media pembelajaran, siswa melakukan percobaan dan mengerjakan soal yang ada di LKS dengan cara berdiskusi dengan kelompok, mempresentasikan hasil pecobaan setiap kelompok, dan pemberian soal evaluasi.

Dokumen yang terkait

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri Sarikarya pada materi satuan jarak dan kecepatan melalui model pembelajaran kontekstual.

5 32 344

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VB pada materi KPK dan FPB melalui model pembelajaran kontekstual SD Kanisius Ganjuran.

0 7 291

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri Tidar 1 dalam mata pelajaran Matematika melalui model pembelajaran kontekstual.

1 3 286

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika siswa kelas VB pada materi pengukuran waktu melalui pembelajaran kontekstual SDN Perumnas Condongcatur.

0 1 356

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas IIIB pada materi operasi hitung campuran melalui model pembelajaran kontekstual SDN Perumnas Condongcatur.

0 4 421

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri Karangmloko 1 pada materi KPK dan FPB melalui pendekatan pembelajaran kontekstual.

2 13 277

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV pada materi KPK dan FPB melalui model pembelajaran kontekstual SD Kanisius Ganjuran.

0 15 303

Pengembangan tes hasil belajar Matematika materi mengenal satuan jarak dan kecepatan untuk siswa kelas V SD.

0 8 189

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas IV pada materi KPK dan FPB melalui pembelajaran kontekstual SD Kanisius Klepu.

3 61 297

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika siswa kelas III pada materi operasi hitung campuran melalui model pembelajaran kontekstual SD Negeri Plaosan 1.

0 5 393